2009
DOI: 10.1037/a0016432
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Use of feature film as part of psychological assessment.

Abstract: Similar to the psychotherapeutic use of metaphor, feature film is increasingly used as a clinical technique for eliciting and building upon patients' symbolic language. The clinical use of film has been presented as valuable in advancing the patient-clinician therapeutic alliance. Feature film is thought to help difficult-to-reach patients engage in therapeutic exploration of problematic cognitive, behavioral, and emotional elements of their existence. Research on the clinical use of film has primarily focused… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1

Citation Types

0
0
0
1

Year Published

2022
2022
2022
2022

Publication Types

Select...
1
1

Relationship

0
2

Authors

Journals

citations
Cited by 2 publications
(2 citation statements)
references
References 28 publications
0
0
0
1
Order By: Relevance
“…Kriteria pemilihan film yang sebaiknya dipertimbangkan oleh konselor (Shackleford, 2020) : tema yang merangsang proses refleksi, identifikasi, diferensiasi, dan kesadaran diri, memiliki konten yang sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, tujuan, kelebihan, kemampuan untuk memahami film, apa yang disenangi oleh klien,kesamaan dari segi karakter, hingga masalah keragaman, mempertimbangkan bagaimana pesan tidak langsung dari film ,tema atau sisi inspirasional, hingga aspek seperti bahasa, konten seksualitas, hingga kekerasan, dan f) Konseli sebaiknya memilih film komersial atau film fitur naratif sebagai referensi dengan durasi berkisar antara 40 -120 menit; Film fitur dalam konseling sinema memiliki peluang besar untuk menstimulasi respon emosional khususnya secara evokatif (Fleming & Bohnel, 2009). Persiapan yang dilakukan oleh konselor terhadap anggota kelompok (Dermer & Hutchings dalam Ballard, 2012) : 1) menjelaskan judul film, isu utama (presenting problem), konteks (rationale) berkaitan dengan penjelasan isu utama secara lebih detail dan sinopsis, 2) konselor diinstruksikan untuk memilih alasan yang konstruktif untuk diberitahukan kepada anggota mengenai pemberian penugasan berupa film, dan 3) membahas mengenai : lokasi, waktu, dan fasilitas lain yang menunjang proses pemberian penugasan film sehingga dapat dituntaskan tanpa hambatan oleh konseli.…”
Section: Tahapan Konseling Sinema Berkelompokunclassified
“…Kriteria pemilihan film yang sebaiknya dipertimbangkan oleh konselor (Shackleford, 2020) : tema yang merangsang proses refleksi, identifikasi, diferensiasi, dan kesadaran diri, memiliki konten yang sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, tujuan, kelebihan, kemampuan untuk memahami film, apa yang disenangi oleh klien,kesamaan dari segi karakter, hingga masalah keragaman, mempertimbangkan bagaimana pesan tidak langsung dari film ,tema atau sisi inspirasional, hingga aspek seperti bahasa, konten seksualitas, hingga kekerasan, dan f) Konseli sebaiknya memilih film komersial atau film fitur naratif sebagai referensi dengan durasi berkisar antara 40 -120 menit; Film fitur dalam konseling sinema memiliki peluang besar untuk menstimulasi respon emosional khususnya secara evokatif (Fleming & Bohnel, 2009). Persiapan yang dilakukan oleh konselor terhadap anggota kelompok (Dermer & Hutchings dalam Ballard, 2012) : 1) menjelaskan judul film, isu utama (presenting problem), konteks (rationale) berkaitan dengan penjelasan isu utama secara lebih detail dan sinopsis, 2) konselor diinstruksikan untuk memilih alasan yang konstruktif untuk diberitahukan kepada anggota mengenai pemberian penugasan berupa film, dan 3) membahas mengenai : lokasi, waktu, dan fasilitas lain yang menunjang proses pemberian penugasan film sehingga dapat dituntaskan tanpa hambatan oleh konseli.…”
Section: Tahapan Konseling Sinema Berkelompokunclassified
“…Filmes são um tipo de mídia de fácil acesso e baixo custo (Hesley & Hesley, 1998) e sua utilização como técnica psicoterápica apresenta uma série de vantagens, tais como: a) alta aderência por parte dos pacientes; b) capacidade de despertar a curiosidade do indivíduo, assim como emoções intensas às quais geralmente o paciente evita o contato; c) envolvimento do paciente com o processo terapêutico; d) maior possibilidade de participação dos familiares na tarefa terapêutica; e) familiaridade com a atividade; f) melhora da relação entre terapeuta e paciente; g) alívio do paciente ao ver que não é o único com determinado tipo de problema; h) podem ser utilizados individualmente ou em grupo, durante a sessão ou como tarefa de casa; i) adequa-se à cultura, idade, religião, situação socioeconômica do indivíduo, ou seja, é uma técnica flexível; j) melhora a comunicação do paciente com o profissional, assim como com as pessoas que convive (Berg-Cross et al, 1990;Byrd et al, 2003;Dermer & Hutchings, 2000;Fleming & Bohnel, 2009;Garrison, 2007;Hesley & Hesley, 1998;Heston & Kottman, 1997;Marsick, 2010;Sharp et al, 2002;Solomon, 1995;Wedding & Niemiec, 2003;Wolz, 2003, n.d.;Wu, 2008).…”
Section: Cinematerapiaunclassified