Artikel ini membahas tantangan lingkungan hidup yang dihadapi Kota Bengkulu, antara lain permasalahan abrasi, penutupan muara, sedimentasi, dan intrusi air laut. Tantangan-tantangan ini telah menyebabkan erosi pada pesisir pantai, sehingga mengancam akses jalan dan kawasan pemukiman. Pentingnya penghijauan wilayah pesisir dengan jenis mangrove yang sesuai. Namun upaya penghijauan sebelumnya menghadapi tantangan seperti gelombang besar, kekeringan, kurangnya kesadaran, dan hilangnya hutan bakau akibat erosi. Menyoroti pentingnya ekosistem mangrove dalam mitigasi perubahan iklim, mengingat tingkat penyerapan karbonnya yang tinggi. Kota Bengkulu diidentifikasi sebagai kota yang sangat rentan terhadap bencana alam terkait iklim, sehingga restorasi mangrove merupakan inisiatif yang penting. Artikel menjelaskan penggunaan teknik rekayasa ekologi, khususnya Relay Encased Method (REM), untuk melindungi dan mempercepat pertumbuhan bibit mangrove. Upaya-upaya ini telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dan terus berlanjut dengan dukungan dari pemerintah kota dan provinsi. Lebih lanjut, artikel tersebut membahas tentang program pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk melibatkan nelayan, pemuda putus sekolah, dan pemuda setempat dalam inisiatif kelestarian lingkungan. Program ini menggunakan pendekatan Appreciative Inquiry dan memberikan pendidikan tentang konservasi mangrove dan pengembangan soft skill. Hal ini juga menyoroti potensi manfaat ekonomi dari kegiatan yang berhubungan dengan mangrove, seperti wisata mangrove dan pengolahan produk makanan. Sebagai kesimpulan, artikel ini menekankan pentingnya upaya kolaboratif antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat lokal, lembaga pemerintah, dan LSM, untuk mengatasi tantangan lingkungan hidup di Bengkulu. Keberhasilan implementasi inisiatif restorasi dan konservasi mangrove tidak hanya dapat memitigasi masalah lingkungan namun juga berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi berbasis alam yang berkelanjutan di wilayah tersebut.