AbstrakSinar ultraviolet B adalah sumber utama vitamin D, tetapi wanita usia subur yang bekerja di dalam ruangan mempunyai vitamin D yang rendah meskipun Indonesia negara tropis. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi peranan paparan sinar matahari pada wanita usia subur terhadap status vitamin D dan tekanan darah. Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen tanpa kelompok kontrol pada 21 wanita sehat. Penelitian ini membandingkan status vitamin D dan tekanan darah sebelum dan setelah mendapat paparan sinar matahari pada wajah dan lengan tiga kali seminggu selama 12 minggu. Analisis data menggunakan uji t-berpasangan. Paparan sinar matahari dapat meningkatkan vitamin D. Serum 25(OH)D meningkat 15,9% dari 15.7 ng/dL menjadi 18,2 ng/dL. Paparan sinar matahari menurunkan tekanan darah sistolik (nilai p = 0,004) dan diastolik (nilai p = 0,011). Ultraviolet B dari sinar matahari 30 menit tiga kali seminggu selama 12 minggu dapat memperbaiki status vitamin D dan tekanan darah.
Kata kunci: Sinar matahari, status vitamin D, tekanan darah, wanita usia subur
AbstractUltraviolet B sunlight exposure is a primary source of vitamin D, but women of childbearing age who worked in room every day had low serum vitamin D despite Indonesia is a tropical country. The objective of this study was to evaluate the role of sun exposure in women of childbearing age on vitamin D status, and blood pressure. An intervention before-after study without group control was conducted on 21 healthy women. This study compared vitamin D status, and blood pressure before and after receiving ultraviolet B (UVB) from sun exposure on the face and both arms three times a week for 12 weeks. Anthropometric parameter and blood pressure were measured, were determined at baseline and after 12 weeks of sun exposure.
PendahuluanIndonesia adalah salah satu negara tropis yang sepanjang tahun disinari matahari. Sampai saat ini sangat jarang dilakukan penelitian tentang prevalensi defisiensi vitamin D apalagi spesifik pada pekerja wanita usia subur. Dari beberapa penelitian yang ada, prevalensi defisiensi vitamin D pada wanita berusia 45 _ 55 tahun adalah sekitar 50%. 1 Sementara temuan Setiati, 2 pada wanita berusia 60 _ 75 tahun menemukan defisiensi vitamin D sebesar 35,1%. Penelitian di Indonesia dan Malaysia, pada 504 wanita usia subur (WUS) berusia 18 _ 40 tahun menemukan rata-rata konsentrasi serum 25(OH)D adalah 48 nmol/L dengan prevalensi defisiensi vitamin D sebesar 63%. 3 Wanita pekerja merupakan bagian dari WUS yang perlu mendapatkan perhatian karena rentan terhadap masalah gizi disebabkan peran fisiologis melahirkan dan menstruasi. Selain itu, pekerja wanita jarang terpapar sinar matahari. Hal ini terkait dengan jam bekerja dimulai dari pagi hingga sore dan be kerja di dalam ruangan tertutup sehingga berisiko kekurangan vitamin D bersumber dari sinar matahari. 4 Selain itu, defisiensi vita-