Surakarta is one of the cities in Java island with a high population growth rate, triggering the increase in the construction, especially for high-rise buildings. The city is close to several earthquake sources, causing a high level of seismic hazard. One of the main parameters of earthquake resistant buildings design is the value of peak ground acceleration at surface level. It is obtained by multiplying the peak ground acceleration in the bedrock by a multiplier factor that depends on the site class conditions of the location. A previous study has been conducted in 2015 using 32 boreholes indicating that around 19.5% of Surakarta area is classified as SC (hard soil), and 80.5% of the rest is SD (medium soil). To increase the accuracy, another 31 additional boreholes data are adopted. The new result shows that Surakarta is divided into three different seismic site class. Around 4.80% the area is classified as SC (hard soil), 94.50% is SD (medium soil), and 0,70% is SE (soft soil). The southern part of Surakarta has a higher level of vulnerability to earthquakes, especially in the border area between Banjarsari, Laweyan, and Serengan subdistricts which have a SE (soft soil) seismic site class.
ABSTRAKSurakarta merupakan salah satu kota di Pulau Jawa dengan tingkat pertumbuhan penduduk dan sektor konstruksi yang tinggi. Kota ini cukup rentan terhadap gempa karena relatif dekat dengan sumbersumber gempa. Salah satu parameter utama disain bangunan gedung tahan gempa adalah percepatan puncak di permukaan tanah. Percepatan ini diperoleh dari perkalian percepatan puncak di batuan dasar dengan suatu faktor pengali yang tergantung pada kondisi kelas situs suatu tempat. Studi sebelumnya yang dilakukan pada tahun 2015 menggunakan 32 lubang bor menunjukkan bahwa sekitar 19.5% area Surakarta digolongkan sebagai tanah SC (tanah keras), dan sisanya 80.5% merupakan lapisan tanah SD (tanah sedang). Untuk meningkatkan akurasi, 31 data bor baru telah ditambahkan. Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 4.8% merupakan tanah SC (tanah keras), 94.5% merupakan tanah SD (tanah sedang), dan 0.7% merupakan tanah SE (tanah lunak). Tanah SE ini terlatak di bagian selatan Surakarta yaitu di perbatasan Kec. Banjarari, Laweyan, dan Serengan, dan merupakan area dengan tingkat kerentanan terhadap gempa paling tinggi.