Penelitian ini mengungkapkan kekerasan simbolik yang terjadi dalam struktur wacana di dalam kelas. Struktur wacana kelas terdiri atas bagian pembuka oleh guru, respon siswa, dan tanggapan atau kelanjutan dari guru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana kritis sebagai penelitian kualitatif. Data diambil dari rekaman video pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru peserta Pendidikan Profesi Guru di Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Analisis data menggunakan pendekatan analisis wacana kritis yang melibatkan teks, praktik wacana, dan konteks sosial-budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekerasan simbolik sering terjadi secara tidak sadar dalam struktur wacana kelas, terutama pada bagian pembuka, respon, dan kelanjutan. Dalam bagian pembuka, guru sering menggunakan kalimat perintah atau suruhan dengan kata-kata seperti "silakan", "harapkan", "mohon", atau menggunakan akhiran "-kan" pada kata kerja untuk memberikan stimulus kepada siswa. Siswa merespon pertanyaan atau perintah guru dengan menggunakan pengulangan dalam bagian respon. Sedangkan dalam bagian kelanjutan, guru menggunakan kata-kata penghargaan seperti "terima kasih" atau "baik" sebagai tanggapan terhadap jawaban siswa.