Tahun 2015 menjadi tahun terburuk dalam sejarah krisis pengungsi. Sejumlah 19,5 juta orang menjadi pengungsi di seluruh dunia. Kawasan Eropa menjadi tujuan utama bagi para pengungsi untuk mendapatkan perlindungan. Angela Merkel, Kanselir Jerman, memutuskan untuk mengeluarkan kebijakan Open Door guna merespon banyaknya jumlah pengungsi yang berdatangan. Respon Angela Merkel cukup signfikan mengingat beberapa negara Eropa lainnya seperti Perancis dan Hungaria justru berusaha untuk menutup negaranya bagi para pengungsi. Sensitivitas gender dan feminisme terlihat cukup esensial sehingga dapat mempengaruhi Angela Merkel dalam mengeluarkan kebijakan tersebut. Untuk itu, tulisan ini membahas mengenai bagaimana agenda-setting berbasis gender dilakukan oleh Angela Merkel. Kata kunci : Kebijakan, Open Door, Krisis Pengungsi, Jerman, Angela Merkel, Gender, Feminisme.