Gender Bias in History of Islamic Civilization (SKI)Course Materials at Madrasah Ibtidaiyah Level. This article examines the issue of gender bias in Islamic civilization history textbooks at Madrasah Ibtidaiyah level. Specifically, this article examines the extent to which gender bias is possible in SKI lessons for material sphere, images and rubrics. The data obtained through the study of the document, by analyzing textbooks and course materials used by teachers at the level of Madrasah Ibtidaiyah. This study found that SKI textbooks are still gender biased. Therefore, it is necessary to write textbooks for madrasah students by taking into account the principle of gender equality, so that gender bias issues are not preserved by Islamic educational institutions in Indonesia. The findings of this study may serve as a basis for the government, in particular the Ministry of Religious Affairs, in determining policies on textbooks for madrasah that should promote gender equality.
Penerapan metode menyenangkan dalam pembelajaran SKI di MIN 12 Kota Medan berpengaruh besar terhadap hasil belajar siswa, serta mampu menumbuhkan rasa semangat dalam belajar. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis. Adapun hasil penelitian: (1) Sebelum memulai pembelajaran guru harus menumbuhkan minat belajar siswa dengan cara bercerita. (2) Melibatkan siswa untuk mengalami langsung materi yang dipelajari. (3) Memperkenalkan siswa dalam penamaan materi yang berkaitan dengan pengalamannya dengan suatu rumusan teori ilmiah, (4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan segala hal baru disertai bukti-bukti. (5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan di depan kelas. (6) Memberikan penghargaan atau pujian kepada siswa yang antusias saat pembelajaran berlangsung.
<p><strong>Abstrak: </strong>wacana pendidikan Islam terus berkembang sesuai dengan kondisi yang dialami oleh para pelaku pendidikan. Terlepas, isu dihadapkan dengan civitas akademika yang dimunculkan dari perilaku masyarakat, ataupun memang hasil dari pengkajian serius dari kalangan dunia akademik. Urgensitas fenomena ini dapat dikaitkan sebagai terbuka lebarnya aksses seluruh lapisan masyarakat dalam membahas tentang pendidikan Islam itu sendiri, yang ultimate aimsnya dipahami sebagai percepatan peningkatan kualitas pendidikan Islam. salah satu isu yang kerap dikontrakskan adalah persolan sumber belajar dengan pembelajaran bersanad yang kemudian diafirmasi pada tataran madrasah ibtidaiyah sebagai lembaga formal tingkat dasar. Karena, wacana ini terus menggelinding yang kemudian mengharuskan sebuah kajian serius, artikel ini memberikan sebuah substansi krusial terhadap tersebut. yang pada akhirnya, bahwa sumber belajar dalam dunia pendidikan bermakna filosofis dipahami apa saja yang memberikan informasi terhadap ilmu pengetahuan. Sedangkan pembelajaran bersanad dipahami sebagai aktivitas pembelajaran yang memiliki akses ketersambungan ilmu pengetahuan. Inilah kemudian, disandingkan dengan posisi strategisnya masa pendidkan dasar yang harus dikelola dengan baik agar tidak terjebak pada shock informasi.</p><p><strong>Kata Kunci</strong>: Sumber, Pembelajaran, Bersanad</p>
Initial observations at Sds It Cendekia Medan revealed that the school had made progress in implementing character education. Each school displays character building values on the classroom walls, encourages students to practice good hygiene before entering class, provides conservation areas, and teaches students to take off their shoes before entering class. The aims of this research are as follows: 1) describe the teacher's knowledge about character education; 2) describe the incorporation of 18 character values into the PKn instruction; and 3) describe the factors that facilitate and hinder the implementation of character education. This research proposal is a qualitative descriptive research. The five phases of descriptive quantitative research are as follows: pre-study planning and design; data collection; reduction and presentation of data; data analysis and interpretation; as well as data verification and validation. Information Gathering Strategies Through Observations, Interviews, and Documentation. The research findings show that taking all things into consideration, the integration of the 18 characters into the Civics curriculum in the second year class of SDS It Cendekia Medan was successful. The results of research on the incorporation of character education into Civics education are included in the successful category; most teachers have a general understanding of character education. Teachers are tasked with shaping the personality of their students by incorporating character values into the classroom experience in all subjects; in return, students are expected to pay attention to their instructors as they present course material and apply the good habits they learn from their teachers into their daily lives at home and at school.
<p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran <em>Discovery Learning</em> terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik Kelas IV MIS Istiqomah<em> Islamic Fullday </em>School Sri Gunting Sunggal. Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif. Metodelogi penelitian ini menggunakan desain <em>Quasi Eksperiment</em> (Eksperimen Semu). Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa/i kelas IV MIS Istiqomah <em>Islamic Fullday School</em> Sri Gunting Sunggal dan sampel yang dipilih dalam penilitian ini adalah kelas IVA (kelas kontrol dengan model konvensional) dan kelas IVB (kelas eksperimen dengan model <em>discovery learning</em>. Analisis data yang digunakan yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik yang menggunakan model <em>discovery learning</em> IVA lebih tinggi dari hasil kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik yang menggunakan model konvensional IVB. Kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik di kelas eksperimen dengan model <em>discovery learning</em> diperoleh rata-rata sebesar 74,37, sedangkan pada kelas kontrol setelah diberi perlakuan dengan menggunakan model konvensional diperoleh nilai rata-rata 73. Berdasarkan pengujian hipotesis pada kelas eksperimen IVA dengan menggunakan uji-t diperoleh t<sub>hitung</sub> > t<sub>tabel</sub> yaitu 3,5476 > 2,021 dengan taraf signifikan 0,05 atau 5% yang menyatakan diterimanya H<sub>a </sub>dan H<sub>o </sub>maka dapat disimpulkan bahwa model <em>discovery learning </em>berpengaruh signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik Kelas IV MIS Istiqomah <em>Islamic Fullday School </em>Sri Gunting Sunggal.</p><p><strong>Kata </strong><strong>Kunci: Model <em>Discovery Learning</em>, Kemampuan Pemecahan </strong><strong> </strong><strong>Masalah Matematika Siswa</strong></p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.