ABSTRAKData Dinas Kebersihan Kota Kendari Tahun 2016 Kecamatan Kendari Barat memproduksi sampah 32,85 ton/hari, sedangkan di tahun 2017 mengalami peningkatan 12 m3/hari, dan jumlah sampah yang ditangani/diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sebanyak 7 m3/hari, sampah yang dihasilkan adalah sampah rumah tangga dan sampah dari Pasar Sentral Kota Kendari. Jenis penelitian ini adalah observational dengan desain cross sectional study. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, tindakan dan sarana prasarana dengan pengelolaan sampah rumah tangga pada masyarakat Kelurahan Sanua Kota Kendari Tahun 2018. Jumlah populasi adalah 983 orang responden, dengan teknik penarikan sampel menggunakan teknik cluster random sampling, dengan jumlah sampel 91 orang responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pengelolaan sampah dengan nilai x2 hitung = 10.812 > x2 tabel =2.784 dan hasil ᵠ= 0,345 yang berada pada level lemah. Ada hubungan antara tindakan dengan pengelolaan sampah dengan nilai x2 hitung = 11.065 > x2 tabel = 2.784 dan hasil ᵠ= 0,349 yang berada pada level lemah. Ada hubungan antara sarana prasarana dengan pengelolaan sampah dengan nilai x2 hitung = 36.107 > x2 tabel = 2.784 dan hasil ᵠ= 0,630 yang berada pada level kuat. Kata Kunci : Pengelolaan Sampah, Pengetahuan, Tindakan, Sarana PrasaranaABSTRACTData from the Kendari City Sanitation Office in 2016 in West Kendari sub-district produced 32.85 tons/day of waste, while in 2017 it increased by 12 m3 / day, and the amount of waste handled/transported to the Final Disposal Site (TPA) was 7 m3 / day, The garbage produced is household waste and rubbish from the Kendari City Central Market. This type of research is an observational cross-sectional study design. This study aims to determine the relationship between knowledge, actions and infrastructure and household waste management in the community of Sanua Kelurahan, Kendari City in 2018. The population is 983 respondents, with a sampling technique using cluster random sampling techniques, with a total sample of 91 respondents. The results showed that there was a relationship between knowledge and waste management with the calculated x2 value = 10,812> x2 table = 2,784 and the result ᵠ = 0.345 at the weak level. There is a relationship between actions with waste management with the calculated x2 value = 11,065> x2 table = 2,784 and the result ᵠ = 0.349 which is at a weak level. There is a relationship between infrastructure and waste management with the calculated x2 value = 36,107> x2 table = 2,784 and the result ᵠ = 0.630 which is at a strong level. Keywords : Waste Management, Knowledge, Actions, Infrastructure Facilities
Latar belakang: Bullying adalah suatu situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan yang dilakukan oleh individu atau kelompok. Perilaku bullying dapat diartikan sebagai melukai baik fisik maupun mental yang di lakukan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain secara berulang-ulang. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi ketrampilan mengelola emosi terhadap resiliensi remaja awal untuk mencegah perilaku bullying. Metode: Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian analitik dengan rancangan Cross Sectional. Hasil: Penelitian ini menunjukkan 4,31% atau 13 siswa masukpada kategori sangat rendah, 48,1% atau 145 siswa masuk pada kategori rendah. Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat keterampilan mengelola emosi siswa SMP masuk pada kategori rendah, yang artinya banyak siswa berpotensi memiliki kecenderungan yang tinggi untuk melakukan bullying.
Air sumur gali oleh masyarakat digunakan sebagai sumber air minum dan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Air sumur gali yang digunakan masyarakat di Kelurahan Lalolara memiliki tingkat kekeruhan sebesar 56 NTU. Kekeruhan tersebut belum memenuhi persyaratan air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih sebesar 25 NTU. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan dosis Kalsium karbonat (CaCO3) dan Poly Alumunium Cloride (PAC) dalam menjernihkan sumur gali. Hasil penelitian untuk komposisi kapur maupun PAC untuk dosis 5g/L 10 gr/L, 15 g/L masih belum efektif menurunkan tingkat kekeruhan sesuai baku mutu peraturan yang ada, sedangkan untuk dosis dan 20 g/L sudah efektif menjernihkan air sumur gali sesuai ketentuan peraturan yang berlaku. Kata Kunci: Air sumur, kapur, PAC. Dug well water by the community is used as a source of drinking water and clean water for daily needs. The dug well water used by the community in the Lalolara Village has a turbidity level of 56 NTU. This turbidity has not met the clean water requirements based on the Minister of Health Regulation Number 32 the Year 2017 concerning Clean Water Quality Requirements of 25 NTU. The purpose of this study is to determine the use of Calcium Carbonate (CaCO3) and Poly Aluminum Chloride (PAC) doses in clearing dug wells. The results of the study for the composition of lime or PAC for a dose of 5g / L 10 gr / L, 15 g / L is still not effective in reducing the turbidity level in accordance with the existing quality standards, whereas for doses and 20 g / L it has been effective in purifying dug well water according to the provisions applicable regulation Keywords: Lime, PAC, well water.
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah: 1). Untuk menganalisis implementasi kebijakan pemerintah daerah di bidang pendidikan Nonformal pada anak jalanan di Kota Kendari; 2). Untuk menganalisis hambatan implementasi kebijakan pemerintah daerah di bidang pendidikan Nonformal pada anak jalanan di Kota Kendari; 3). Untuk menganalisis upaya pemerintah daerah dalam mengatasi hambatan pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan Nonformal pada anak jalanan di Kota Kendari. Penelitian ini dilakukan di Kota Kendari, yakni Kantor Dinas Sosial, Kantor Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga dan di tempat pelaksanaan pendidikan Nonformal anak jalanan. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Informan Penelitian adalah anak jalanan, Pegawai Dinas Sosial, Pegawai Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga dan Tutor pendidikan Nonformal. Kategori anak jalanan yang di teliti dalam penelitian ini yakni berusia 6 sampai 18 tahun, tidak bersekolah, berkerja sebagai pengamen, mengemis, memulung dan menjual. Hasil penelitian menunjukan bahwa Implementasi kebijakan pemerintah daerah Kota Kendari di bidang pendidikan Nonformal pada anak jalanan belum berjalan dengan maksimal dari tiga aspek pembinaan berdasarkan peraturan daerah nomor 9 tahun 2014. Tidak semua pemerintah daerah Kota Kendari melaksanakan Peraturan Daerah tersebut. Di bidang pendidikan Nonformal berdasarkan pasal 12 (ayat 1 dan ayat 3) pemerintah daerah menyediakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Program pelaksanaan pembelajaran diantaranya: 1) Program Kesetaraan (Paket A, Paket B dan Paket C), dengan bentuk pembelajarannya adalah a) Pembelajaran Tatap Muka; b) Pembelajaran Mandiri; dan c) Pembelajaran Tutorial. 2) Program Keterampilan yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan anak jalanan atau peserta didik. Program keterampilan yang diajarkan adalah pembuatan kerajinan, membuat origami, membuat lampu-lampu hiasan dan lain-lain. Hambatan Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah di Bidang Pendidikan Nonformal Pada Anak Jalanan di Kota Kendari diantaranya: 1) terbatasnya dana; 2) tidak adanya rumah singgah; 3) partisipasi dan kesadaran masyarakat yang kurang dan 4) lingkungan pekerjaan yang terbatas. Upaya Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Pendidikan Nonformal Pada Anak Jalanan di Kota Kendari diantaranya mengusulkan penambahan dana; 2) mengusulkan pendirian rumah singgah; 3) Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat; dan 4) peningkatan fasilitas sarana dan prasarana. Kata Kunci : Anak Jalanan, Pemerintah Daerah dan Pendidikan Nonformal
This study was conducted to determine mercury contamination contained in soils in Kalirejo sub-district, Kulon Progo, Indonesia. This contamination occurred as a result of traditional gold mining activities that used the amalgamation method of mercury. Soil samples were collected from 6 sites; one site was located in an uncontaminated location, and 5 sites in contaminated soil were taken from 10 meters distance from the tailing ponds. Samples were collected from each site at 30, 60, and 90 cm depths. Mercury concentrations in each sample were measured according to the US EPA method, using Mercury analyzer type VM-3000. Mercury concentrations in uncontaminated area at 30, 60, 90 depths were 0.19 mg/kg, 0.02 mg/kg, and <0.0001 mg/kg respectively. These values did not exceed the quality standard according to Government Regulation No 101 The Year 2014 concerning Hazardous Waste Management of 0.3 mg/kg. Meanwhile, mercury concentrations around the tailing ponds were 0.30 to 22.51 mg/kg, which exceeded the quality standard.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.