Urinary tract tuberculosis (TB) is a rare extrapulmonary manifestation of TB in children. The disease is potentially underdiagnosed because it clinically resembles other urinary tract infections. A 13-year-old adolescent girl presented with pain, difficulty in micturition, and gross hematuria for almost two years before admission, and she had left flank pain since one year ago and significant loss of body weight during the illness. The close TB contact was her grandmother who was on TB treatment. Acid-fast bacilli yielded positive result, Mantoux test was positive (17 mm), urine GeneXpert MTB/Rif was positive; tuberculoma was identified on kidney histopathology, and a diuretic renogram revealed an uncorrected glomerular filtration rate (GFR) of the right and left kidney to be 32.5 mL/min/1.73 m2 and 5 mL/min/1.73 m2, respectively. During the treatment, oral anti-TB drug-induced hepatotoxicity (ADIH) occurred to the patient. This problem was solved with management according to the British Thoracic Society (BTS) guidelines. Screening TB in children is very important for a better outcome. If children complain of some complicated urinary tract infection, TB should be suspected. Optimaly treating children with urinary tract TB exagerrated with ADIH and CKD is very challenging.
Latar belakang. Hipotiroid kongenital (HK) adalah kondisi kekurangan hormon tiroid, tiroksin, dan tri-iodotironina sejak lahir yang dapat menyebabkan gangguan organogenesis sistem saraf pusat serta metabolisme tubuh. Penderita HK yang tidak diterapi dapat berlanjut menjadi individu dengan gangguan perkembangan. Data di Indonesia dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sejak tahun 2000-2013, angka kejadian HK pada bayi baru lahir sebanyak 1:2736. Tujuan. Mengetahui hubungan awitan pengobatan dengan gangguan perkembangan pada anak dengan HK.Metode. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan potong lintang yang dilakukan periode bulan Agustus–November 2018. Subjek HK datang kontrol ke klinik rawat jalan endokrin dan tumbuh kembang RS. Hasan Sadikin, berusia <36 bulan dan mendapat terapi levotiroksin, dilakukan penilaian perkembangan dengan pemeriksaan Denver dan CAT/ CLAMS (cognitive adaptive test/ clinical linguistic auditory milestone scale). Analisis data menggunakan uji chi-kuadrat dan Mann Whitney (p<0,05). Hasil. Terdapat 92 kasus HK, 12 dieksklusi, subjek terdiri dari 38 laki-laki dan 42 perempuan dengan rerata usia diagnosis 3,0 bulan (0,5–22,0 bulan). Didapatkan adanya hubungan usia saat diagnosis dan awitan pengobatan dengan gangguan perkembangan (p<0,001). Usia saat diagnosis dan awitan pengobatan >3 bulan lebih banyak mengalami gangguan perkembangannya.Kesimpulan. Pasien HK yang terlambat didiagnosis dan diberikan terapi akan mengalami gangguan perkembangan yang lebih banyak.
Pada penelitian ini telah dilakukan fotodegradasi pestisida jenis sipermetrin dengan adanya fotokatalis titanium (IV) oksida-platina. Fotokatalis tersebut dibuat dengan merefluks larutan titanium(IV) oksida tetraminplatina(II) klorida selama 2 jam kemudian diuapkan pelarutnya dan dipanaskan selama 12 jam. Padatan fotokatalis kemudian dikalsinasi selama 3 jam pada 500 °C. Hasil sintesis titanium(IV) oksida-platina 0,5% dan 1% dikarakterisasi dengan XRD, SEM, dan SEM-EDX. Kemampuan dalam mengkatalisis fotodegradasi diuji untuk pestisida sipermetrin yang dilakukan selama 4 jam. Hasil fotodegradasi dinyatakan sebagai COD (Chemical Oxygen Demand) yang diukur setiap 1 jam. Penurunan COD terbesar untuk titanium(IV) oksida platina 0,5% dan titanium(IV) oksida-platina 1% masing-masing yaitu 77% dan 79%.Sementara TiO2 standar sebesar 68,42 %. Fotokatalis titanium(IV) oksida-platina lebih baik dibanding titanium(IV) oksida untuk degradasi sipermetrin.
Penggunaan fentanil pada anestesi umum memiliki pengaruh terhadap pemulihan pascaoperasi dan penurunan hemodinamik saat induksi. Metode anestesi umum menggunakan analgetik nonopioid diharapkan meningkatkan kualitas pemulihan pascaoperasi. Pemberian ketamin dosis subanestesi memberi efek analgetik dengan efek samping minimal serta perubahan tekanan darah dan nadi lebih stabil. Tujuan penelitian ini membandingkan efek fentanil dengan ketamin terhadap kualitas pemulihan serta perubahan tekanan darah dan nadi saat induksi. Penelitian ini merupakan uji klinis tersamar ganda pada 30 pasien yang menjalani operasi odontektomi dengan anestesi umum di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung dari Januari-Maret 2020. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok ketamin, diinduksi menggunakan ketamin 0,5 mg/kgBB dan kelompok fentanil, diinduksi menggunakan fentanil 1,5 mcg/kgBB. Data dianalisis dengan uji-t tidak berpasangan, Uji Mann Whitney, dan Uji Kolmogorov-smirnov dengan nilai p<0,05 dianggap bermakna. Terdapat penurunan tekanan darah dan nadi yang signifikan (p<0,05) di menit ke-1, 3, dan 5 pada grup fentanil. Penilaian QoR-40 pada kelompok ketamin memiliki angka lebih tinggi (181,07±5,32) dibanding dengan kelompok fentanil (176,60±2,59) secara bermakna (p<0,05). Simpulan, skor pemulihan pascaanestesi umum dengan ketamin lebih tinggi dibanding dengan fentanil pada operasi odontektomi yang dinilai dengan QoR-40 dan ketamin dengan dosis subanestesi saat induksi menunjukkan hemodinamik yang lebih stabil dibanding dengan induksi menggunakan fentanil.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.