Bali memiliki banyak daerah yang berpotensi sebagai daerah tujuan wisata alam, salah satunya dengan memanfaatkan kawasan di sekitar Sungai Ayung. Sungai merupakan ekosistem terbuka, sehingga berkaitan erat dengan vegetasi riparian. Desa Bongkasa Pertiwi, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali merupakan salah satu desa yang berada di tepi Sungai Ayung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi vegetasi riparian di sekitar Sungai Ayung di Desa Bongkasa Pertiwi. Penentuan komposisi vegetasi riparian menggunakan metode plot, kemudian dianalisis untuk memperoleh parameter vegetasi dan lingkungan. Untuk mengetahui potensi wisata alam digunakan metode observasi dengan mengamati jenis tumbuhan yang memiliki interaksi khas dengan fauna setempat. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa vegetasi riparian yang terletak ke arah daratan memiliki struktur vegetasi yang lebih stabil dengan regenerasi jenis yang lebih baik dibandingkan dengan vegetasi riparian yang terletak ke arah Sungai Ayung. Secara umum, komposisi vegetasi riparian menunjukkan eksistensi dari pohon khas riparian, seperti bayur (Pterospermum javanicum). Bayur menjadi salah satu pohon penting yang berperan dalam mendukung wisata alam di Desa Bongkasa Pertiwi karena memiliki i interaksi dengan fauna lokal seperti burung alap-alap kawah (Falco peregrinus), burung pelatuk besi (Dinopium javanense), burung kadalan birah (Phaenicophaeus curvirostris), dan burung cucak kuning (Pycnonotus melanicterus).
Letusan Gunung Agung pada tahun 1963 memberikan dampak ekologis di sekitar muara Sungai Unda, Kabupaten Klungkung, Bali. Lahar yang mengalir melalui sungai tersebut menyebabkan terjadinya suksesi primer akibat tutupan pasir dan batu. Selama 57 tahun, muara Sungai Unda tidak hanya mengalami suksesi alam, tetapi juga mengalami suksesi antropogenik melalui pemanfaatan sebagai tambang pasir, lahan pastura, dan permukiman sementara. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari struktur dan komposisi vegetasi pada suksesi di muara Sungai Unda. Penentuan struktur vegetasi dilakukan pada 8 stasiun penelitian dengan menggunakan metode plot dengan jumlah 24 plot pohon (20 x 20 m) dan 48 plot vegetasi lantai (1 x 1 m). Data dianalisis menggunakan parameter ekologis seperti densitas, densitas relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominansi, dominansi relatif, dan nilai penting, serta dilengkapi dengan indeks keragaman Shannon-Weiner (H’), indeks dominansi (C), dan indeks keseragaman (E). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semak dan rumput merupakan bentuk hidup yang paling menentukan struktur vegetasi di Muara Sungai Unda. Beberapa spesies penyusun vegetasi tersebut merupakan tumbuhan invasif seperti yang harus dikontrol populasinya adalah Typha angustifolia, Ipomoea carnea, Chromolaena odorata, Lantana camara, dan Vachellia farnesiana. Berdasarkan indeks yang digunakan, keanekaragaman vegetasi termasuk dalam kategori tinggi, tanpa ada jenis yang mendominasi, dengan persebaran yang merata.Kata kunci: Gunung Agung; spesies invasive; suksesi antropogenik; vegetasi suksesiStructure and Composition of Successional Vegetation in Unda River, Klungkung Regency, BaliABSTRACTMount Agung eruption in 1963 caused major ecological impact around Unda River, Klungkung Regency, Bali. The volcanic mudflow that surpass the Unda River watershed initiate the primary succession in those areas. This research aimed to study the structure and composition of successional vegetation in Unda River. Twenty-four tree plots (20 x 20 m) and 48 understorey plots (1 x 1 m) derived from 8 research stations were used to determine the structure of vegetation. The data analyzed by ecological parameters, such as density, relative density, frequency, relative frequency, dominancy, relative dominancy, and importance value, then completed with Shannon-Weiner diversity index (H’), dominancy index (C), and evenness index (E). The results shown that the vegetation structure in Unda River determined by two major growth form: shrubs and grasses. Some notable invasive species that should be controlled are Typha angustifolia, Ipomoea carnea, Chromolaena odorata, Lantana camara, and Vachellia farnesiana. Based on the three indexes, the vegetation diversity was categorized as high diversity, without any species domination, and the distribution of the species are uniformKeywords: Anthropogenic succession; invasive species; Mount Agung; successional vegetation
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.