Teachers are major factor in education and professional teachers are those who inspire and give high motivation to ther students. More specific, teachers, including history teacher, also ought to look inside their students' characters and appreciate their backgrounds. The forming of students' mental and characters are not detached from transfer of values issues. In the 21st century where everything is affected by globalization, teachers should keep committed to educate and cultivate values of national characters. Learning inovation is truly necessary in education, therefore positive impacts of globalization must be utilized. Abstrak:Guru merupakan faktor utama dalam pendidikan dan guru profesional adalah sosok yang dapat menjadi sumber inspirasi dan pematik gairah belajar bagi anak didiknya. Lebih spesifik lagi, guru, termasuk juga guru sejarah, harus mampu melihat karakter anak didiknya dan menghargai setiap perbedaan yang menjadi latar belakang siswanya. Pembentukan mental dan karakter siswa tidak akan lepas dari persoalan penanaman nilai-nilai. Di abad ke-21 di mana semua yang terjadi terpengaruh oleh globalisasi, yang juga menghampiri dunia pendidikan, guru sepatutnya terus berjuang untuk tetap berkomitmen mendidik dan menanamkan nilai karakter bangsa. Inovasi pembelajaran sangat diperlukan dalam dunia pendidikan, maka dari itu dampak positif globalisasi harus dapat dimanfaatkan.
Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menambah wawasan dan bahan referensi bagi guru-guru sejarah tentang pentingnya berkreativitas dan berinovasi terhadap pembelajaran sejarah melalui media pembelajaran inovatif. Dalama penelitian ini ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Sumber yang menjadi acuan penelitian ini adalah berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan sumber referensi terkait penelitian. Hasil penelitian ini adalah meliputi: 1) Guru Sejarah memiliki daya saing, maksudnya guru sejarah mampu berdiri dengan kemajuan zaman dan mampu menyesuaikan dengan keadaan saat ini, 2) Guru Sejarah memiliki kemampuan terhadap teknologi, artinya gurusejarah mampu mengoperasikan bahkan mendesain materi sejarah dengan bantuan teknologi, 3) Guru Sejarah berpikir kreatif, artinya guru sejarah mampu memecahkan masalah yang muncul dalam pembelajaran sejarah itu sendiri, 4) Guru Sejarah memiliki inovatif dan kreatif dalam memanfaatkan media pembelajaran, artinya, perkembangan zaman membuat guru sejarah memiliki kemampuan yang luas dalam berkreasi terhadap beberapa media, 5) Guru Sejarah berinovasi dengan media pembelajaran, artinya kemampuan guru sejarah dalam berinovasi dengan mendesain berbagai media dengan materi sejarah yang menarik, 6) Tantangan dalam memanfaatkan media teknologi, artinya guru sejarah melihat kemajuan zaman sebagai tantangan yang harus dimanfaatkan untuk tetap memprioritaskan masa depan bangsa Indonesia. Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa guru-guru sejarah harus mengikuti perkembangan zaman dalam memodifikasi pembelajaran agar dapat meningkatkan pemahaman dan prestasi siswa di Sekolah.
The current study provided a comparison the antioxidant activity, total phenolic and total flavonoid contents of propolis in two different types of honey bees and location. The material used for this research were propolis which was produced by different honey bees, namely Apis mellifera and Trigona sp in different location from Batu and Mojokerto. The method used was descriptive analysis. Findings suggested the maximum and minimum of antioxidant activity were obtained by propolis Trigona sp. from Mojokerto (987.24 µg/g) and propolis Trigona sp. from Batu (166.25 µg/g). The maximum and minimum of total flavonoid content were obtained by propolis Apis mellifera from Mojokerto (1.990 mg/g) and propolis Trigona sp from Mojokerto (1.000 mg/g). The maximum and minimum of total fenolic content were obtained by propolis Apis mellifera from Mojokerto (21.980 mg/g) and propolis Trigona sp from Mojokerto (9.603 mg/g). Propolis Apis mellifera from Mojokerto had a higher total flavonoids and phenolic content and Trigona sp. from Mojokerto had lowest of antioxidant activity, total flavonoids and total phenolics.
Politik etis dipusatkan membangun irigasi, menyelenggarakan emigrasi, dan memberikan sebuah pendidikan bagi bangsa Indonesia. Politik etis menuntut bangsa Indonesia kearah kemajuan, namun tetap bernaung di bawah penjajahan Belanda. Awal mula dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, bahwa Belanda memperhatikan pribumi dan membantu Indonesia dalam masa kesulitan. Meskipun pada kenyataannya kebijakan politik etis tidak serta merta mensejahterakan rakyat Indonesia, namun mampu merubah tatanan kehidupan bangsa, dimana sistem irigasi ada dimana-mana, masyarakat mengenal sistem pertanian dan perkebunan modern. Emigrasi atau trasmigrasi, dimana masyarakat dikirim keluar pulau Jawa, masyarakat Indonesia menjadi kenal satu sama lain dan membangun hubungan yang baik. Dampak politik etis yang sangat menonjol adalah program edukasi atau pendidikan. Adanya pendidikan bagi bangsa Indonesia, akhirnya dapat merubah pemikiran bangsa Indonesia untuk berfikir lebih maju dan bagaimana memperjuangkan suatu kemerdekaan tanpa jalan perang seperti di masa silam. Keuntungan dibidang pendidikan, yaitu banyak melahirkan tokoh cendikian lokal yang cerdas dan memiliki pemikiran yang setara dengan bangsa barat lainnya. Tokoh Cendikian atau golongan terpelajar bangsa Indonesia inilah yang akhirnya memperjuangkan kemerdekaan rakyat Indonesia dengan semangat nasionalisme dengan cara diplomasi dan perang kemerdekaan Indonesia.
Low fat mayonnaise has disadvantage of having low stability, this is due to decreased dispersed phase and increased aqueous phase. The use of a stabilizer is needed to improve the quality of low fat mayonnaise. The use of banana peel flour is to add the value of low fat mayonnaise. The objective of this research was to observe the quality of low fat mayonnaise by using banana peel flour as a stabilizer. The research method used an experiment using a completely randomized design. The research treatment were use of various percentage of banana peel flour (1%, 3%, 5%) which will be compared with a control (without banana peel flour) with 4 replications. The data obtained were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and followed by Duncan’s multiple range test. The results showed that the use of banana peel flour gave a significant difference in pH and acidity, highly significant difference with moisture content and gave no difference to the sensory evaluation of low fat mayonnaise. The use of banana peel flour can increase the stability of the emulsion and can be acceptable. The conclusion of the study using 1% banana peel flour produced good quality of mayonnaise.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.