Bahasa berkaitan dengan budaya. Seperti halnya bahasa yang lain, bahasa Indonesia pun banyak dipengaruhi budaya-budaya setempat. Untuk itu, sebagai strategi pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) harus juga mengenalkan budaya-budaya yang ada di Indonesia. Model yang digunakan untuk pembelajaran tersebut adalah multiliterasi berbasis warna lokal Betawi. Dengan multiliterasi pembelajaran tidak hanya mengajarkan aspek kebahasaan tetapi juga budaya mencakup identitas, keyakinan, profesi, kebiasaan, dan sebagainya budaya setempat. Pilihan tersebut berdasarkan lokasi penelitian yaitu UIN Syarif Hidayatullah terletak di Jakarta yang didominasi masyarakat Betawi. Selain itu, Betawi merupakan representasi masyarakat Indonesia sebenarnya. Sastra warna lokal yang dipakai untuk model ini adalah prosa berupa kumpulan cerpen Terang Bulang, Terang di Kali dan Cerita Keliling Jakarta karya S.M. Ardan dan puisi lama yang berbentuk Pantun. Dengan multiliterasi, diharapkan pembelajar BIPA selain memiliki kemampuan kebahasaan juga dapat memahami budaya Indonesia khususnya Betawi. Dengan demikian, para pembelajar BIPA memiliki impresi sehinga termotivasi untuk belajar bahasa Indonesia dan menggunakannya dalam berbagai kesempatan.
Modernity makes language develop quickly, one of which is the emergence of new vocabularies of Indonesian language. The meanings of vocabularies that emerge are often not understood, thus making the communication process not conveyed. One of the contributors to the fastest development of language is millennial generation. Millennials use various languages in communication on social media. However, the language that arises sometimes has a negative meaning and is included in the classification of slang. It is interesting to study that the Indonesian language is able to absorb, match, and bring up new terms in communication. The purpose of this article is to discuss the emergence of new vocabularies in a variety of social media. The emergence of new vocabularies is reviewed from two aspects, namely positive aspects and negative aspects. In addition, the words that appear are reviewed from the wrong form of acronyms or palindromes. The methodology used in this study is included in the descriptive qualitative type by describing the findings of the study using words in detail. Data collection uses content analysis by linking to phenomena in the community. Anchored in the data, it is revealed that millennial generation tends to use slangs in the wrong form of acronyms and palindromes. Because correct palindromes read from the back or front have the same words and meanings. In contrast, millennial generation makes writing in the form of a palindrome as mereslang vocabularies without knowing the correct concept of the palindrome
Penelitian ini beranjak dari permasalahan bagaimana konflik agama yang terdapat pada novel Maryam karya Okky Madasari. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berbagai hal tentang konflik agama dalam novel tersebut yang berkaitan dengan pola-pola, proses, tahapan, dan resolusi dari konflik agama. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif serta teori Sosiologi Sastra, disimpulkan bahwa dalam novel Maryam konflik agama tidak hanya disebabkan persoalan agama tetapi sebagian disebabkan faktor di luar agama. Pola konflik tersebut adalah konflik dalam satu agama karena dianggap sesat. Akibatnya, konflik menyebabkan hancurnya rumah dan tempat ibadah Ahmadi serta terusirnya mereka dari tetapi dari kampungnya. Namun, konflik itu semakin meningkatkan solidaritas para Ahmadi. Sedangkan resolusi konflik dalam novel tersebut menghasilkan keputusan yang tidak memuaskan untuk semua golongan.
This research aims at scrutinizing two novels, Palawidja by Karim Halim dan Kembang Jepun by Remy Sylado, by using the theory of literary sosiology to observe the point of views of each authors. Obviosly, they have different pictures on the situation in Indonesia during the Japanese occupation. Remy Sylado, who wrote after the Japanese occupation, gives a more objective picture in his novels than Karim Halim, who live and wrote novels during the Japanese occupation, does. Palawidja is biased due to the fact that Karim Halim worked for Balai Pustaka, a publishing company under the control of the Japanese authority. Therefore, he supported the Japanese propaganda and could not give an objective picture of the condition in Indonesia at the time.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.