Sistem produksi yang efektif dan efisien akan menghasilkan produk yang berkualitas, sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian. Kerugian yang dialami suatu perusahaan salah satunya karena permasalahan pemborosan (waste). Pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis waste pada produksi produk X di PT ABC menggunakan pendekatan Lean. Hasil klasifikasi menunjukkan bahwa keseluruhan aktivitas produksi dari setiap proses yang didapat adalah sebesar 22% untuk value-added activity (VA), 22% untuk non value-added activity (NVA), dan 56% untuk necessary non value-added activity (NNVA). Dari hasil klasifikasi tersebut kemudian dapat diidentifikasi dalam 9 faktor yang dapat menyebabkan waste. 9 Waste tersebut disingkat dengan E-Downtime, yang terdiri dari Environmental, Health, and Safety (EHS), Defect, Over Production, Waiting, Non-Utilizing Employee, Transportation, Inventory, Motion, dan Excess Proceessing. Berdasarkan hasil identifikasi dan analisa, permasalahan waste yang terjadi adalah setiap proses operasi selesai, benda trial untuk produk X akan dilakukan pengukuran oleh tim QA, dan pengukuran tersebut dilakukan terus berulang hingga operasi terakhir. Selain itu, terdapat antrian dari tim QA sehingga menimbulkan downtime yang cukup lama, akibatnya lead time produksi akan lebih lama. Usulan perbaikan yang direkomendasikan oleh peneliti adalah supaya pengukuran benda trial oleh tim QA dilakukan secara sekaligus yaitu satu kali setelah proses produksi dari operasi pertama sampai operasi terakhir telah selesai. Hal tersebut dapat meminimalkan waktu menganggur operator produksi sehingga mampu menghilangkan waste di PT ABC.
PT. X is a company domiciled in Gedebage, Bandung which is engaged in the manufacturing industry by producing precision parts using CNC machines. PT. X is a sub-contracting company that usually serves project work from other companies. PT. Y and PT. Z is a regular customer who often works with PT. X. So that PT. X often sends finished products directly to PT. Y who is domiciled on Jl. Gatot Subroto, Bandung and also PT. Z who is domiciled on Jl. Pajajaran, Bandung. To minimize the cost of distribution of goods, PT. X must determine an adequate path taking into account the optimization of transportation costs. One of the variables that affect transportation costs is distance. It is assumed that the optimal path for transportation costs is the shortest distance using the Dijkstra method. This test uses data from Google Maps to find out the distance to each destination, making it easier to get the shortest path. Obtained the shortest path from PT. X to PT.Y is 12.3 Km via West Java Police then Carefour, while the shortest route is from PT. Y to PT. Z is 10.7 Km via Simpang Lima then Vie Hotel Westhoff. So that the optimal total mileage for distributing goods is 23 Km.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.