Jasa ekosistem merupakan manfaat yang diperoleh manusia dari ekosistem. Maraknya tuntutan untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan, kebutuhan terhadap informasi jasa ekosistem semakin meningkat sebagai bahan pertimbangan dalam berbagai kebijakan dan perencanaan pembangunan. Salah satu pemanfaatan informasi jasa ekosistem adalah untuk pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam, serta perencanaan tata ruang. Menjawab kebutuhan tersebut, beberapa peneliti telah mengembangkan berbagai metode dalam menyediakan informasi jasa ekosistem. Metode yang seringkali digunakan adalah penyusunan peta jasa ekosistem menggunakan pendekatan yang diperoleh dari data tutupan lahan. Metode ini dinilai cukup efektif dan efisien dari sisi biaya dan waktu, khususnya untuk wilayah kajian di skala global, regional dan nasional, mengingat data tutupan lahan pada skala tersebut dapat diperoleh dengan mudah. Namun beberapa ahli berpendapat bahwa kekurangan dari metode tersebut adalah akurasi hasilnya belum mumpuni, tetapi dapat diatasi melalui kombinasi dari beberapa variabel yang dapat menjelaskan hubungan antara proses ekosistem dengan jasa yang dihasilkannya. Paper ini mengkaji pendapat para ahli tersebut, dan secara khusus membahas perbandingan hasil peta jasa ekosistem yang disusun melalui pertimbangan para ahli terhadap potensi jasa ekosistem pada tutupan lahan dan kombinasi antara tutupan lahan dan ekoregion. Pembobotan jasa ekosistem terhadap tutupan lahan dan ekoregion dilakukan melalui Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan metode perhitungan pairwise comparison. Wilayah studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pulau Jawa, sedangkan jenis jasa ekosistem yang dianalisis adalah penyedia pangan. Hasil dari perhitungan menunjukkan bahwa nilai indeks jasa ekosistem yang dihasilkan dari kombinasi tutupan lahan dan ekoregion menghasilkan peta jasa ekosistem yang lebih akurat informasinya secara kualitatif.
Kota besar seperti Jakarta memiliki masalah dalam mengelola kualitas udaranya. Dampak pencemaran udara akan mengakibatkan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat. Dalam rangka pengendalian pencemaran udara diperlukan model jaringan stasiun pemantauan kualitas udara. Penelitian pemodelan jaring stasiun pemantau kualitas udara telah dilakukan untuk mencari lokasi yang potensial bagi stasiun pengamatan kualitas udara yang didasarkan pada model densitas populasi penduduk dan variasi spasial sumber pencemar di wilayah Jakarta. Pemodelan jejaring lokasi berpotensi untuk stasiun pemantauan kualitas udara dilakukan dengan dua pentahapan. Tahapan pertama adalah pemilihan lokasi potensi stasiun. Tahapan kedua adalah penyeleksian lokasi potensi stasiun berdasarkan zonasi, kepadatan penduduk, tutupan lahan sekitar, dan kemudahan akses dan perizinan. Pemodelan jaringan pemantauan kualitas udara menghasilkan luaran zona potensi titik pantau serta 81 titik potensi lokasi pemantauan kualitas udara. Potensi titik-titik tersebut diseleksi dengan mempertimbangkan landuse, jarak antartitik, dan kemudahan perizinan untuk mendapatkan 53 lokasi stasiun pemantauan udara untuk seluruh wilayah DKI Jakarta. Hasil pemodelan ini selanjutnya digunakan untuk menempatkan titik pemantauan kualitas udara pada riset Urban hybriD model for AiR pollution exposure Assessment (UDARA).
This is a PDF file of an article that has undergone enhancements after acceptance, such as the addition of a cover page and metadata, and formatting for readability, but it is not yet the definitive version of record. This version will undergo additional copyediting, typesetting and review before it is published in its final form, but we are providing this version to give early visibility of the article. Please note that, during the production process, errors may be discovered which could affect the content, and all legal disclaimers that apply to the journal pertain.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.