The Eastern Indian Ocean off Southern Java is one of the bigeye tuna fishing hotspots and has a fishing potential of 27%. Analyses of bigeye tuna fishing areas focus on the South Java-Bali waters at coordinates of 105°-120 ° E and 5 ° - 20 ° S. Oceanographic parameters affect the habitat of Bigeye tuna. Sub surface temperature is an important and major factor in fishing layers. Time series of sub surface temperature data from 2005-2017 was used as an input for the analysis of the fuzzy inference system method. This method has been widely used in fisheries areas but has not yet been applied to fishing ground predictions. The use of vertical temperature data variation such as 100 m, 150 m, 200 m, 250 m, and 300 m are expected to be able to map the most optimal fishing potential area for bigeye tuna fishing ground. The model output is verified using actual coordinate data to obtain a relationship between the model results and coordinate catch point. The result show that at 200 m is the best fishing layer of bigeye tuna.
Spatio-temporal analysis of yellow fin tuna fishing activity could give us new perception and perspective on studying this fisheries resource exploration. This study was carried out in Eastern Indian Ocean off Sumatera. Fishing data were collected between 2014 until 2018 from the hand line fishermen’s daily logbooks accessed from Bungus fishing port. Data were organized into a database and structured on a geographical reference to allow GIS-Based analysis. We performed raster calculator analysis and spatial statistical analysis to understand spatiotemporal distribution behaviour and fishing activity also employed the generalized additive model to understand the habitat preferences. The result of GIS-based analysis shows the dynamics of catch, effort and catch per unit effort distribution patterns, underlining the annual differences of geographical distribution and fishing pattern. The most concentrated fishing activity monitored in 2014 while the more dispersed fishing activity monitored in 2017. The geographic orientation of spatial distribution monitored at range between 72.90 degrees until 176.15 degrees. GIS provide an important and powerful tool to analyse fishing information to help decision makers in the EIO off Sumatera on Tuna management.
Sampah organik dari industri tahu pada umumnya hanya dibuang ke aliran sungai di sekitarnya dan tidak dimanfaatkan oleh masyarakat. Limbah cair tahu mengandung banyak protein, sehingga dalam proses dekomposisi menghasilkan amonia yang menyebabkan bau. Kurangnya peneliti yang memahami bahwa limbah tahu juga dapat digunakan sebagai substrat dalam Sel Bahan Bakar Mikro (MFC). MFC adalah sistem atau perangkat yang menggunakan bakteri sebagai katalis untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik. Elektron diproduksi oleh bakteri dari substrat yang ditransfer ke anoda (kutub negatif) dan dialirkan ke katoda (kutub positif), kemudian dihubungkan oleh perangkat konduktivitas termasuk resistor atau dioperasikan di bawah muatan untuk menghasilkan listrik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan limbah tahu sebagai substrat dalam anoda terhadap arus listrik di MFC juga mengetahui pemodelan MFC paling efektif dan menyediakan listrik dengan arus tertinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemodelan MFC yang dianggap paling efektif dan menghasilkan tegangan tertinggi adalah sistem dual chamber dengan Nafion. Ruang ganda MFC dengan isolat Nafion Staphylococcus saprophyticus mampu menghasilkan nilai tegangan 3,74x105 mV dan nilai kerapatan daya 2,87x104 mW m-2.
Pencemaran tanah oleh hidrokarbon minyak bumi semakin meningkat akibat dari meningkatnya kegiatan eksplorasi, eksploitasi, transportasi, pengolahan dan penyimpanan hidrokarbon minyak bumi tersebut. Kajian ini dilakukan untuk mendapatkan isolat yang berpotensi dalam mendegradasi hidrokarbon yang diharapkan dapat membantu mengurangi cemaran hidrokarbon pada tanah-tanah tercemar hidrokarbon. Hasil pengamatan ditemukan isolat I 10-4 Sp. 14 dari rhizosfer bambu dan D 10-5 Sp. 2 dari tanah tercemar hidrokarbon di pool bus Pahala Kencana Zona B dengan kandungan minyak sebesar 0.2 g/10 g tanah dan isolat E 10-4 Sp. 17 dari tanah tercemar hidrokarbon di pool bus Dinas Kehutanan zona A dengan kandungan minyak sebesar 0.5 g/10 g tanah setelah 4 minggu inkubasi. Efisiensi degradasi tertinggi ditunjukkan oleh isolat D 10-5 Sp.2 sebesar 95.35%, diikuti oleh I 10-4 Sp.14 dan E 10-4 Sp.17 sebesar 94.12 dan 87.18 %. Dengan demikian bakteri D 10-5 Sp.2 dan I 10-4 Sp.14 berpotensi dalam mendegradasi hidrokarbon oli bekas berdasarkan nilai TPH dengan kandungan minyak sebesar 0.2 g/10 g tanah dan efisiensi degradasi hidrokarbon yang tinggi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.