This paper examines how the competence of Christian teachers in increasing student learning motivation. The research locus of The State Junior High School 4 Manado was chosen because of the fact that there are teachers who have not tried to develop their competence in their teaching profession. One of the weaknesses found in teachers is the low level of competence, as a result of which it has an impact on increasing student learning. This paper uses qualitative methods with a literature study and observation approach as a primary source in obtaining data. The results of the review on this topic explain that the competencies that a teacher should have to increase the interest in learning students, starting from having knowledge in pedagogics there is personality competence and spiritual competence. In addition, the supporting elements possessed by the teacher in his competence, he must be able to solve problems in learning, have a good attitude. Teachers are encouraged to increase student motivation, because teachers are a call from God.Keyword: Teacher Competence, Christian Religious Education, Student MotivationAbstrak: Tulisan ini mengkaji bagaimana kompetensi guru agama Kristen dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Lokus penelitian Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Manado dipilih karena ditemukan fakta, adanya guru yang belum berusaha mengembangkan kompetensinya terhadap profesi keguruannya. Salah satu kelemahan yang terdapat pada diri guru diantaranya rendahnya tingkat kompetensi, akibatnya berdampak pada peningkatan belajar peserta didik. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan dan observasi sebagai sumber primer dalam memperoleh data. Hasil ulasan pada topik ini menerangkan bahwa kompetensi yang seharusnya dimiliki seorang guru untuk meningkatkan minat belajar nara-didik, dimulai dari memiliki ilmu dalam pedagogik adanya kompetensi kepribadian dan kompetensi spiritual. Selain itu unsur pendukung yang dimiliki oleh guru dalam kompetensinya, ia harus mampu memecahkan masalah dalam pembelajaran, memiliki sikap yang baik. Guru dihimbau dapat meningkatkan motivasi siswa, karena guru merupakan panggilan dari Tuhan.Kata Kunci: Kompetensi Guru, Pendidikan Agama Kristen, Motivasi Siswa
Sesuai dengan karakteristik era disrupsi yang telah merombak tata kelola hidup manusia, penginjilan pun disyaratkan untuk ikut teradaptasi karenanya. Disrupsi penginjilan diawali dengan perubahan paradigma fundamental mengenai maknanya. Penginjilan era digital buka melulu perubahan pada metode penyelenggaraan yang melibatkan teknologi digital, namun lebih kepada totalitas penyelenggaraan yang didasarkan pada makna sesuai kebenaran Alkitab. Penelitian diselenggarakan melalui metode kualitatif dikarenakan dilakukan eksplorasi mendalam tentang makna penginjilan. Teknik studi kepustakaan menjadi pilihan dan penelusuran teks-teks Alkitab sebagai landasan pijak menyusun argumen dan simpulan penelitian. Tujuan riset mendalami makna hakiki penginjilan dan memberikan pemahaman baru mengenainya. Riset juga memberikan gambaran praktis bagaimana menyelenggarakan penginjilan yang benar sesuai zaman digital ini. Simpulan riset menyatakan bahwa penginjilan digital memerlukan transformasi penyelenggaraan yang melibatkan ikatan sinergitas yaitu: Pertama, sinergi instrumental. Sinergi ini merupakan paduan dari dunia digital dan dunia nyata sebagai instrumen terselenggaranya penginjilan. Kedua, sinergi personal. Sinergitas yang dimaksudkan adalah paduan kekuatan atau sinergi aspek intelektual, emosional dan aksional dalam diri orang percaya sebagai penginjil. Dengan memanfaatkan paduan kekuatan tersebut seorang individu dapat mengoptimalkan penginjilan. Sinergi personal mendeskripsikan tentang keutuhan dan totalitas individu dalam melakukan penginjilan. Ketiga, sinergi relasional. Relasional berbicara mengenai hubungan yang terjalin kuat dan sehat antara semua umat percaya: gereja, keluarga, lembaga pendidikan, dan individu. Media digital memungkinkan sinergi tersebut dapat dilakukan dengan mudah. Kerjasama gereja, lembaga pendidikan, keluarga dan seluruh umat Tuhan dalam penginjilan digital sangat dibutuhkan agar khalayak sungguh-sungguh mendapatkan kebenaran firman Tuhan yang benar, tidak ada perdebatan, konflik dan tindakan saling menyalahkan yang pada ujungnya menjadi batu sandungan dalam penginjilan. Keempat, sinergi sosial. Penginjilan perlu memperhatikan kehidupan sosial masyarakat. Penginjilan memuat tanggungjawab secara sosial sehingga tidak akan berhasil tanpa tindakan nyata kepada sesama. Tindakan kasih dapat dimanifestasikan dalam bentuk dukungan langsung: pertolongan, semangat, pendampingan, penyediaan diri, pengorbanan dan pelbagai tindakan kasih lainnya.
The phenomenon of fading the meaning of worship within the scope of believers has been seen. It is marked, when worshiping in the church, sanctity in worship as if not visible because worship is considered limited to the liturgical design of man. As a result, when worshiping honors to God when worshiping as if invisible from the attitude of. This paper examines how to worship in the text of Psalm 100:1-5. In outlining this topic, researchers use the kualittative method with a literary approach and exegesis studies. Focus the research question on this article, how to worship according to Psalm 100:1-5. The results of the review of the exposure of this topic found that the word worship dB.;[ It means serving God and working for someone else. That means that it serves two sides, first working for the needs of others. The second is to serve God in the form of worship. Thus, every believer in the present who does good things to others, it is part of worshiping God in addition to also carrying out worship in the local church. AbstrakFenomena mulai memudarnya pemaknaan tentang ibadah dalam lingkup orang percaya telah terlihat. Hal ini ditandai, ketika beribadah di gereja, kesakralan dalam ibadah seakan tidak tampak karena ibadah dianggap sebatas rancangan liturgis manusia. Akibatnya, ketika beribadah penghormatan kepada Allah saat beribadah seakan tidak terlihat dari sikap. Tulisan ini mengkaji bagaimana cara beribadah diliat dari teks Mazmur 100:1-5. Di dalam menguraikan topik ini, peneliti menggunakan metode kualittatif dengan pendekatan literatur dan studi eksegesis. Fokus pertanyaan penelitian pada artikel ini, bagaimana tata cara ibadah menurut Mazmur 100:1-5. Hasil ulasan dari pemaparan topik ini ditemukan bahwa kata beribadahlah dB.;[;i yang artinya melayani Tuhan dan bekerja untuk adalah orang lain. Itu berarti bahwa melayani dua sisi, pertama bekerja untuk keperluan orang lain. Kedua melayani Tuhan dalam bentuk ibadah. Dengan demikian, setiap orang percaya di masa kini yang melakukan hal baik kepada orang lain, itu bagian dari ibadah kepada Allah di samping ia juga melaksanakan peribadatan dalam gereja lokal.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.