Rivaroxaban is an anticoagulant agent that often experience biotransformation in the liver through CYP3A4/5 (18%); CYP2J2 (14%) and CYP independent hydrolytic cleavage (14%). Several studies revealed that Polymorphism in drug-metabolizing enzyme genes can affect the rivaroxaban levels in the body. Therefore, this study aims to review the effect of gene variations of metabolizing enzymes on rivaroxaban concentration in patient’s body. A search using keyword rivaroxaban, polymorphism, CYP3A4, CYP3A5 and CYP2J2 was carried out in Google Scholar. Several studies showed that polymorphisms of metabolizing genes do not have a significant effect on rivaroxaban concentration. There is also a need for comprehensive studies involving all single nucleotide polymorphisms (SNPs) that play a role in the drug’s pharmacokinetics. This is because rivaroxaban is metabolized by several CYP isoenzymes and excreted by different transporters. This still opens the opportunity for further studies on its pharmacogenomic.

Masalah penggunaan obat yang rasional di masyarakat terutama pada kalangan pelajar masih minim pengetahuan. Pemerintah melalui program gema cermat atau gerakan masyarakat cerdas menggunakan obat yang bekerjasama dengan masyarakat mengharapkan adanya peningkatan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam penggunaan obat yang baik dan bijak sehingga melahirkan kepedulian dan kesadaran dalam penggunaan obat yang beredar di masyarakat. Pendidikan kesehatan merupakan suatu upaya yang diberikan berupa bimbingan dan tuntunan kepada seseorang atau peserta didik. Untuk itu pemberian penyuluhan diharapkan dapat mampu meningkatkan pengetahuan tentang penggunaan obat yang tepat pada siswa. Metode yang digunakan dalam edukasi kepada siswa adalah melalui pemaparan materi, diskusi, kuis, dan bermain game. Sebelum dan sesudah edukasi siswa diberikan pre-test dan post-test.  Edukasi meningkatkan pengetahuan siswa ditunjukkan dari hasil post-test yang diperoleh memiliki nilai pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan pre-test.

Masalah penggunaan obat yang rasional di masyarakat terutama pada kalangan pelajar masih minim pengetahuan. Pemerintah melalui program gema cermat atau gerakan masyarakat cerdas menggunakan obat yang bekerjasama dengan masyarakat mengharapkan adanya peningkatan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam penggunaan obat yang baik dan bijak sehingga melahirkan kepedulian dan kesadaran dalam penggunaan obat yang beredar di masyarakat. Pendidikan kesehatan merupakan suatu upaya yang diberikan berupa bimbingan dan tuntunan kepada seseorang atau peserta didik. Untuk itu pemberian penyuluhan diharapkan dapat mampu meningkatkan pengetahuan tentang penggunaan obat yang tepat pada siswa. Metode yang digunakan dalam edukasi kepada siswa adalah melalui pemaparan materi, diskusi, kuis, dan bermain game. Sebelum dan sesudah edukasi siswa diberikan pre-test dan post-test.  Edukasi meningkatkan pengetahuan siswa ditunjukkan dari hasil post-test yang diperoleh memiliki nilai pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan pre-test.

The background of this research is the use of psychoactive substances causes complex problems and becomes a threat to the state. Rehabilitation can reduce the risk of relapse of psychoactive substance abuse and the risk of crime, thereby improving quality of life. Understanding rehabilitation with quality of life has a positive impact on users of psychoactive substances. Therefore, it is essential to study the relationship between the length of rehabilitation and the quality of life of users of psychoactive substances. The purpose of this study was to determine the relationship between the size of rehabilitation and the quality of life for users of psychoactive substances. This research method is a non-experimental observational analytic study with a cross-sectional design. The subjects of the study were users of psychoactive substances who were undergoing the rehabilitation process at the Class IIA Narcotics Prison in Yogyakarta. Quality of life was measured by the World Health Organization Quality of Life BREF (WHOQOL-BREF) instrument. The significance level of the statistical test was stated at p<0.05. Data analysis used the Spearman Rank correlation test and multiple linear regression. The results of this study carried out for two months (March to April 2021) obtained a total of 77 subjects using psychoactive substances. The length of rehabilitation has a significant positive correlation with the quality of life, indicated by the value of p = 0.048 (p <0.05) and r = 0.220, which means that the longer the respondent undergoes rehabilitation, the better the quality of his life. This study concludes that there is a significant relationship between the length of repair and quality of life for users of psychoactive substances.

Telah ditemukan beberapa antibiotik yang berasal dari tumbuhan, salah satunya daun kemangi. Ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yang memiliki manfaat sebagai antibakteri yaitu flavonoid, tannin, fenol dan minyak atsiri. Bakteri yang diujikan dalam artikel yaitu bakteri Staphylococcus aureus. Bakteri Staphylococcus aureus menyebabkan penyakit pada kulit seperti mastitis, dermatitis. Tujuan review artikel ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak daun kemangi terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Metode yang digunakan review artikel adalah pencarian jurnal dari tahun 2011-2021 dengan bahasa Indonesia menggunakan google scholar serta sesuai kriteria inklusi dan ekslusi yang ditentukan. Hasil pencarian jurnal diperoleh sejumlah 9 jurnal, dan disimpulkan bahwa ekstrak daun kemangi memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus.