merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk. Penduduk di pulau Jawa memiliki derajat kesehatan lebih baik dibandingkan wilayah lain. Namun angka morbiditas di Jawa Tengah pada tiga tahun terakhir ini lebih tinggi daripada angka morbiditas Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis angka morbiditas Provinsi Jawa Tengah secara spasial untuk menelusuri faktor-faktor yang mempengaruhi angka morbiditas Provinsi Jawa Tengah menurut kabupaten/kota secara spasial tahun 2017. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan peta tematik dan analisis autokorelasi spasial. Autokorelasi spasial diukur melalui indeks Moran. Sedangkan untuk analisis variabel-variabel secara spasial yang mempengaruhi angka morbiditas dilakukan dengan model SAR (Spatial Autoregressive Model) karena terdapat dependensi lag pada kabupaten/kota di Jawa Tengah. Dengan pemodelan SAR, didapatkan variabel prediktor yang signifikan memengaruhi variabel respon yaitu morbiditas pada α = 11% adalah variabel kemiskinan atau X3 dan variabel rasio fasilitas kesehatan per 30000 penduduk dengan nilai R 2 = 46%.

Unmet need is one of the obstacles of the family planning programs that can reduce contraceptive prevalence. The percentage of total unmet need in North Sumatra Province is 12.1 and comparable to the total national unmet need in 2019. This study aims to determine the factors that influence family planning needs and the tendency of married women of reproductive age in North Sumatra Province in 2019 with multinomial logistic regression. The data used is sourced from the Susenas KOR 2019. Results show that married women of reproductive age having a greater tendency to experience the unmet need for limiting are characterize as 35-49 years old, living in urban areas, and with junior high/equivalent levels. Meanwhile, the characteristics of married women of reproductive age (WUS) who have a greater tendency to experience the unmet need for spacing such as aged 15-24 years, Age at First Marriage more than 18 years, and with a higher education level. Therefore, a more optimal commitment and support from family planning field workers in family planning counselling are needed and increase equitable access and quality of family planning services.