Jantung adalah salah satu organ yang dapat menjadi sumber morbiditas dan mortalitas pada penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immunodeificiency Syndrome (AIDS) namun jarang mendapat perhatian khusus. Sebelum era penggunaan highly active antiretroviral therapy (HAART) kelainan jantung khususnya kardiomiopati cukup sering ditemukan. Kardiomiopati didefinisikan sebagai kelompok penyakit heterogen yang dihubungkan dengan disfungsi mekanik dan/atau elektrik yang biasanya (namun tidak selalu) didapatkan hipertrofi atau dilatasi ventrikel yang abnormal dan disebabkan oleh beragam penyebab, kebanyakan genetik. Kardiomiopati pada pasien dengan HIV dapat digolongkan ke dalam kardiomiopati dilatasi yang didapat. Kardiomiopati pada penderita HIV/AIDS disebabkan oleh berbagai faktor: virus HIV, miokarditis, obat-obatan, dan status nutrisi. Pencegahan dan pengobatan dini HIV/AIDS menjadi faktor penting dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat kardiomiopati.
Constrictive pericarditis is a rare type of pericardial disease that can be caused by various factors. Tuberculosis (TB) is one of the most common causes of this abnormality in Indonesia. Interestingly, tuberculous constrictive pericarditis can occur in the absence of acute pericarditis, pulmonary, or extrapulmonary TB. This case described a male adolescent with refractory right-sided heart failure symptoms who developed a rapidly progressive tuberculous constrictive pericarditis. Various imaging modalities, such as echocardiography, chest computed tomography (CT) scan, cardiac magnetic resonance imaging, and incidental PET/CT scan, were used to diagnose the pericardial abnormality. Histopathological findings in pericardial tissues confirmed the diagnosis. Complete surgical pericardiectomy, in conjunction with anti-TB drugs, diuretics, and colchicine, resulted in a significant clinical improvement.
Pendahuluan. Keparahan stenosis pada penyakit jantung koroner (PJK) stabil berkaitan erat dengan prognosis. Beberapa parameter klinis dan ekokardiografi strain yang berkembang akhir-akhir ini dapat memprediksi keparahan stenosis seperti. Penilaian faktor-faktor klinis dan ekokardiografi strain bersama-sama diharapkan mampu memprediksi lebih baik keparahan stenosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor-faktor klinis (usia, jenis kelamin, diabetes, angina tipikal, riwayat infark) dan global longitudinal scale (GLS) pada ekokardiografi strain dapat memprediksi keparahan stenosis pasien PJK stabil yang dinilai dengan skor Gensini, dan membuat model prediktor dari parameter yang bermakna. Metode. Studi potong lintang dilakukan di Rumah Sakit Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM) pada periode Maret-Mei 2019. Pengambilan sampel secara konsekutif pada pasien PJK stabil yang menjalani angiografi koroner. Analisis bivariat dilakukan dengan chi-square, dilanjutkan analisis multivariat dengan regresi logistik metode baickward stepwise pada variabel yang bermakna.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.