Prevalensi strok di Indonesia terus meningkat seiring dengan usia harapan hidup yang semakin meningkat dan menyebabkan banyak kematian. Pasien strok terutama strok iskemik dapat mengalami berbagai macam gangguan tidur. Macam gangguan tidur pada penderita strok bergantung pada defisit neurologis yang dialaminya. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan lokasi lesi strok iskemik daerah kortikal dan subkortikal dengan kualitas tidur menggunakan pemeriksaan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) di RSAU dr. M. Salamun Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan penelitian potong lintang. Penelitian dilakukan terhadap 38 penderita yang pertama kali didiagnosis strok iskemik yang dirawat inap di Bagian Neurologi RSAU dr. M. Salamun Bandung pada bulan Juni sampai Oktober 2016. Instrumen penelitian berupa kuesioner PSQI yang dilakukan pada hari ke-7 pasien dirawat inap. Statistical for Social Science (SPSS) versi 17 digunakan untuk mengolah data. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan bermakna lokasi lesi strok iskemik daerah kortikal dan subkortikal dengan kualitas tidur (p=0,215). Penderita strok iskemik dengan lokasi lesi hipodens subkortikal yang mengalami gangguan kualitas tidur sebesar 82,1% dan lokasi lesi hipodens kortikal sebesar 33,3%
One of the competencies the students of the graduate medical education is to apply the basic principles of the science of biomedicine, epidemiology, clinical, and behavior in the practice of medicine. Anatomy is one of the biomedicine sciences learned in medical education, including learning about the body's structure and organ topography. This research aims to describe the organ's structure and topography knowledge among the faculty of medicine students. This survey with 88 students was conducted in a faculty of medicine in Bandung city from October to December 2018 using a random sampling method. Statistical analysis using frequency distribution, percentage proportions, and Wald's statistics in the 95% confidence interval. The instrument for validity analysis is Pearsons's correlation, and the instrument for reliability analysis is Kappa's percent agreement. The results showed the average level of knowledge on organ structure and topography. It shows anatomical teaching and learning about the organ's structure, and the topography still needs to be optimized. GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG STRUKTUR DAN TOPOGRAFI ORGAN PADA MAHASISWA TINGKAT IV KEDOKTERANSalah satu kompetensi lulusan mahasiswa pendidikan kedokteran adalah mampu mengaplikasikan prinsip ilmu dasar biomedik, epidemiologi, klinis, dan perilaku dalam praktik profesi kedokteran. Anatomi merupakan salah satu ilmu biomedik dalam pendidikan kedokteran yang mempelajari struktur dan topografi organ. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tingkat IV fakultas kedokteran mengenai struktur dan topografi organ. Survei terhadap 88 mahasiswa ini dilaksanakan di sebuah fakultas kedokteran di Kota Bandung dari bulan Oktober hingga Desember 2018 menggunakan metode random sampling. Analisis statistik menggunakan distribusi frekuensi, persentase proporsi, dan Wald’s statistic dalam 95% interval kepercayaan. Analisis validitas menggunakan Pearson’s correlation, sedangkan analisis reliabilitas menggunakan Kappa’s percent agreement. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan rerata tentang struktur organ dan topografi dalam kategori cukup. Hal ini menunjukkan pembelajaran anatomi tentang struktur organ dan topografi masih perlu dioptimalkan.
Abstract. Until now, the prevalence of COVID-19 in West Java, especially Indonesia, continues to increase. The COVID-19 pandemic has had an impact on the quality of life for the community, especially for groups with comorbid chronic lung disease. Overexpression of ACE 2 in comorbid chronic lung disease contributes to the occurrence of infection with SARS-CoV-2 up to 5 times. This research method was carried out using observational analysis with cross sectional type with total sampling and sampling technique using purposive sampling. Data on COVID-19 patients with comorbid Chronic Pulmonary Disease were obtained for 119 patients taken from medical record data at the West Java Regional General Hospital in 2020-2022. The results showed that the majority were aged 41–60 years (52.1%), women (59.7%), duration of hospitalization lasted <14 days (74.8%), and comorbid chronic lung disease most commonly occurred in pneumonia patients. chronic (84%). In conclusion, COVID-19 patients at the West Java Regional General Hospital were aged 41–60 years, women, length of stay <14 days, and the most common comorbidities were pneumonia. COVID-19 patients with comorbidities need attention, medical rehabilitation, and follow-up to prevent a series of Long COVID-19 symptoms. Abstrak. Sampai saat ini prevalensi kejadian COVID-19 di Jawa Barat terutama Indonesia terus mengalami peningkatan. Pandemik COVID-19 memberikan dampak kualitas kehidupan pada masyarakat terutama pada kelompok yang memiliki komorbid penyakit paru kronik. Ekspresi ACE 2 berlebih pada komorbid penyakit paru kronik berkontribusi untuk terjadinya terinfeksi SARS-CoV-2 sampai 5 kali lipat. Metode penelitian ini dilakukan menggunakan analisis observasional jenis cross sectional dengan total sampling dan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Diperoleh data pasien COVID-19 dengan komorbid Penyakit Paru Kronik sebanyak 119 pasien yang diambil dari data rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Jawa Barat pada tahun 2020-2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas berusia 41–60 tahun (52,1%), perempuan (59,7%), durasi rawat inap berlangsung <14 hari (74,8%), dan komorbid penyakit paru kronik paling banyak terjadi pada pasien pneumonia kronik (84%). Kesimpulannya pasien COVID-19 di Rumah Sakit Umum Daerah Jawa Barat adalah berusia 41–60 tahun, perempuan, lama rawat <14 hari, dan komorbid paling banyak pneumonia. Pasien COVID-19 dengan komorbid perlu diperhatikan, rehabilitasi medis, dan ditindaklanjuti untuk mencegah terjadi serangkaian gejala Long COVID-19.
Abstract. The government is trying to switch learning methods to online as to prevent the spread of COVID-19. Computer Vision Syndrome (CVS), also known as Digital Eye Strain (DES) emits a blue light spectrum that indirectly disrupts circadian rhythms, disrupting sleep quality. This study aims to analyze differences in sleep quality between students of the Faculty of Medicine at the Islamic University of Bandung class of 2019 who experienced and did not experience Computer Vision Syndrome (CVS) during the COVID-19 pandemic period. This study is an observational analytic study with a cross-sectional design using a comparative study approach. The sample for this research was 95 people using a random sampling technique in Unisba Faculty of Medicine students class of 2019 from June–December 2022. The data for the study were obtained by filling out the Computer Vision Syndrome Questionnaire (CVS-Q) and the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaires. Data analysis used the chi-square test to compare the two categorical groups. The results of this study showed that 82% of subjects did not experience CVS, while those who experienced CVS were 18%, and the percentage of poor sleep quality was 64%, while 36% had good sleep quality. The statistical test results obtained a value of p = 0.005 which showed that there was a significant difference in sleep quality between those who experienced and those who did not experience Computer Vision Syndrome (CVS in students of the Faculty of Medicine, Bandung Islamic University Class of 2019). Abstrak. Pemerintah mengupayakan peralihan metode pembelajaran menjadi daring sebagai pencegahan penyebaran COVID-19. Computer Vision Syndrome (CVS), dikenal juga sebagai Digital Eye Strain (DES) memancarkan blue light spectrum secara tidak langsung mengganggu irama sirkadian yang berakibat gangguan pada kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kualitas tidur antara mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Angkatan 2019 yang mengalami dan yang tidak mengalami Computer Vision Syndrome (CVS) selama masa pandemi COVID-19. Penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross-sectional menggunakan pendekatan komparatif studi. Sampel penelitian ini adalah 95 orang dengan teknik random sampling pada mahasiswa FK Unisba angkatan 2019 selama bulan Juni–Desember 2022. Data penelitian ini diperoleh dengan pengisian kuesioner Computer Vision Syndrome Questionnaire (CVS-Q) dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Analisis data menggunakan uji chi-square untuk membandingkan kedua kelompok kategorik. Hasil penelitian ini menunjukkan subjek yang tidak mengalami CVS sebanyak 82% sedangkan yang mengalami CVS sebanyak 18% dan persentase kualitas tidur buruk sebanyak 64% sedangkan kualitas tidur baik sebanyak 36%. Hasil uji statistika didapatkan nilai p=0,005 yang menunjukkan terdapat perbedaan bermakna kualitas tidur antara yang mengalami dan yang tidak mengalami Computer Vision Syndrome (CVS pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Angkatan 2019).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.