Purpose
The purpose of this study is to explore the potential of Cordyline Australis fibers as an alternate raw material for textile.
Design/methodology/approach
The water retting method was used to extract the fiber. Cordyline Australis fibers were characterized in terms of the morphology of fibers (fiber cross-sectional and longitudinal), fiber chemical functional groups, tensile strength and elongation, fineness, fiber length, moisture regain and friction coefficient.
Findings
Cordyline Australis fiber strands consist of several individual fibers. At the longitudinal section, the fiber cells appeared as long cylindrical tubes with a rough surface. The cross-section of the Cordyline Australis fibers was irregular but some were oval. The key components in the fibers were cellulose, hemicellulose and lignin. The tensile strength of the fiber per bundle was 2.5 gf/den. The elongation of fibers was 13.15%. The fineness of fiber was 8.35 Tex. The average length of the fibers was 54.72 cm. Moisture Regain for fiber was 8.59%. The friction coefficient of fibers was 0.16. The properties of the fiber showed that the Cordyline Australis fiber has the potential to be produced into yarn.
Originality/value
To the best of the author's knowledge, there is no scientific article focused on the Cordyline Australis fibers. Natural fibers from the leaves of the Cordyline Australis plant could be used as an alternate material for textile.
Automatic template sewing machine adalah mesin yang dapat melakukan penjahitan otomatis serta pemotongan kampuh dengan menggunakan laser. Syarat pemotongan yang baik adalah hasil potongan tepat dan akurat, hasil potongan bersih dan rapi, pinggiran kain tidak saling menempel, potongan yang konsisten. Di PT X target produksi tidak tercapai karena potongan kampuh kerah tidak rata sehingga operator harus memotong kembali kampuh tersebut agar rapi. Faktor yang mempengaruhi hasil potongan laser yang paling umum pada automatic template sewing machine adalah kecepatan pemotongan, kecepatan pergerakan template serta karakteristik kain yang digunakan. Upaya perbaikan dilakukan dengan cara melakukan pengaturan kecepatan laser (2000 rpm, 2200rpm, 2400rpm) serta kecepatan pergerakan template (2400 rpm, 2600 rpm dan 2800 rpm) untuk mengetahui kecepatan yang sesuai dan dapat digunakan pada automatic template sewing machine untuk jenis bahan poliester 100% sehingga dapat meningkatkan kualitas potongan kampuh pada kerah. Dari 9 sampel pengujian, didapatkan hasil potongan yang optimal pada kecepatan laser 2000 rpm dengan kecepatan template (2400 dan 2600) rpm dengan hasil potongan kampuh rapi, pada ujung kampuh kerah terpotong dengan rapi dan baik, lapisan antar kain tidak lengket dan pinggir kain tidak berwarna kekuningan.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat pada dasarnya bertujuan untuk menjawab kebutuhan akan efesiensi peralatan, baik yang telah ada maupun yang akan dirancang. Mesin rajut datar manual memiliki tingkat efisiensi yang rendah, karena dalam penggunaanya tergantung pada keahlian seseorang. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja mesin dan efektifitas dalam penggunaanya perlu dilakukan modifikasi, sehingga kinerja mesin rajut datar manual dapat meningkat. Modifikasi mesin rajut datar manual yang dilakukan adalah dengan penambahan komponen mesin motor pengerak dan peralatan transmisi berupa pulley dan belt maupun sproket dan rantai. Penerapan motor yang dilakukan dalam modifikasi mesin rajut datar ini merupakan jenis mesin motor listrik 1 fasa, karena dalam penggunaan secara umum sumber arus rumahan dapat berjalan dalam arus 220 volt. Dalam hasil modifikasi yang dilakukan, sistem penggerak atau penyeret dapat berkerja yaitu menarik dan mendorong stich cam pada jalur needle bed dengan kecepatan 32 course/menit.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.