Smartphone devices have become unbeatable in people's lives because they provide various facilities for finding information, communicating, as a media for learning and entertainment. Besides many benefits of smartphones, excessive use of smartphones has several negative impacts, one of them is phantom vibration syndrome. Phantom vibration syndrome is a common type of hallucination reported by smartphone users in the general population. This syndrome is caused by overuse of smartphones, which feel as if their smartphone is vibrating but is not. The highest population in smartphone use is the age group of 18 to 34 years old. The factors that cause PVS are work, place on the smartphone, age, frequency of using per day and frequency using in vibrate mode. Symptoms that can occur are anxiety and fear. Phantom vibration syndrome has a high prevalence, so early treatment is needed to prevent complications
Granulomatosis dengan polyangiitis (GPA) merupakan penyakit sistemik yaitu vaskulitis pada pembuluh darah kecil dan sedang yang terkait dengan anti-neutrophil-cytoplasmic-antibody (ANCA). Gejala klinis GPA yaitu vaskulitis nekrotikans sistemik, inflamasi granulomatosa dan glomerulonefritis nekrosis. Sebagian besar pasien dengan GPA memiliki manifestasi sistem telinga, hidung dan tenggorokan (THT) dan mencari intervensi medis untuk manifestasi ini. Lebih dari 80% memiliki masalah rinologi dan 20-40% memiliki masalah otologik. Angka kejadian GPA di Amerika Serikat menunjukkan peningkatan prevalensi sebesar 21,8 per 100.000 dan peningkatan insiden tahunan 1,3 kasus per 100.000. Sedangkan di Indonesia belum ada data pendukung terkait dengan insiden GPA. Insiden puncak pada usia 65-74 tahun. GPA disebabkan oleh multifaktorial yaitu infeksi, lingkungan dan induksi obat. Pada patofisiologi GPA, terdapat dua ANCA yang berperan yaitu proteinase 3 (PR3) dan myeloperoxidase (MPO). Keduanya akan mengativasi monosit dan neutrofil yang pada akhirnya melakukan reaksi inflamasi yang merusak pembuluh darah. Manifestasi otologik yang paling sering muncul pada pasien GPA adalah otitis media unilateral atau bilateral dengan efusi serosa. Pengobatan GPA dibagi menjadi terapi induksi meliputi kombinasi siklofosfamid dan kortikosteroid, rituximab, metotreksat dan glukokortikosteroid. Terapi pemeliharaan meliputi azathioprine, metotreksat, leflunomide, rituximab, cotrimoxazole dan plasma exchange. Jika tidak diobati, penyakit ini biasanya menjadi fatal dan 82% pasien meninggal dalam waktu 1 tahun.Kata kunci: Granulomatosis dengan polyangiitis; manifestasi otologic; etiologic; patofisiologi; diagnosis; tatalaksana; prognosis
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.