This research aimed to describe the thinking process of students in solving the system of linear equations based on Polya stages. This study was a descriptive qualitative research involving six Year 10 students who are selected based on the teacher's advice and the initial mathematical ability categories, namely: (1) Students with low initial mathematics ability, (2) Students with moderate initial mathematics ability, and ( 3) students with high initial mathematics ability categories. The results indicated that students with low initial mathematical ability category were only able to solve the two-variable linear equation system problems. Students in the medium category of initial mathematics ability and students in the category of high initial mathematics ability were able to solve the problem in the form of a system of linear equations of two variables and a system of three-variable linear equations. However, students found it challenging to solve problems with complicated or unusual words or languages.
Setiap mahasiswa memiliki perbedaan dalam mengikuti proses pembelajaran yang akan mempengaruhi prestasi belajarnya atau yang biasa dikenal dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Untuk meningkatkan IPK mahasiswa dan kualitas proses pembelajaran di kelas, maka penting untuk diketahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang akan diuji tersebut diantaranya jurusan SMA dan asal daerah mahasiswa. Analisis faktor-faktor tersebut dapat menggunakan analisis regresi logistik ordinal yang mana setiap variabelnya dikategorikan menggunakan skala tertentu. Penelitian ini menggunakan data mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2010-2013 yang lulus pada tahun 2017 dan 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua factor tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap IPK mahasiswa. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber referensi dalam meningkatkan kualitas mahasiswa di program studi.
Kualitas pembelajaran matematika tercemin dari kualitas keterlibatan matematika siswa selama pembelajaran berlangsung, sementara pembelajaran yang terjadi ditentukan oleh rancangan pembelajaran. Oleh karena itu, memiliki rencana pelajaran yang dikembangkan dengan baik sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi keterlibatan matematika siswa berdasarkan dua rencana pembelajaran segitiga yang dikembangkan dan diimplementasikan pada siswa kelas 7. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini melibatkan satu orang guru laki-laki dan 24 siswa. Keterlibatan matematika siswa dianalisis melalui kata-kata dan tindakan siswa menggunakan hasil adaptasi alat analisis Watson. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 24 dari 38 indikator keterlibatan matematika siswa yang muncul pada rencana pembelajaran dan hal ini juga bersesuaian dengan keterlibatan yang diharapkan dalam rancangan pembelajaran. Frekuensi kemunculan indikator bervariasi, beberapa aspek relatif tinggi, seperti menggunakan pengetahuan sebelumnya dan mengidentifikasi karakteristik matematika, sementara beberapa aspek lainnya cukup rendah, seperti mengklarifikasi dan menghubungkan ide-ide matematika. Studi ini menunjukkan bahwa alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini memungkinkan peneliti memfokuskan perhatian pada kegiatan yang bersifat matematis.
AbstrakPenalaran siswa secara statistika belum begitu baik, kebanyakan siswa menggunakan terminologi yang tidak sesuai dengan maksud dari terminologi yang seharusnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai penalaran statistis melalui permasalahan case study. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan melibatkan 9 orang mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, di mana 3 diantaranya berjenis kelamin laki-laki dan yang lainnya adalah perempuan. Instrumen yang digunakan berupa permasalahan case study yang relevan dengan permasalahan nyata di dunia dengan fokus materi pada hal-hal yang berhubungan dengan konsep dasar statistika dan bentuk penyajian data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir sebagian besar subjek memiliki kemampuan penalaran statistis pada level penalaran idiosinkratik dan penalaran verbal berkaitan dengan konsep tertentu sedangkan level prosedural dan pengintegrasian proses muncul pada permasalahan terkait bentuk penyajian data. Agar level penalaran statistis siswa dapat meningkat, maka diperlukan adanya rancangan permasalahan yang tepat. Students’ Statistical Reasoning in Solving Case Study Problem AbstractStudent reasoning is statistically not so good; most students use terminology that is not by following the intended meaning of the terminology. This study aims to get an overview of statistical reasoning through a case study problem. This type of research is descriptive qualitative and involves 9 students of the Mathematics Education Department, which 3 are male and the others are female. The instrument used is a case study problem that is relevant to real problems in the world with a focus on material on the basic concepts of statistics and forms of data presentation. The results showed that most subjects had statistical reasoning abilities at the level of idiosyncratic reasoning and verbal reasoning was related to certain concepts, while procedural levels and process integration appeared on problems related to the form of data presentation. So that the level of students' statistical reasoning can increase, it is necessary to design appropriate problems.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat motivasi siswa yang telah melaksanakan pembelajaran jarak jauh dengan E-Learning. Jenis penelitian adalah survey karena menggunakan kuesioner sebagai instrument pengumpul data yang utama. Pernyataan dalam kuesioner merujuk pada Model Motivasi ARCS oleh Keller pada empat elemen yaitu Attention, Relevance, Confidence, dan Satisfaction. Uji validitas oleh dua ahli menyatakan bahwa kuesioner adalah sangat valid dengan sedikit revisi. Responden adalah 42 siswa kelas XI SMA Islam Al-Azhar NW Kayangan Lombok Barat dimana guru mereka telah mendapatkan pelatihan menggunakan E-Learning khususnya platform Google Classroom pada tahun 2020 lalu. Data kuesioner dianalisa secara kuantitatif dan dinyatakan dalam bentuk distribusi frekuensi dan kriteria motivasi untuk setiap elemen ARCS. Penyajian data kuantitatif ini kemudian dilengkapi dengan deskripsi alasan siswa pada saat memilih suatu jawaban tertentu. Perspektif siswa terhadap E-Learning menurut Model Motivasi ARCS pada penelitian ini terbagi dalam dua jenis respon yaitu respon siswa terhadap pengalaman belajar menggunakan E-Learning dan respon siswa terhadap ketersediaan fitur/aplikasi/media dalam E-Learning. Berdasarkan rata-rata skor akhir pada setiap elemen ARCS dapat disimpulkan bahwa respon siswa terhadap pengalaman belajar menggunakan E-Learning pada elemen Attention, Relevance, Confidence, dan Satisfaction semuanya berada pada kriteria baik. Sedangkan respon siswa terhadap ketersediaan fitur/aplikasi/media dalam E-Learning pada elemen Attention, Relevance, dan Satisfaction berada pada kriteria tidak baik kecuali elemen Confidence yang berada pada kriteria baik.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.