Sorgum adalah tanaman lokal di Timor Tengah Utara (TTU). Keberadaan penyakit tanaman sorgum belum diketahui di daerah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi cendawan patogen yang menyerang tanaman sorgum di Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan terdiri atas 4 varietas sorgum yakni (V1) varietas Lokal Merah, (V2) Lokal Putih, (V3) Lokal Hitam, dan (V4) Numbu. dari perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 12 petak percobaan. Pengamatan penyakit dan identifikasi patogen menggunakan karakter morfologi. Hasil penelitian menunjukkan penyakit-penyakit yang menyerang tanaman sorgum adalah hawar daun, busuk batang dan karat daun. Penyakit hawar daun, karat daun dan penyakit busuk batang merupakan penyakit terpenting pada tanaman sorgum di TTU. Intensitas kejadian penyakit berkisar 4,25%- 51,17% dan keparahan penyakit berkisar 60,68-83,73%. Penyakit busuk batang yang disebabkan oleh Rhizoctonia sp. dapat menginfeksi semua varietas Sorgum namun tidak menimbulkan keparahan penyakit. Penyakit Karat menginfeksi varietas Lokal Putih dan Lokal Merah, dengan nilai keparahan penyakit tertinggi terdapat pada varietas Lokal Putih yaitu penyakit (83,73%). Sebaliknya penyakit Hawar Daun yang disebabkan Helmithosporium sp, hanya terdapat pada varietas Lokal Hitam dan Numbu dengan nilai keparahan penyakit tertinggi terdapat pada varietas Numbu yaitu 49,60%.
Cabai merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu bumbu masakan yang populer dikalangan masyarakat Indonesia termasuk di Propinsi NTT. Salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan produksi cabai merah adalah dengan menggunakan pupuk organik yang dapat memperbaiki struktur tanah. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif tanaman cabai merah menggunakan pupuk kompos kirinyuh dengan aktivator EM4. Penelitian ini dilakukan bulan Mei-Juli di lahan petani Desa Subun Kec. Insana Barat Kab. Timor Tengah Utara (TTU). Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak kelompok (RAK) 1 Faktor yaitu pemupukan dengan perlakuan (1) Tanpa Pupuk (D0), (2) Pupuk Kimia (D1), (3) Pupuk Kirinyuh (D2) dan pupuk Kirinyuh + EM4 (D3). Unit percobaan diulang sebanyak 3 kali sehingga bedeng percobaan sebanyak 12 unit. Ukuran tiap bedeng perlakuan ialah 2 m x 2 m. Jarak tanam cabai merah ialah 30 cm x 30 cm. Setiap bedeng perlakuan diambil 6 tanaman contoh untuk pengamatan pertumbuhan vegetatif cabai merah. Data pengamatan di analisis dengan Analisis Of Varience (ANOVA) menggunakan program SPSS. V 20 pada tingkat kematangan 95 %. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan kompos kirinyuh dengan aktivator EM4 (D3) mampu secara nyata (P<0,05) meningkatkan pertumbuhan vegetatif cabai merah dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemupukan menggunakan pupuk kimia (D1) sebagai kontrol positif. Hasil penelitian juga menunjukan adanya peningkatan pH yaitu pH 4,0 menjadi 7,0 pada perlakuan pemupukkan kompos kirinyuh + Aktivator EM4.
Background: The research was carried out in the polyculture area of Nansean Village, North Central Timor Regency. This study aims to determine the diversity of Gastropoda species and also to determine the influence of environmental factors on the Gastropoda life in the polyculture agricultural ecosystem of Nansean Village. Methods: The method used in this research is the quadratic method by placing plots along the transect line. The data analysis technique for Gastropoda diversity was using the Shannon-Winner diversity formula. Results: From the results of the study, it was found that 6 types of Gastropoda namely Achatina fulica with a diversity index (H') of (3.51) were classified as high. Laevicaulis alte Bowd with a diversity index (H') of (1,15) was classified as moderate. Felicaulis sp with a diversity index (H') of (1,25) was classified as moderate, Bradybaena similaris Frussac with a diversity index (H') of (1,26) was classified as moderate. Achatina variegata Bowd with diversity index (H') of (0.92) is low. Doraceras leave sp with a diversity index (H') of (0.87) is low. Species diversity shows the pattern of adaptation to ecosystem conditions is quite good, and vice versa if the type of Gastropoda is low. Conclusions: the environment has a role in diversity variations in Nansean Village, Insana District, and North Central Timor Regency.
Rice field ecosystem is artificial ecosystem. Insects as one of the rice field eccosystem components play a pivotal role in the food chain which is as herbivore, predator and detrivore. This research aims to identify insects in the rice field at Laleten Vilagge. Also potential insects, and factors affecting the insects' activities were investigated. The research was conducted in Malaka Regency, East Nusa Tenggara during March, 2017. The research method was Trap Method using net and lamp. Biological wealth equation was used to assess the potential insects. The results shows that insects in the rice field of Laleten were grouped in three based on their role as predator, herbivore and detrivore. Insects found in the net trap were 8 species, 7 families, and 6 ordos. Insects found in the lamp trap was 1 species, 1 family and 1 ordo. From all the insects, it was identified insect diversity values as followed; 54.26 for predators, 35.12 for herbivore and 30.79 for detrivore. The average of biodiversity value (R) was 120, 17.
The high population of golden snails is a pest of rice for farmers in Kamanasa. Proper education is needed so the farming community can solve this golden snail pest problem independently and sustainably. This study aims to analyze the population density of golden snails in the Malacca Regency Kamanasa rice field area, determine the environmental factors that influence it, and analyze appropriate educational strategies for farming communities. The method used to record the population density of golden snails is a survey method with field observation points determined by purposive sampling. At the same time, the determination of educational strategies is carried out by studying literature. The population density data were analyzed using the population density formula by Odum and Barrett. Based on the research data, the population density of golden snails at observation points I, II, III, IV, and V shows that the density of golden snails in the rice fields of Kamanasa, Malacca Regency is relatively high. Direct learning is the most suitable educational method because people with different cognitive backgrounds can more easily understand concepts through direct interaction in the field. In addition, guidelines written in popular languages are needed so that the community can independently sustainably manage the golden snail.Abstrak Populasi keong emas yang tinggi menjadi hama padi bagi petani di Kamanasa. Edukasi yang tepat diperlukan agar masyarakat tani dapat menyelesaikan masalah hama keong emas ini secara mandiri dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepadatan populasi keong emas di areal persawahan Kamanasa di Kabupaten Malaka, mengetahui faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi, dan menganalisis strategi pendidikan yang tepat untuk masyarakat tani. Metode yang digunakan dalam mendata kepadatan populasi keong emas adalah metode survei dengan titik pengamatan lapangan ditentukan secara purposive (Porpusive sampling method), sedangkan penentuan strategi pendidikan dilakukan dengan studi literatur. Data kepadatan populasi keong emas dianalisis menggunakan rumus kepadatan populasi menurut Odum dan Barrett. Berdasarkan data hasil penelitian kepadatan populasi keong emas pada titik pengamatan I, II, III, IV, dan V menunjukan tingkat kepadatan keong emas di areal persawahan Kamanasa Kabupaten Malaka tergolong tinggi. Direct learning (pembelajaran langsung) merupakan metode pendidikan yang paling cocok karena masyarakat dengan latar belakang kognitif yang berbeda dapat lebih mudah memahami konsep melalui interaksi langsung di lapangan. Selain itu, diperlukan pedoman yang ditulis dengan bahasa populer, sehingga masyarakat secara mandiri dapat melakukan penanggulangan keong emas secara berkelanjutan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.