Socio and cultural system which believed as the result of relationship, communication, individual socialization in society has an effect on the form of the society’s environmental order. The effect of relationship, communication and socialization which created a social system of society that makes the society divided into layers or positions based on believes values, norms and customs in society. This study uses literature study in reviewing the effect of social stratification with taking case study in Solo, Bali and Madura. The result of this study can be concluded that social stratification has a role in the formation of society settlements. That social stratification then forms a society environmental order in both spatial and physical architecture of buildings. Keywords: social stratification, settlements formation, settlement pattern ABSTRAKSistem sosial dan budaya yang dipercayai sebagai hasil hubungan,komunikasi, sosialisasi individu dalam masyarakat mempunyai pengaruh atas bentuk tatanan lingkungan masyarakat. Akibat dari hubungan, komunikasi dan sosialisasi dalam masyarakat sehingga terciptalah sistem sosial masyarakat yang menjadikan masyarakat terbagi dalam lapisan-lapisan atau kedudukan berdasarkan kepercayaan, nilai, norma dan adat istiadat dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi literature dalam mengkaji pengaruh stratifikasi sosial, dengan mengambil studi kasus di Solo, Bali dan Madura. Hasil dari kajian ini dapat disimpulkan bahwa stratifikasi sosial mempunyai peran pembentukan permukiman masyarakat. Stratifikasi sosial tersebut kemudian membentuk tatanan lingkungan pola lapisan permukiman masyarakat baik yang bersifat spatial maupun fisik arsitektur bangunan..Kata Kunci: Stratifikasi Sosial, Pembentukan Permukiman, Pola Permukiman
The implementation of green schools is a starting point for developing environmental awareness and responsibility, begin with educating students in a healthy and sustainable environment. In this perspective, principal leadership will contribute to embody green school with increasing the pro‐environmental attitudes, clean and healthy living behaviour, and habits of individuals, whether at home, or in school. The main aim of this study is to review research evidence and a conceptual framework of the school leadership that contribute to build sustainability school. The design of this study is qualitative approach with case study method in Lampung Province, Indonesia, specifically in the North Lampung District. This study presents results from interviews, observation, and documentation analysis. We sought to understand how role model and school culture provide education service with a particular interest in the physical built environment of this unique school. We found, however, these factors supported school’s ability to develop and maintain green school and linked to the principal’s actions as school leader. These factors are important for school improvement, especially for schools in disaster-risk areas, communities are increasingly asked to improve students’ awareness to environment.
Abstract100 Resilient City is an activity program pioneered by the Rockefeller Foundation which is intended to help cities become strong cities in the face of physical, social, and economic shocks and battles that developed in the 21st century. Cities that have been chosen as 100 Resilient City has a resilient city resilience strategy policy document. 100 Resilient City is indicated not to apply the theory/concept of the category and the purpose of 100 Resilient City. The purpose of this study is to examine and allocate the theory/concept of categories and strong city goals in the strategic policy document of 100 Resilient City. The method used is a qualitative rationalistic deductive method. After evaluating the policy documents of 100 Resilient City, it was found that it did not apply the tough city category and purpose. This can occur because of the situation of the city with different shocks and challenges so that it can influence the application of theory/concept categories and city goals.Keywords: Evaluation, Resilient City, Strategy Policy Document of 100 Resilient City, 100 Resilient CityAbstrakKota 100 Resilient City adalah program kegiatan yang dipelopori oleh Yayasan Rockefeller yang bertujuan untuk membantu kota-kota agar menjadi kota yang tangguh dalam menghadapi guncangan dan tantangan fisik, sosial, dan ekonomi yang berkembang pada abad ke 21. Kota yang telah terpilih sebagai 100 Resilient City mempunyai dokumen kebijakan strategi ketahanan kota tangguh. Namun pada dokumen kebijakan strategi ketahanan yang dimiliki Kota 100 Resilient City terindikasi tidak menerapkan teori/konsep kategori dan tujuan kota tangguh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mengalisis teori/konsep kategori kota tangguh dan tujuan kota tangguh pada dokumen kebijakan strategi Kota 100 Resilient City. Metode yang digunakan adalah metode deduktif kualitatif rasionalistik. Setelah melakukan evaluasi pada dokumen kebijakan strategi ketahanan 100 Resilient City ditemukannya tindakan tidak menerapkan kategori dan tujuan kota tangguh. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kondisi kota dengan guncangan dan tantangan yang berbeda-beda sehingga dapat mempengaruhi penerapan teori/konsep kategori dan tujuan kota tangguh.Kata Kunci: Evaluasi, Kota Tangguh, Dokumen Kebijakan Strategi Ketahanan, Kota 100 Resilient City
One of the disasters that must be noticed in mountains and hills is landslide. This is especially if the area is used as settlement. Semarang as metropolitan city with various topography is not separated from the use of its hilly area into residential areas. One of them is in Gunungpati District. However, this utilization of land can cause this area prone to landslide. Sukorejo Village, especially in Citizenship Association (CA) VI, is the landslide prone areas in Gunungpati District, Semarang. Almost every year, Citizenship Association (CA) VI of Sukorejo Village experiences landslide causing damage to infrastructures. Therefore it is needed to analyse the landslide vulnerability in Citizenship Association (CA) VI of Sukorejo Village. Thus, the vulnerability of the area is evaluated as disaster mitigation in accordance with physical, social, economic and institutional criteria. This study utilized quantitative method by scoring analysis to measure the level of landslide vulnerability. The vulnerabilities which were analysed were physical, social, economic, and institutional. The results of this study indicate that settlement in Citizenship Association (CA) VI of Sukorejo Village has high physical vulnerability, moderate to high social vulnerability, moderate economic vulnerability and low institutional vulnerability to disaster.
Perkembangan perkotaan sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk yang diakibatkan oleh faktor alami maupun non alami. Kota dituntut untuk dapat mewadahi seluruh aktivitas penduduknya mulai dari bekerja, bertempat tinggal dan mencari hiburan. Sifat lahan yang statis dan angka penduduk yang dinamis membuat meningkatnya permintaan akan lahan. Penduduk akan berkompetisi untuk dapat memanfaatkan lahan dengan maksimal. Muara dari kompetisi lahan ini adalah perubahan penggunaan lahan dimana lahan hijau akan terus berkurang dan produktivitas lahan ditingkatkan. Bangunan bertingkat mendominasi wilayah perkotaan dan asap sisa pembakaran kendaraan bermotor akan berkomsentrasi di pusat perkotaan. Hal tersebut mengakibatkan masalah lingkungan berupa terganggunya pola sirkulasi atmosfer perkotaan yang ditandai dengan perbedaan suhu yang tajam antara daerah perkotaan dengan sekitarnya (Urban Heat Island).Metode yang dugunakan pada makalah ini adalah literature review dan comparation method. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pokok permasalahan atau topik dalam suatu pembahasan. Sedangkan comparation method bertujuan untuk membandingkan beberapa studi kasus untuk menarik kesimpulan. Pada makalah ini dilakukan proses studi literatur untuk mengetahui bagaimana pengaruh perkembangan perkotaan terhadap fenomena pulau panas (Urban Heat Island) dengan melakukan kajian terhadap studi kasus di Kota Semarang, Kota Medan, Kota Bitung, Kota Surabaya, Kota Jayapura dan DKI Jakarta. Pemilihan studi kasus dilakukan berdasarkan kesamaan fungsi perkotaannya yakni Pusat Kegiatan Nasional (PKN).Berdasarkan 6 Studi kasus yang dibahas dapat diketahui bahwa perkembangan perkotaan sangat berkaitan erat dengan terciptanya fenomena UHI. Urbanisasi dan aktivitas perkotaan memberikan dampak pada perubahan guna lahan dan membentuk pola- pola tertentu yang berkaitan dengan pola spasial UHI yang terbentuk. Variabel jenis material permukaan juga terbukti memberikan efek buruk bagi panas perkotaan.Kata Kunci : UHI, Guna Lahan, Perkotaan
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.