Indonesia memiliki potensi lahan budidaya yang cukup besar untuk mengembangkan budidaya ikan, salah satunya adalah ikan gurame. Ikan gurame merupakan ikan air tawar asli Indonesia yang termasuk dalam famili Labyrinthici. Ikan gurame sudah lama dibudidayakan dan dikonsumsi masyarakat karena rasa dagingnya lezat dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Pembenihan ikan gurame memiliki potensi tinggi untuk dilakukan karena produksi ikan gurame dari tahun ke tahun cenderung meningkat sehingga tingkat permintaan benih ikan gurame juga mengalami peningkatan. Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan di Balai Benih Ikan Ngoro, Jombang pada tanggal 19 Desember 2017 sampai 19 Januari 2018. Tujuan Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui teknik pembenihan ikan gurame (Osphronemus gouramy) dan hambatan yang dihadapi dalam teknik pembenihan ikan gurame (Osphronemus gouramy). Metode kerja yang digunakan adalah metode partisipasi aktif dengan pengumpulan data meliputi data primer berupa observasi, wawancara dan partisipasi aktif serta data sekunder berupa studi pustaka untuk melengkapi data yang dikumpulkan. Teknik pembenihan ikan gurame (Osphronemus gouramy) di Balai Benih Ikan Ngoro, Jombang meliputi tahap persiapan kolam pemijahan, seleksi induk, pemijahan, pemanenan telur, penetasan telur dan pemeliharaan larva, pendederan, hama dan penyakit, panen dan pasca panen. Pemijahan dilakukan di kolam beton dengan perbandingan induk jantan dan betina 1:2. Nilai FR (Fertilization Rate), HR (Hatching Rate) dan SR (Survival Rate) yang didapatkan secara berturut-turut adalah 53,54 %; 87,73 % dan 86,26 %. Hambatan yang terdapat dalam teknik pembenihan ikan gurame (Osphronemus gouramy) di Balai Benih Ikan Ngoro, Jombang terdiri atas faktor internal yaitu biologis ikan dan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan, kualitas air dan penyakit.
Heavy metals copper (Cu) was microelements needed by organisms in small quantities. The type of plankton that could be used as a bioremediation agent because of its abundance and resistance in nature was Skeletonema costatum. This study aims to determine the effect of different density of Skeletonema costatum exposure Cu and Determine the effect of exposure to the growth of Skeletonema costatum. The design used in this research was an experimental method. This research using Completely Randomized Design (CRD) with three treatments and six replications. Treatment used was 5,000 cells/ml (A), 10,000 cells/ml (B), and 15,000 cells/ml (C) of cells density at 1 ppm Cu concentration. The results of this study prove that the density of Skeletonema costatum could affect Cu uptake levels with the absorption percentage of treatment A was78,62b ± 10.40; the absorption percentage of treatment B was 88,13ab ± 7.49; the absorption percentage of treatment C was 91,96b ± 4.87. Culture media that contained 1 ppm Cu concentration could affect the growth and growth phase of Skeletonema costatum. Skeletonema costatum that exposed cells with Cu has higher growth than with Cu reviews those not exposed.
AbstrakUdang galah (Macrobrachium rosenbergii) yaitu salah satu komoditas perikanan air tawar yang memiliki nilai ekonomis. Permasalahan yang saat ini dihadapi dalam budidaya udang galah adalah jangka waktu budidaya yang relatif lebih lama dibandingkan dengan budidaya udang konsumsi lainnya. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas pakan, salah satunya melalui pemberian feed additive berupa lisin kedalam pakan udang galah.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan lisin pada pakan komersial terhadap retensi protein dan retensi energi udang galah (Macrobrachium rosenbergii). Penelitian yang dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Analisa data untuk menguji beda nyata menggunakan Analysis of Variant berfungsi untuk mengetahui pengaruh perlakuan.Hasil penelitian menyebutkan bahwa penambahan lisin pada pakan komersial tidak berbeda nyata (p>0,05) terhadap retensi protein dan retensi energi udang galah (Macrobrachium rosenbergii). Kualitas air media pemeliharaan udang galah adalah suhu 29-30 °C, Oksigen terlarut 6,9-7,3 mg/l, pH 7-8, Amonia 0-0,25 mg/l. AbstractGiant Freshwater Prawns (Macrobrachium rosenbergii) is a freshwater fishery commodities economically valuable. The problems currently faced in prawn farming is the cultivation period is relatively long compared with other consumption of shrimp farming. Efforts to do is to improve the quality of feed, such as through the provision of a feed additive lysine feed into the prawns.This study aim's to determine the effect of lysine in commercial feed on protein retention and energy retention of giant freshwater prawn (Macrobrachium rosenbergii). This research used experimental method with a completely randomized design. Statistical analysis using Analysis of Variant (ANOVA) to determine the effect of treatment.The results showed that the addition of lysine to the commercial feed was not significant (p > 0.05) on protein retention and energy retention of giant freshwater prawn (Macrobrachium rosenbergii). The water quality used for giant freshwater prawn is 29-30 ° C for temperature, dissolved oxygen from 6.9 to 7.3 mg / l, pH 7-8, Ammonia 0-0.25 mg / l.
Ikan lele (Clarias sp.) merupakan komoditas perikanan yang sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia. Meningkatnya produksi ikan lele berakibat pada penambahan area lahan budidaya dan penggunaan air, sehingga perlu dibutuhkan suatu teknologi dalam budidaya ikan lele dengan padat tebar tinggi yang bisa diterapkan pada lahan sempit dan minimnya sumber air dengan pola manajemen yang efektif dan efesien. Teknologi yang sudah banyak diterapkan oleh pembudidaya untuk mengatasi masalah keterbatasan lahan adalah melakukan budidaya dengan sistem akuaponik. Namun bahan organik di dasar perairan mengalami penumpukkan. Usaha untuk mempertahankan kualitas air yaitu dengan probiotik. Manfaat probiotik bagi ikan dapat melalui mekanisme fungsi protektif, yaitu kemampuan bakteri untuk menghambat bakteri patogen dalam saluran pencernaan dan terbentuknya kolonisasi probiotik dalam saluran pencernaan sehingga akan mengakibatkan kompetisi nutrisi antara probiotik dan bakteri lain, khususnya bakteri pathogen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik berbeda pada sistem akuaponik terhadap FCR dan biomassa ikan lele serta mengetahui probiotik komersil terbaik. Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga. Menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap. Perlakuan yang digunakan yaitu tanpa pemberian probiotik (P0) dan dengan penambahan probiotik berbeda yaitu probiotik A (P1), probiotik B (P2) dan Probiotik C (P3). Analisis data diolah dengan ANOVA dan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil dari penelitian ini adalah pemberian probiotik berbeda dalam sistem akuaponik berpengaruh terhadap FCR dan biomassa ikan lele. FCR terendah (0,9908) dan biomassa tertinggi (2,510) terdapat pada perlakuan P2. FCR tertinggi (1,5150) dan biomassa terendah (1,654) terdapat pada perlakuan P0 (kontrol).
Ikan lele dumbo (Clarias sp.) sebagai komoditas air tawar memiliki permintaan yang tinggi. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan permintaan lele dumbo adalah perbaikan kualitas air sehingga produktifitas ikan semakin meningkat. Tujuan penelitian guna mengetahui pengaruh dari pemberian probiotik yang mengandung bakteri heterotrof berbeda pada perairan dan pengaruhnya terhadap kadar ammonia dan kadar nitrit pada media budidaya lele dumbo. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental Rancangan Acak Lengkap (RAL). Ikan lele dumbo dipelihara selama 30 hari dengan empat perlakuan dan empat ulangan yaitu P1 (kontrol), P2 (probiotik A), P3 (probiotik B), dan P4 (probiotik C). Datahasil penelitian diolah menggunakan Analysis of Variance dan dilanjutkan Uji Berjarak Duncan karena didapatkan hasil yang berbeda nyata. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pemberian probiotik yang mengandung bakteri heterotrof pada perairan mampu menekan produksi amonia dan nitrit yang berbeda nyata (p<0,05). Produksi kadar ammonia terendah adalah P4 sebesar 0,2093 ± 0,01483, dan tertinggi pada P1 sebesar 0,2641±0,01357. Produksi kadar nitrit terendah pada P4 sebesar 0,0509 ± 0,00644, dan tertinggi pada P1 sebesar 0, 0988± 0,00404.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.