Abstract. Indonesia is one of the most seismically active regions in the world and mitigation of seismic hazard is important. It is reported that Ultra low frequency (ULF) geomagnetic anomalies are one of the most convincing phenomena preceding large earthquakes (EQs). In this paper we have analyzed geomagnetic data at Pelabuhan Ratu (PLR) (7.01 • S, 106.56 • E), Sukabumi, West Java, Indonesia, from 1 September 2008 to 31 October 2010. There are twelve moderate-large EQs (M ≥ 5) within 160 km from the station during the analyzed period. The largest one is the M = 7.5 EQ (depth = 57 km, epicentral distance = 135 km, 2 September 2009) based on EQ catalog of Indonesian Meteorological, Climatological and Geophysical Agency (BMKG). To investigate the ULF geomagnetic anomalous variations preceding all the EQs, spectral density ratio at the frequency range of 0.01 ± 0.003 Hz based on wavelet transform (WT) and detrended fluctuation analysis (DFA) have been carried out. The spectral density ratio results show the enhancements a few weeks before the largest EQ. The enhancement persists about one week and reaches a maximum on 16 August 2009. At the same time, the result of the DFA presents the decrease of α value. For other EQs, there are no clear increases of the spectral density ratio with simultaneous decrease of α value. When these phenomena occur, the value of Dst index shows that there are no peculiar global geomagnetic activities at the low latitude region. The above results are suggestive of the relation between the detected anomalies and the largest EQ.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dinamis kondisi geologi lokal diantaranya frekuensi resonansi (fo) dan indeks kerentanan seismik (Kg) serta nilai percepatan getaran tanah (PGA) menurut formulasi Kannai. Pengukuran mikrotremor dilakukan pada masing-masing titik pengukuran selama 30 menit dengan menggunakan Digital Portable Seismograph. Dari analisa data diperoleh nilai frekuensi resonansi (fo) yang relatif tinggi berkisar antara 24,4 hingga 48,14 Hz dan nilai indeks kerentanan seismik (Kg) yang relatif rendah berkisar antara 0,1 hingga 4,8. Hal ini berkaitan erat dengan kondisi geologi lokal berupa batuan yang masif, sehingga daerah dengan frekuensi resonansi tinggi dan indeks kerentanan yang rendah relatif stabil secara seismik. Nilai PGA di daerah kajian berkisar antara 0,25 hingga 0,36 g. Nilai PGA di daerah kajian menunjukkan variasi yang tidak terlalu mencolok yang menunjukkan nilai PGA lebih banyak dipengaruhi oleh input nilai periode dominan di daerah kajian.
ABSTRAKPenelitian tentang prekursor gempa bumi skala besar sedang dilakukan. Salah satu parameter yang diteliti adalah suhu tanah. Pengukuran suhu tanah secara elektronik dapat menggunakan sensor SHT11 yang merupakan sensor suhu dan kelembaban yang cukup akurat pada rentang suhu 20-30 °C. Sensor ini telah dilengkapi dengan ADC 14 bit dan hanya menggunakan 2 kabel untuk transmisi data digital dan 2 kabel untuk catu daya. Kajian ini menjelaskan aplikasi sensor SHT 11 untuk pengukuran suhu tanah yang dilakukan pada kedalaman 1 m 3 m dan 5 m. Hasilnya didapat data suhu yang cukup baik, meskipun belum terukur tingkat kehandalan dan ketahanan alat ini pada masa pengukuran yang lama secara terus-menerus.Kata Kunci : SHT11, suhu tanah, prekursor gempa bumi ABSTRACT Large scale earthquake precursors have being in research. Soil temperature is one of many earthquake precursors being investigated. SHT11 is relative humidity and temperature sensor as used in this electronically soil temperature measurement apparatus. The sensor temperature property in 20-30 °C range has good accuracy with it's integrated 14 bit ADC. We need 4 wire connection, 2 for digital data transmission and another 2 for power supply. . This paper describes SHT11 application for soil temperature's sensor. The soil temperature measurement will do in 1 m, 3 m and 5 m depth. This device got good temperature data, although reliability and durability is unknown for long and continuously measurement time.
Monitoring parameter geo-atmosferik dan geokimia sebagai perpaduan dari monitoring emisi gas radon, suhu udara permukaan, suhu dan kelembaban tanah dilakukan di Stasiun Observatori Geofisika Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat untuk mengetahui hubungannya dengan aktivitas gempabumi. Penelitian di Indonesia mengenai hubungan parameter geo-atmosferik dan geokimia dengan prekursor gempabumi baru pertama kali dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (Puslitbang BMKG). Monitoring gas radon, suhu, dan kelembaban tanah dilakukan menggunakan sistem monitoring radonRAD7 dengan sensor soil gas probe yang ditanam pada kedalaman 1,2 meter. Data pengamatan suhu permukaan adalah suhu maksimum dan minimum yang tercatat menggunakan termometer air raksa. Anomali radon, suhu, dan kelembaban dikorelasikan dengan kejadian gempabumi yang memenuhi radius zona manifestasi prekursor berdasarkan penelitian Dobrovolsky. Hasil analisis parameter geo-atmosferik menunjukkan adanya penurunan sebesar 5,3°-13° yang dikuti kenaikan sebesar 6°-8,2° pada nilai Tmax-Tmin suhu permukaan. Sementara untuk analisis geokimia menunjukkan adanya kenaikan gas radon sebesar 1,5-60 kali dari nilai normalnya, kenaikan kelembaban sebesar 6%-21%, dan kenaikan suhu tanah 1,5°-3,2° yang diikuti penurunan sebesar 1,5°-4°. Anomaligeo-atmosferik dan geokimia yang diduga sebagai prekursor gempabumi terdeteksi 3-30 hari sebelum gempabumi sehingga parameter ini termasuk dalam prekursor jangka pendek yang berhubungan dengan proses deformasi di wilayah pengamatan sebelum gempabumi.
ABSTRAKPengukuran geolistrik telah dilakukan untuk mengidentifikasi litologi dan akuifer berdasarkan resistivitas batuan pada lokasi rencana pembangunan bendung dan terowongan di daerah Sulawesi Utara. Survei tiga lintasan menggunakan konfigurasi dipole-dipole dengan 32 elektroda (a = 5,5 m) dan kabel ekstensi 9 elektroda (a = 20 m). Analisa tomografi resistivitas menunjukan daerah survei tersusun oleh tanah berupa lempung pasiran (resistivitas rendah di permukaaan), breksi Tondano (30 -1000 Ωm), lapukan tufa Tondano (30 -80 Ωm) dan tufa Tondano (< 30 Ωm). Di area bendung pada bagian tepi sungai terdapat tanahtipis, breksi Tondano danlapisan tufa Tondano. Lapisan Tondano daerah terowongan telah mengalami pelapukan menjadi lempung pasiran dengan ketebalan hingga 15 m, sedangkan lapisan dibawahnya berupa breksi tondano yang telah lapuk menjadi pasir kelempungan dengan fragmen kerikil (40 -125 Ωm) hingga bongkah (200 -2000 Ωm) dengan ketebalan 10 -35 meter. Pada kedalaman 50 m ditemukan intrusi andesit, kekar-kekar pada andesit diisi oleh air.Terdapat setidaknya ada lima akuifer dengan kedalaman sekitar 50 meter diantara lokasi rencana surgetank sampai powerhouse.Kata kunci: Tomografi resistivitas, litologi, akuifer, bendungan, terowongan ABSTRACT Geoelectric measurements have been conducted to identify the lithology and aquifers based on rock resistivity at a dam and tunnel site plan in North Celebes using three-lines survey with 32 electrodes (a= 5,5 m) dipole-dipole configuration and 9 electrode extension cables (a=20 m). Based on electrical resistivity tomography (ERT), it can be interpreted that the survey area is composed of soil in the form of sandy clay (low resistivity), breccia Tondano (30-1000 Ωm), weathered of Tondano tuff (30-80 Ωm) and tondano tuff(<30 Ωm). In the area of the dam, there are thin soil, a layer of tuff and breccia tondano on the river banks. Tondano layer in the tunnel area has experienced weathering into sandy clay with a thickness of up to 15 m, while layers below it has took the form of breccia, which has weathered into sandy loam with fragments of gravel (40-125 Ωm) to boulder (200-2000 Ωm) with a thickness of 10 -35 meters. Andesite intrusion was found at a depth of 50 m, with cracks on andesite filled by water. There are at least five of the aquifers at a depth of about 50 meters between the location of surgetank to the powerhouse plan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.