Kesehatan masyarakat khususnya balita menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Balita merupakan kelompok usia yang paling rentan dengan gangguan kesehatan terutama masalah gangguan gizi. Balita mengalami gangguan gizi maka akibat yang akan ditimbulkan antara lain: gizi buruk, gizi kurang, kwashiorkor, marasmus. Angka kekurangan gizi yang dialami anak di bawah lima tahun (balita) di Kabupaten Tasikmalaya hingga saat ini cukup tinggi. Upaya untuk mengatasi masalah gizi, perlu dukungan berbagai pihak baik dari pusat pelayanan kesehatan maupun dari peran serta masyarakat dalam bentuk peran kader yang tergabung dalam posyandu. Pengelolaan Posyandu di masyarakat perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak untuk bisa meningkatkan keberlangsungan pelayanan Posyandu. Untuk meningkatkan keberlangsungan program tersebut dilakukan berberapa langkah salahsatunya adalah program revitalisasi posyandu dalam upaya peningkatan gizi balita.Kegiatan KKNM-PPMD integratif ini dilaksanakan di Desa Cilumba dan Desa Gunung Sari Kec. Cikatomas Kab. Tasikmalaya yang dilaksanakan sejak bulan Juli sampai dengan bulan September 2012. Khalayak sasaran pada program KKNM-PPMD integratif ini adalah seluruh kader dan ibu-ibu yang memiliki balita yang ada di Desa Cilumba dan Desa Gunung Sari dan tergabung di dalam posyandu di masing masing desa. Kegiatan ini meliputi; Melakukan pendataan tentang kondisi kesehatan yang ada di wilayah Desa Cilumba dan Desa Gunung Sari, Melakukan pelatihan revitalisasi posyandu dan penyuluhan tentang masalah kesehatan di wilayah Desa Cilumba dan Desa Gunung Sari.Kegiatan pemberdayaan kader dan revitalisasi posyandu memerlukan dukungan yang efektif baik dari pemerintahan desa maupun dari puskesmas baik material maupun dukungan moral bagi para kader kesehatan dan posyandu yang berada di daerahnya masing-masingKata kunci: gizi balita, revitalisasi posyandu
Masalah Triad KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) merupakan masalah di Indonesia, salah satunya adalah penyalahgunaan narkoba. Narkoba merupakan hal yang mengancam kehidupan remaja. Banyak faktor yang mempengaruhi seorang remaja terkena atau terhindar dari perilaku penggunaan zat terlarang tersebut, salah satunya adalah karakteristik. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan karakteristik dengan perilaku terhindarnya penggunaan narkoba pada remaja. Metode penelitian deskriptif kuantitatif. Data dianalisa menggunakan univariat berupa porsentase. Penelitian dilakukan tahun 2017 di SMA 16 Bandung. Sampel berjumlah 108 siswa. Tehnik pengambilan sample dengan stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik responden: mayoritas responden berjenis kelamin wanita (52,8%), suku Sunda (82,4%), pekerjaan orang tua wiraswasta (48,1%), pendidikan orang tua perguruan tinggi (50.9%), dan beragama Islam (94.4%). Pada variabel perilaku beresiko menunjukan bahwa mayoritas responden menyibukan diri dengan hobi yang positif 85.2%, tidak berteman dengan pecandu narkoba 70.4%, berpartisipasi dalam organisasi sekolah 52.8%, mencari tahu info tentang narkoba yang benar 63.9%, menghadiri seminar tentang narkoba 51.9%, bercerita dengan orang tua 65.7%, tidak merokok 67.6%, tidak suka mengunjungi kafe klub malam 62 %. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mayoritas remaja melakukan kegiatan-kegiatan yang positif sehingga tidak beresiko berperilaku menggunakan narkoba.
AbstrakTB paru masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan dunia. Upaya pengendalian TB paru menjadi perhatian dunia dan menjadi salah satu indikator dalam pencapaian tujuan pembangunan global. Peran keluarga dalam pengobatan TB paru sangat besar yaitu sebagai PMO, pemberi dukungan psikis dan menciptakan lingkungan yang sehat untuk mencegah penularan. Keluarga yang mempunyai anggota keluarga menderita TB paru sering mendapat stigma negatif sehingga bisa menyebabkan kegagalan dalam merawat pasien. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kebutuhan psikososial keluarga yang mempunyai anggota keluarga menderita TB Paru di RS X. Jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan total sampling keluarga pasien TB Paru yang sedang dirawat sebanyak 57 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden membutuhkan kebutuhan psikososial yang meliputi kebutuhan interaksi sosial, emosi, pengetahuan dan spiritual. Kebutuhan psikososial yang paling banyak dibutuhkan adalah dalam hal pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan sangat berpengaruh terhadap peran keluarga sebagai PMO dan dalam merawat anggota keluarganya yang menderita TB paru. Kebutuhan dengan nilai persentase tertinggi adalah dalam hal spiritual pada item adanya harapan untuk kesembuhan anggota keluarga yang menderita TB paru. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan RS X berupaya meningkatkan pemenuhan kebutuhan psikososial keluarga, dengan cara menambah frekuensi penyuluhan, mengembangkan metode pemberian informasi untuk menguatkan pengetahuan atas informasi yang diberikan, kemudahan konsultasi dengan teknik konseling dapat diberikan untuk meningkatkan pengetahuan dan partisipasi keluarga dalam program pengobatan.Kata kunci: Kebutuhan psikososial, keluarga, TB Paru. Family's Psychosocial Needs of Pulmonary Tuberculosis Patients AbstractPulmonary TB is still a public health problem in Indonesia and the world. Efforts in controlling TB desease are becoming a focus of the world and become one of the indicators in achieving global development goals. A families roles in TB treatment is very important as Supervisors to take medicine, giving psychological support and create a healthy environment to prevent desease spread. A family that has a member with TB desease oftenly receaved negative stigma hance it could result in treatment failure. This study was conducted to describe family's psychosocial needs among pulmonary tuberculosis patients at X Hospital. This study is descriptive quantitative, using total sampling technique with family respondents pulmonary TB patients are being cared for as many as 57 people. The results showed that all respondents required psychosocial needs include the need for social interaction, emotional, knowledge and spiritual. This shows that the knowledge is very influential toward a families roles as Supervisor to take medicine and in caring for family members who suffer from tuberculosis. Needs with the higest percentage in terms of spiritual item is hope to recover from TB. Based on these results, it is ...
AbstrakStudi fenomenologi ini menggali pengalaman ketidakpatuhan pasien terhadap penatalaksanaan Diabetes Mellitus (DM). Delapan partisipan dipilih dengan metode convenience sampling di salah satu RS di Jakarta. Data dikumpulkan melalui wawancara, dianalisis dengan metode Collaizz. Hasil penelitian mengidentifikasi tujuh tema utama yaitu: makanan diit tidak menyenangkan, tidak memahami manfaat diit menyebabkan ketidakpatuhan, tidak memahami manfaat latihan fisik untuk penatalaksanaan DM, alasan usia sudah lanjut, keterbatasan fisik untuk melakukan latihan fisik, pemahaman keliru tentang manfaat obat, gagal mematuhi minum obat karena alasan ekonomi. Alasan utama ketidakpatuhan adalah tidak memahami manfaat penatalaksanaan DM, sehingga perlu pendidikan kesehatan berkelanjutan untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Peneliti menyarankan penelitian fenomenologi lanjutan untuk menggali kepatuhan masing-masing pilar tatalaksana DM secara khusus. AbstractThis phenomenological study attempted to explore the experiences of patient’s non-adherence to the Diabetes Mellitus (DM) treatment. Eight participants were selected by convenience method from a hospital in Jakarta. Data were collected and then analyzed with the Collaizz’s method. The results identified seven major themes which consisted of less pleasure of diet, less understanding about the benefits of diet, less understanding about the benefits of physical exercise, old age, physical disability, incorrect understanding about the benefits of medicine, fail to adhere taking medicine because of economic’s reason. This study concluded the most common reason of non-adherence was lack of understanding about the benefit of the treatment adherence. Therefore, it is the necessary to give adequate health education continuously to promote patient’s adherence. Further research may explore patient’s adherence specific to each four DM treatment’s pillars.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.