Kurikulum pendidikan di Indonesia telah berkembang dalam beberapa kali namun landasan filsafat yang digunakan jarang digali. Landasan filsafat yang digunakan menjadi pemikiran menarik karena dengan landasan filsafat yang jelas maka arah dan tujuan pendidikan menjadi jelas. Hasil penelitian ini yang utama menemukan bahwa hakikat kurikulum pendidikan 2013 adalah meningkatkan basis perubahan pada sikap, pengetahuan dan keterampilan pada diri peserta didik demi terciptanya pendidikan karakter yang baik. Tujuan yang ingin dicapai dalam kurikulum 2013 adalah menghasilkan generasi yang kreatif dan inovatif dengan harapan mampu meminimalisir kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan peradaban bangsa. Kurikulum 2013 memiliki landasan filsafat eklektik inkorporatif yang berarti mengambil unsur-unsur yang baik dari aliran-aliran filsafat pendidikan untuk diintegrasikan dengan sistem pendidikan nasional. Progressivisme sebagai salah satu aliran filsafat pendidikan memiliki warna yang dominan dalam kurikulum 2013 terbukti dengan sistem pendidikan yang sangat menitikberatkan murid sebagai subjek pendidikan, guru bertindak sebagai fasilitator, serta mata pelajaran yang terintegrasi dalam satu unit. Kurikulum 2013 menunjukkan kalau anak atau subjek pendidikan harus diberi pelajaran dan pengajaran sesuai dengan perkembangan zaman agar tidak menghasilkan generasi usang serta tiga kompetensi utama dalam diri anak harus dinilai secara keseluruhan (sikap, pengetahuan, dan ketrampilan).
Kompetensi yang harus dimiliki siswa SMA yang mempelajari geografi adalah kemampuan dalam berpikir tentang keruangan (Spatial Thinking). Kemampuan ini digunakan sebagai modal menghadapi persaingan global pada masa revolusi industry 4.0. Mengetahui kemampuan berpikir spasial siswa membutuhkan instrumen yang mampu mengukur secara detail kemampuan yang dimiliki siswa SMA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas soal: realibilitas, daya beda butir soal, tingkat kesukaran dan korelasi antar butir soal kemampuan berpikir spasial siswa SMA. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang dianalisis dengan software ANATES. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil: instrumen tes kemampuan berpikir spasial ini dapat digunakan secara maksimal karena daya pembeda soal dan tingkat kesukaran soal berfungsi dengan baik. Namun, kemampuan instrumen dalam membedakan tingkat kemampuan berpikir spasial antar siswa belum maksimal berfungsi dengan baik. Diperlukan pengembangan lebih lanjut dalam mengujicobakan instrumen ini sehingga mampu mengukur secara rinci kemampuan berpikir spasial siswa SMA.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar geografi materi dinamika litosfer melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe explicit instruction pada siswa Kelas X SMA Negeri 2 Kota Ternate. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan subjek penelitian adalah siswa kelas X. Teknik pengumpulan data dengan tes, observasi, dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik deskriptif komparatif, yaitu membandingkan setiap hasil tes persiklus. Hasil perbaikan pembelajaran dengan PTK ini adalah hasil perolehan nilai rata-rata siswa dalam pembelajaran geografi selalu mengalami peningkatan dari sebelum tindakan dan setelah tindakan dalam tiap siklusnya. Hasil tersebut adalah nilai rata-rata sebelum tindakan adalah 65 meningkat menjadi 69 saat siklus I, meningkat menjadi 75 saat siklus 2, dan meningkat menjadi 82 saat siklus III.Kata kunci : hasil belajar, geografi, model tipeexplicit instruction
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.