This study aimed to determine the factors affecting demand for credit programs KKPE and KUR of agriculture sector in Indonesia. Method used in this study was a descriptive method that was based on solving the actual problems that exist today. Secondary data in the form of panel data that is the combination of cross-section data (province) and time series data (2010-2014) used in this research. Data sourced from the Central Statistics Bureau (BPS), the Ministry of Agriculture, the Financial Services Authority, the Ministry of Finance and Bank Indonesia (BI) as well as other relevant agencies as supporting data for this study. The method used is panel data regression analysis to choose model through three estimation approach that is common effect model (CEM), fixed effect model (FEM) and random effect model (REM) using E-views 9. The results showed the agricultural sector credit demand in Indonesia influenced positively and significantly at a significance by the credit interest rates, the exchange rate, the rice grain price, and agriculture sector GRDP. The provincial minimum wage negatively affected on the agricultural credit demand. The exchange rate of farmers has no significant effect.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahi potensi penggembangan agroindustri lemang di Kota Tebing Tinggi, kelayakan usaha, nilai tambah beras ketan menjadi produk lemang dan cara memproduksinya. Penggunaan metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dimana data yang diperoleh dengan cara memberikan kuisoner kepada 5 responden pemilik agroindustri dan 30 responden penjual lemang menggunakan metode Simple Random Sampling dimana populasi penjual lemang sebanyak 60 responden penentuan lokasi penelitian menggunakan purposive method yaitu di Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata pendapatan pemilik agroindustri lemang sebesar Rp 1.898.191/hari dan Rp 56.945.969/bulan dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 667.809/hari dan Rp 20.034.304/bulan. Jika dilihat dari Analisis R/C Ratio agroindustri lemang sebesar 3,82 Artinya setiap biaya yang dikeluarkan sebesar satu rupiah Rp 1, akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 3,82, sehingga usaha mendapatkan keuntungan. Hal ini menunjukkan bahwa R/C>1 dan dikatakan usaha agroindustri ini secara ekonomis layak diusahakan. Untuk nilai tambah yang didapat dari hasilkan pengolahan beras ketan menjadi lemang Rp 13.039/ Kg dan rasio nilai tambah sebesar 0,36%. Pengembangan agroindustri lemang dari sisi pemasaran yaitu dapat mengsengmentasi pasar berdasarkan selera rasa. Menjadikan target pemasaran sebagai strategi, kelebihan dari lemang ini yaitu menjadi icon Kota Tebing Tinggi dengan memiliki cita rasa yang gurih, enak, dan tidak lengket. Tempat untuk berjualan juga sudah cukup strategis yaitu sepanjang jalan lintas masuknya ke Kota Tebing Tinggi. Kata kunci: potensi pengembangan, agroindustri, lemang
Kinerja petani swadaya kelapa sawit di Desa Makmur. Petani melakukan usaha tani telah berlangsung lama, namun tingkat keberhasilan masih kecil. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu, kualitas, kuantitas, dan efektivitas. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana kinerja petani swadaya kelapa sawit untuk meningkatkan produksinya dan apa kendala yang dialami dalam pelaksanaan usaha tani kelapa sawit swadaya. Pengambilan sampel dilakukan dengan snowball sampling. Metode penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian ini yaitu secara kualitas, petani belum menerapkan prinsip-prinsip praktik budidaya yang baik. Petani dalam melakukan budidaya kelapa sawit masih sebatas otodidak atau belajar dengan petani swadaya satu dengan yang lainnya. Secara kuantitas petani swadaya belum mencapai kinerja yang baik, produksi per bulan sebesar 1.290 kg/Ha, produksi tersebut masih dibawah standar produksi. Secara efektivitas, pendapatan petani swadaya kelapa sawit yang mencapai Rp. 21.337.223/ha/tahun masih dibawah Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Kabupaten Pelalawan yaitu Rp.3.002.383/bulan. Kendala yang dihadapi oleh petani swadaya kelapa sawit di Desa Makmur yaitu masalah kualitas bibit dan varietas yang tidak teridentifikasi. Sehingga sangat mempengaruhi hasil produksi kelapa sawit.
This study aimed to determine the level of competition and the similarity of the export structure of Indonesian palm oil products with competing countries in the international market. Secondary data is used in this study which includes export data from Indonesia and its competitors (Malaysia, Thailand, Cambodia, and Colombia) in 2014-2020 sourced from UN Comtrade. Methods of Analysis to measure the level of competition in the trade of Indonesian palm oil products in the international market using the Export Overlapping Index (IEO) and the Export Similarity Index (ESI) are used to measure how much similarity is in the composition of exports of Indonesian palm oil products in the international market. The results showed that trade in palm oil products before and during the COVID-19 pandemic had a significant increase in the value of the level of similarity in exports from Colombia, Thailand, Malaysia, Cambodia. The highest level of competition for Indonesian palm oil exports is between Indonesia and Malaysia.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.