Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan jenis anemia yang paling sering ditemukan di dunia, terutama di negara yang sedang berkembang. Hal ini sehubungan dengan kemampuan ekonomi yang terbatas, masukan protein hewani yang rendah, dan infestasi parasit. Dari hasil survei rumah tangga di Indonesia pada tahun 1995 didapati ADB 40,5% pada anak balita dan 47,2% pada anak usia sekolah. Defisiensi besi dapat menyebabkan gangguan terhadap respon imun sehingga rentan terhadap infeksi, gangguan gastrointestinal, gangguan fungsi kognitif, tumbuh kembang, dan perubahan tingkah laku. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala pucat menahun tanpa disertai perdarahan maupun pembesaran organ dan dipastikan dengan pemeriksaan kadar besi dalam serum. Terapi besi dengan dosis 3-6 mg besi elemental/kgBB/hari diberikan kepada semua pasien ADB dengan monitor kenaikan kadar hemoglobin setelah 2-4 minggu. Terapi dilanjutkan 4-6 bulan setelah kadar hemoglobin mencapai normal untuk menambah isi cadangan besi, dan terapi terhadap penyakit dasarnya harus diberikan. Suplementasi besi harus diberikan pada bayi yang mempunyai risiko tinggi terhadap kejadian ADB seperti bayi berat badan lahir rendah (BBLR), prematur, bayi yang mendapat susu formula rendah besi, dan bayi lahir dari ibu yang menderita anemia selama kehamilan
Background The compliance of iron deficiency anemia treatment that is administered three times daily in children is low. The compliance will be better if therapy is administered once daily. Objective To compare the iron therapy response of once per day
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.