The problem that arises in the numerical method is the validation of the answers obtained from these calculations. Another phenomenon that can be analyzed using other numerical approaches was also discovered by the European Institute for Nuclear Research, CERN. four giant detectors record the energy-producing Higgs boson particles. One such detector is ATLAS. As for this research, a new adaptive Runge-Kutta-Nystrom method was developed for the STEP algorithm on the ATLAS detector. In solving problems regarding the determination of the second-order ordinary differential equation (2) on the path of particles in the non-homogeneous magnetic field of the ATLAS detector (A Toroidal LHC Apparatus). Two types of modified Runge-Kutta methods were used. This method is the adaptive Runge Kutta Nystrom method which is then compared with the usual Runge Kutta Nystrom method to find the function r(s) which is a 2nd-order differential function. The output table contains data for arc length (s), the radius of curvature (r), the gradient of the function R(dr/ds), and the step size (h).Runge-Kutta Nystrom Table Outputs. Adaptive Runge-Kutta Nystrom Graph Output. Runge-Kutta Nystrom Graph Output. Project Discussion. Based on Algorithm. Based on Time Consumption. Based on Cost-Computation. Based on the Step-Size Difference. Based on the time consumption, the Adaptive Runge-Kutta Nystrom algorithm requires a faster running time than the usual Runge-Kutta Nystrom algorithm. Adaptive Runge-Kutta Nystrom takes 1,095 seconds to run, and Runge Kutta Nystrom takes 2,135 seconds. If it is reviewed based on the computational side which is focused on memory efficiency, the Adaptive Runge-Kutta Nystrom method is better than Runge-Kutta Nystrom. Abstrak Permasalahan yang muncul pada metode numerik adalah validasi jawaban yang diperoleh dari perhitungan tersebut. Fenomena lain yang dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan numerik lainnya juga ditemukan oleh Lembaga Riset Nuklir Eropa, CERN. partikel Higgs boson yang menghasilkan energi direkam oleh empat detektor raksasa. Salah satu detektor tersebut adalah ATLAS. Adapun dalam penelitian ini dikembangkan metode Runge-Kutta-Nystrom adaptif yang baru untuk algoritma STEP pada detektor ATLAS Dalam menyelesaikan persoalan mengenai penentuan persamaan diferensial biasa orde 2 (dua) pada lintasan partikel dalam medan magnet non-homogen detektor ATLAS (A Toroidal LHC Apparatus) digunakan dua jenis metode Runge-Kutta yang dimodisikasi. Metode tersebut yaitu metode Runge Kutta Nystrom adaptif yang kemudian dibandingkan dengan metode Runge Kutta Nystrom biasa untuk mencari fungsi r(s) yang merupakan fungsi diferensial orde 2. Output Tabel yang berisikan data nilai panjang busur (s), jari-jari kelengkungan (r), gradien fungsi R(dr/ds), dan ukuran langkah (h). Output Tabel Runge-Kutta Nystrom. Output Grafik Runge-Kutta Nystrom Adaptif. Output Grafik Runge-Kutta Nystrom. Pembahasan Projek. Berdasarkan Algoritma. Berdasarkan Time Consumption. Berdasarkan Cost-Computation. Berdasarkan Perbedaan Step-Size.Bedasarkan sisi time consumption algoritma Runge-Kutta Nystrom Adaptif membutuhkan waktu running yang lebih cepat dibandingkan algoritma Runge-Kutta Nystrom biasa. Runge-Kutta Nystrom Adaptif membutuhkan waktu running selama 1.095 detik dan Runge Kutta Nystrom membutuhkan waktu selama 2.135 detik. Jika ditinjau berdasarkan sisi komputasi yang difokuskan pada efisiensi memori, maka dapat dikatakan bahwa metode Runge-Kutta Nystrom Adaptif lebih baik dari Runge-Kutta Nystrom.
Ilmu Biosensor telah mendorong adanya perkembangan dalam bidang biofisika. Hal ini ditandai dengan adanya metode penentuan sifat dielektrik dari sampel biologi dengan menggunakan gaya Dielektroforesis. Dielektroforesis (DEP) merupakan metode yang menitikberatkan interaksi pada partikel dielektrik dalam medan listrik tak seragam. Oleh karena itu, metode ini banyak digunakan dalam proses analisis sel yang muatannya cenderung bersifat dielektrik. Setiap sel memiliki ciri khas melalui permitivitas bahannya, dimana parameter tersebutlah yang menjadi kunci dalam identifikasi sel dengan metode DEP. Identifikasi ini membutuhkan data permitivitas yang akan menjadi identitas sel tersebut. Sehingga, pustaka permitivitas sel perlu dikaji terlebih dahulu dengan mengkarantina sel murni dan mengamati laju terminal sel dalam medium tertentu. Manuskrip ini secara umum mengulas kajian mengenai identifikasi permitivitas yang menjadi ciri khas dari setiap sel. Adapun jenis sel yang ditinjau adalah sel bakteri monococcus. Kajian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi para peneliti untuk memanfaatkan teknik DEP dalam ilmu biosensor. Dari ulasan kajian tersebut disimpulkan bahwa dielektroforesis (DEP) dapat digunakan sebagai metode identifikasi sel bakteri monococcus dengan menganalisis permitivitas bahan dan medium yang digunakan, hal ini disebabkan karena setiap sel memiliki spektrum frekuensi karakteristiknya sendiri.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.