Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa bambu memiliki nilai ekonomi rendah. Banyak tanaman bambu di masyarakat yang dihilangkan atau diganti dengan komoditas lain. Desa sukaharja di Kabupaten Ciamis merupakan salah satu sentra penghasil bambu. Masyarakat merasakan manfaat ekonomi dari keberadaan bambu tersebut, sehingga keberadaan tanaman bambu masih terjaga kelestariannya. Pengelolaan bambu yang ada di Desa Sukaharja dapat dijadikan pembelajaran bagi petani bambu di tempat lain. Penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi agroforestri bambu di Desa Sukaharja. Penelitian menggunakan metode survei dan wawancara. Plot pengamatan dibuat sebanyak 39 plot. Pengamatan dan pengukuran vegetasi dilakukan secara sensus (100 %) pada seluruh areal lahan yang terpilih sehingga dapat diketahui semua jenis penyusun. Parameter yang dicatat/diukur adalah jenis bambu, jumlah rumpun, jumlah anakan, jumlah batang muda, jumlah batang tua, tinggi batang, dan keliling batang. Data yang berkaitan dengan sosial ekonomi diperoleh melalui wawancara. Responden dipilih secara sengaja yaitu petani masyarakat Desa Sukaharja sebanyak 69 responden. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dan data-data dari instansi yang memiliki keterkaitan dengan tujuan penelitian seperti Dinas Kehutanan, kantor desa, dan Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Peternakan dan Kehutanan. Bambu di Desa Sukaharja mempunyai potensi sebesar 765 batang bambu per hektar dengan komposisi 53 % bambu muda dan 47 % bambu tua, dengan didominasi oleh jenis bambu tali sebesar 92 %. Bambu di Desa Sukaharja dapat lestari karena dibudidayakan dengan pola agroforestri. Pola agroforestri bambu di masyarakat desa Sukaharja adalah a) Bambu + kayu, b) Bambu + HHBK, c) Bambu + tanaman perkebunan, d) Bambu +hortikultura.
Hutan rakyat sebagian besar dikelola secara agroforestri. Salah satu jenis tanaman yang banyak dikembangkan di hutan rakyat adalah pala (Myristica fragrans). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prospek pengembangan pala di lahan hutan rakyat. Penelitian dilakukan di Desa Kemawi, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah pada bulan Juni sampai dengan Juli 2012. Pengumpulan data dilakukan melalui penelusuran data sekunder, wawancara terbuka dan mendalam. Narasumber dipilih secara sengaja (purposive sampling) yaitu petani yang menanam pala di lahannya sebanyak 20 orang. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pala memiliki prospek yang baik sebagai salah satu jenis tanaman untuk pengembangan hutan rakyat di Desa Kemawi karena terdapat faktor-faktor yang mendukung pengembangannya yaitu :1) lahan secara bio fisik sesuai untuk pertumbuhan tanaman pala, 2) secara sosial dapat diterima oleh masyarakat karena jauh sebelumnya sudah banyak petani yang membudidayakan pala di lahannya 3) secara ekonomi memiliki harga yang cukup tinggi dan stabil sehingga memberikan tambahan pendapatan, 4) kondisi pemasaran baik buah maupun bibitnya sangat mudah, dan 5) perhatian pemerintah terhadap pengembangan pala pada tingkat produksi hingga pengolahan pasca panen cukup besar yang telihat dari adanya beberapa program yang berkaitan dengan pengembangan tanaman pala di wilayah ini.Kata kunci: pala, hutan rakyat, prospek, Desa Kemawi, agroforestri. Development prospect of nutmeg (Myristica fragrans Houtt) in the community forest AbstractThe private forest is largely managed with agroforestry pattern. Nutmeg (Myristica fragrans) is a plant that has been developed in the private forest. This study aimed to determine the prospect of nutmeg in the private forest. This research was conducted in the Kemawi village, Somagede Subdistrict of Banyumas District, Central Java Province in June to July 2012. Data were collected through secondary data study, open and in-depth interviews. Twenty farmers who planted nutmeg were selected with purposive sampling technique. The obtained data were processed and analyzed descriptively. The results showed that nutmeg had a good prospect as one of the plantation species for private forest development in Kemawi village because of these several factors: 1) Kemawi land was biophysically suitable for nutmeg plantation, 2) socially, many farmers had been planting nutmeg in their land, 3) economically, nutmeg had a good and stable price that can provide additional income, 4) marketing of both fruit and seed of nutmeg were very easy, and 5) there were good attentions from the government to the nutmeg development program from production to post-harvesting process.
Communities around the Rinjani Barat Protected Forest Management Unit (PFMU) have used the forest to fulfil economic needs before the area was designated as an FMU in 2009. This study aims to obtain information about community dependence of Rinjani Barat PFMU forest area. The study was conducted from August to
Bambu merupakan tanaman multiguna yang sudah dimanfaatkan masyarakat dari generasi ke generasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengolahan bambu serta menganalisis nilai tambahnya di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Data dikumpulkan pada bulan April -Desember 2016 melalui wawancara menggunakan kuesioner dan observasi lapang terhadap pengrajin bambu dan kemudian diolah dan dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat mengolah bambu menjadi produk anyaman berupa ayakan, boboko, haseupan, hihid, keranjang piknik, nyiru, pipiti, dan tempat parcel, serta produk non anyaman berupa celengan, gantungan kunci, gelas, jam dinding, kap lampu, kotak undangan, mangkok, piala, pigura, teko, tempat surat, dan tempat tissu. Rata-rata nilai tambah produk anyaman sebanyak Rp 131.197,21 atau 9,11 % dari rata-rata nilai tambah produk non anyaman sebanyak Rp 1.439.742,42. Rata-rata rasio nilai tambah produk anyaman sebesar 0,83 sedangkan rata-rata rasio nilai tambah produk non anyaman sebesar 0,90. Usaha anyaman bambu lebih banyak dilakukan oleh masyarakat meskipun nilai tambahnya lebih rendah daripada produk non anyaman karena pasarnya sudah terbentuk dan lebih stabil. Pasar kerajinan anyaman lebih luas dari produk bambu lainnya, terutama untuk produk perabotan rumah tangga. Sebaliknya, meskipun usaha non anyaman memiliki nilai tambah yang lebih tinggi, tetapi pangsa pasarnya lebih sedikit dan segmennya khusus sesuai jenis produknya. Masyarakat sebaiknya menjual bambu dalam bentuk olahan karena akan bernilai ekonomi tinggi daripada dalam bentuk batang. Satu batang bambu jika diolah dapat menghasilkan nilai hingga jutaan rupiah, sedangkan jika dijual dalam bentuk batang hanya bernilai Rp 10.000 -50.000. Kata kunci: bambu, pengolahan, nilai tambah, anyaman, non anyaman
Village land is widely used for agricultural cultivation activities. However, if it is not managed properly, it can turn into critical land that eventually needs to be rehabilitated to function optimally. The agroforestry approach to land restoration is becoming increasingly popular. This study aims to determine the management of village treasury lands and the application of bamboo agroforestry in managing village treasury lands. The research was conducted in November 2015 and February 2021. The methods used were interviews, Focus Group Discussions (FGD), observations and surveys of farmers’ land. The data obtained were processed and analyzed descriptively. The results showed that the management of the village treasury land was given to tenants with a rental system, where farmers who worked on farmers’ land were required to pay rent to the village government. The pattern of village land use is dominated by monoculture agriculture with seasonal crops such as corn, peanuts, red potatoes, and coffee. To optimize the land management of the village treasury, it also carried out activities through various programs such as reforestation, planting fruit and timber, but did not achieve success. The development of bamboo agroforestry is an alternative for managing village treasury land while still accommodating economic and ecological interests.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.