Lignocellulose can be degraded by lignocellulolytic microorganisms such as moulds. The purpose of the study was to obtain the right type of moulds in degrading lignocellulose on the cocoa shell powder. The study used a completely randomized design method using four treatments of different types of mould (Trichoderma viride, Neurospora sitophila, Aspergillus niger, and Rhizopus oryzae) towards cocoa shell powder fermentation. Solid fermentation of cocoa shell powder was carried out for 5 days in an incubator with a temperature of 30°C for T. viride, N. sitophila, and R. oryzae, while A. niger of 35°C. The fermented substrate was then dried in a cabinet oven with a temperature of 50°C for 4 days. Tests of lignin, cellulose, and hemicellulose were performed towards the treatments by the Chesson method, while the moisture content test was performed using the AOAC method. Degradation of fermented cocoa shell powder has shown a significant effect on moisture, lignin, cellulose, and hemicellulose contents. Trichoderma viride resulted in the highest lignocellulose degradation compared with the other treatments. The percentage decrease of lignin content is up to 46.69 wt%; while cellulose of 22.59 wt%; and hemicellulose is about 19.41 wt% from the initial lignin weight.
Desa Arjasari dikenal dengan desa yang kaya akan kekayaan alamnya. Salah satu komoditas yang diunggulkan pada kekayaan alam desa tersebut adalah jagung manis. Namun pemanfaatan hasil panen jagung manis ini belum maksimal karena masih terbatas pada penjualan hasil panen pada tengkulak dan produk olahan tradisional. Oleh karenanya perlu dilakukan upaya peningkatan nilai guna dari jagung manis di Desa Arjasari, salah satunya dengan membuat produk olahan yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi dan menarik untuk dipasarkan dalam bentuk emping JUBIKA (Jagung Kulit Biji kakao). Tujuan dari program pengabdian masyarakat ini adalah transfer teknologi tepat guna pengolahan jagung manis menjadi produk olahan yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan nilai guna jagung manis, memperpanjang umur simpan, dan berpotensi memberikan kontribusi kepada masyarakat baik petani jagung manis maupun pengolahan makanan dalam bentuk margin ekonomi. Metode pendekatan dilakukan melalui pendekatan partisipasif dengan kegiatan survey lokasi dan potensi desa, pelatihan baik teori atau praktek, monitoring dan evaluasi, dan persiapan pemasaran. Dari kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa masyarakat desa Arjasari kecamatan Arjasari kabupaten Bandung terutama Ibu-ibu PKK, petani jagung manis, tokoh masyarakat, dan Karang Taruna menyambut baik kegiatan PPMD bertopik pembuatan JUBIKA, pengembangan olahan berbahan baku jagung ke depan dinilai memungkinkan karena ditunjang kesediaan bahan baku jagung manis di desa tersebut dan pada kegiatan PPM tahun berikut akan dilaksanakan pengembangan untuk produk olahan singkong dan pisang yang merupakan produk khas daerah setempat.
ABSTRAKBanyak penelitian mengungkapkan bahwa aplikasi water stress treatment di wilayah subtropis dapat digunakan untuk memproduksi tomat berkualitas tinggi, meskipun fenomena tersebut selalu diikuti dengan melambatnya pertumbuhan dan menurunnya produktivitas tanaman tomat. Penelitian terdahulu mengenai water stress treatment selalu dilakukan di wilayah subtropis di dalam greenhouse berteknologi tinggi, oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian mengenai hal yang sama di wilayah tropis di dalam greenhouse tradisional. Penelitian ini dimulai dengan melakukan penanaman buah tomat pada dua kondisi yaitu stress dengan kelembaban media tanam sekitar 60% (P2) dan 40% (P3) serta kondisi kontrol sekitar 80% (P1). Pertumbuhan tanaman diukur berdasarkan diameter batang dan stem elongation rate, sedangkan produktivitas diukur berdasarkan yield, jumlah buah, dan massa buah rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan aplikasi water stress treatment pada tanaman tomat di wilayah tropis di dalam greenhouse tradisional memiliki hasil yang tidak terlalu berbeda dengan penelitian di wilayah subtropis di dalam greenhouse berteknologi tinggi. Tanaman P1 memiliki pertumbuhan dan produktivitas paling tinggi, sedangkan tanaman P2 dan P3 mengalami penurunan pertumbuhan dan produktivitas, masing masing sebesar 36.25% dan 23.48% pada P2 dan 39.78% dan 48.18% pada P3. P2 and P3, 36.25% and 23.48% in P2 and 39.78% and 48.18% in P3 respectively
Kata kunci: water stress, tomat, pertumbuhan, produktivitas
ABSTRACT
Many studies revealed that application of water stress treatment in subtropical regions could be used to produce high quality tomatoes, although the phenomenon is always folloed by slowing growth and declining productivity of tomato crops. Previous studies on water stress treatment have always been conducted in subtropical areas in high technology greenhouse. Therefore, it is necessary to conduct a research about the application of water stress treatment in tropical regions in a traditional greenhouse. This research started by planting tomato crops in two conditions. First condition is stress with moisture content of planting medium around 60% (P2) and 40% (P3) and control around 80% (P1
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.