Masyarakat merupakan pelaku konservasi utama yang bersentuhan secara langsung dengan wilayah pesisir. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menghitung persentase tutupan terumbu karang berbasis masyarakat. Partisipasi masyarakat dibentuk guna membangun komunikasi dan kesadaran terhadap lingkungan. Penelitian dilakukan di enam wilayah perairan pada enam kecamatan meliputi Tapak Tuan, Samadua, Meukek, Labuhan Haji Timur, Bakongan dan Bakongan Timur. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode manta tow yang merupakan metode survey terumbu karang berbasis masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan persentase tutupan karang keras yang paling tinggi ditemukan pada wilayah perairan Meukek dan Bakongan Timur. Sementara tutupan karang keras yang paling rendah ditemukan pada wilayah perairanBakongan. Keterlibatan masyarakat dalam upaya perlindungan memberikan dampak yang positif terhadap kesehatan terumbu karang. Adanya panglima laot menguatkan bentuk partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan wilayah perairan di Aceh Selatan.

Penelitian Biodiversitas Mangrove di Perairan Aceh Barat Daya Sebagai Potensi Daerah Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat bertujuan untuk menghitung biodiversitas mangrove yang terdapat kabupaten Aceh Barat Daya sebagai salah satu wilayah yang akan dijadikan Kawasan Konservasi Perairan Daerah. Pengamatan dilakukan pada dua stasiun yakni di kecamatan Kuala Batee dan kecamatan Manggeng, Kabupaten Aceh Barat Daya. Hasil yang diperoleh menggambarkan kondisi populasi mangrove di kecamatan Kuala Batee yang kurang baik, hal tersebut ditandai dengan rendahnya nilai rata-rata kerapatan (633 ind/Ha) serta rendahnya nilai indeks keanekaragaman dan keseragaman (H=0,83 E=0,76) pada lokasi tersebut. Sementara kondisi populasi mangrove di kecamatan Manggengjuga pada kondisi yang kurang baik ditandai dengan nilai rata-rata kerapatan dalam kategori sedang (1400 ind/Ha) serta nilai indeks keanekaragaman dan keseragaman (H=0,36 E=0,53) dalam kategori rendah. Rendahnya nilai parameter yang diperoleh disebabkan alih fungsi lahan mangrove menjadi lahan sawit dan lahan tambak. Sementara jenis mangrove yang ditemukan pada kedua stasiun pengamatan adalah jenis Ceriops decandra, Nypa fruticans, Sonneratia alba dan Acrostichum aureum dimana Sonneratia alba merupakan jenis yang ditemukan pada kedua stasiun pengamatan.

Riverside settlement in the Lower Badur Bawah area, precisely along the deli river in Hamdan village, Medan Maimoon sub-district , are one of the slum settlements being unorganized and densely populatade and the disposal of household waste water is not in place which makes this area prone to slum. Therefore, it is necessary to revitalize the area with land consolidation method in order to create a healthy and comfortable encironmental area in accordance with the social, economic, and cultural conditions of the surrounding community but do not forget the regulations that apply in the city of Medan. This research was conducted by conducting interviews with stakeholders and field observations by observing the behavior and activities of the residents of Badur bawah to produce a physical desription of the exixting settlements. Based on the results of observations, it was found that the characteristics of residential residents showed the orientation of the building back to the river, the lack of sewerage and the lack of public space and open space areas. The solution to the existing problems through consolidation of regional land by providing decent housing in accordance with the needs and income of the population and utilizing the river border as a open space that can be used as an area of social activity between residents to strengthen a sense of togetherness so that a sense of protecting, maintaining security and evironmental comfort, especially the cleanliness of the Deli river.