<div class="WordSection1"><p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) dengan menggunakan metode Education Mini Club (EMC) sebagai solusi dalam menghadapi tantangan pendidikan diera revolusi 4.0 penelitian ini di lakukan karena adanya proses pembelajaran yang kurang sesuai dengan keadaan siswa yang tidak suka dengan metode pembelajaran yang monoton.</p><p>Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode observasi lapangan yang artinya pengamatan secara langsung dilapangan. Pelaksanaan pengamatan yang dilakukan di MTs Nu Ibtidaul Falah yang mendapatkan analisis data adanya peningkatan hasil belajar dengan menggunakan metode Education Mini Club (EMC) data tersebut di dapat dari hasil nilai pree test ( sebelum di terapkan nya medode Educatin Mini Club (EMC) di bandingkan dengan nilai setelah di terapkanya metode EMC ini hasil nilai yang diperoleh lebih bagus setelah di terapkannya metode EMC. Sebelum di terapkannya ada beberapa siswa yang belum mncapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang di tetapkan pihak sekolah setelah di terapakan metode EMC ini siswa semua telah mencapai KKM.</p><p> </p></div><strong><br clear="all" /> </strong>

Field trip activities are often considered additional activities and are considered recreational activities rather than ones that teach science effectively to students. Field trip activities are one form of effective experience-based learning to train pre-service teachers in the outdoor environment. This study attempted to describe the design of outdoor science learning in the form of the field trip for pre-service science teachers (PSTs) and the condition of psychosocial learning environments in outdoor activities. This research is a case study carried out in a pre-service science teacher training program at Institut Agama Islam Negeri Kudus, Indonesia. The field trip was designed with field visits on six objects for three days in Bandung, West Java, Indonesia. The field trip activity was attended by 70 PSTs. Qualitative data is captured through the documentation of activities at each outdoor learning location. Quantitative data collection instruments included seven psychosocial scales, namely (1) Environmental Interaction; (2) Integration; (3) Students cohesiveness; (4) Teacher supportiveness; (5) Open-endedness; (6) Preparation and organization; (7) Material environment. The field trip design for PSTs recommends activities that lead to observation and exploration of visiting objects relating not only to the content of the science but also to the pedagogical aspects of the science. The psychosocial aspects of PSTs indicate that field trip activities show a positive meaning in all aspects, although there are significant differences in the conditions of expectations and reality experienced by PSTs. The integration aspect is not significantly different. The decline in perception is still at the medium level, and the condition of the perception is still at a positive level. Research and development studies that emphasize the process of integrating classroom learning with outdoor activities can be carried out further to be able to give meaning to science learning, which is not limited by classrooms or laboratories.

Penelitian ini bertujuan untuk mendesain dan menghasilkan media pembelajaran sederhana mata pelajaran IPA menggunakan  alat dan bahan dari lingkungan sekitar, serta meningkatkan motivasi siswa MTs Muwahidun. Metode pengumpulan data pada penilitian ini ada empat, yaitu: 1) studi pustaka, 2) observasi, 3) wawancara, dan 4) angket. Model 4D digunakan dalam pengembangan penelitian ini yang terdiri atas tahapan: 1) <em>Difine</em>, 2) <em>Design</em>, 3) <em>Develop</em>, 4) <em>Disseminate</em>. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu: 1) media pembelajaran yang dikembangkan layak untuk digunakan dalam pembelajaran dan 2) dengan menggunakan media pembelajaran, motivasi siswa meningkat. Hal ini didasarkan dari 1) media pembelajaran dinyatakan layak oleh ahli, 2)ketersediaan alat dan bahan dalam  pembuatan media pembelajaran sangat memadai, 3)  media pembelajaran yang dibuat bersifat konkret sesuai dengan umur siswa MTs dan sesuai dengan KI-KD pada kurikulum 2013, dan 4) media pembelajaran menarik dan mudah dipahami.