Conflicts that occur between religious communities make a problem, namely the incompatibility between the concept of the teachings of love from religion and the facts. Fundamentalist attitudes, radicalism, fanaticism, and extremism produced by religion are the triggers for conflict. With this conflict, it can be said that the teachings of love are not implemented properly. The purpose of writing this article is to state the law of love which is implemented in a pluralistic life which is an effort to build a culture of tolerance in religious moderation and is an effort to prevent, resolve horizontal conflicts between religions. The research method used is library research with a descriptive qualitative approach by collecting and digging various literature related to the theological biblical analysis of the law of love. From the analysis of this article, several findings were obtained, namely: first, religion does not function properly, secondly, the teachings of love are not implemented properly, the three concepts of implementing the law of love are the basis for moderating the middle way that can build awareness of tolerance in pluralism. AbstrakKonflik-konflik yang terjadi antar umat beragama menjadikan suatu permasalahan yaitu ketidak sesuaian antara konsep ajaran kasih dari agama dengan fakta yang ada. Sikap fundamentalis, radikalis-me, fanatisme dan ekstrimisme yang dihasilkan agama menjadi pemicu terjadinya konflik. Dengan adanya konflik tersebut maka dapat dikatakan bahwa ajaran kasih tidak terimplementasikan dengan baik. Tujuan dari penulisan artikel ini yaitu untuk menyatakan hukum kasih yang diimplementasikan dalam kehidupan majemuk yang menjadi suatu upaya membangun budaya toleransi dalam moderasi agama, dan menjadi suatu upaya pencegah, penyelesai konflik horizontal antar agama. Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka dengan pendekatan kualitatif deskriptif dengan mengumpulkan dan menggali berbagai literatur yang berkaitan dengan analisis biblis teologis hukum kasih. Dari analisis artikel ini maka didapatkan beberapa penemuan yaitu: pertama, agama tidak berfungsi sebagaimana mestinya, kedua tidak terimplementasinya ajaran kasih dengan baik, ketiga konsep implementasi hukum kasih menjadi dasar dalam moderasi jalan tengah yang dapat membangun kesadaran toleransi dalam kemajemukan.
Abstrak Masa pandemic memberikan berbagai macam dampak, salah satunya yaitu berdampak kepada aspek kepemimpinan. Perubahan situasi dapat berpengaruh kepada proses kepemimpinan, dengan adanya persoalan ini maka gereja perlu memiliki stategi dalam menyikapi hal ini. Diperlukan respons dan perubahan yang tepat dalam mengimbangi dampak pandemic tersebut. Dalam situai yang penuh perubahan inilah kepemimpinan Kristen Tranfromnasional diperlukan. Tujuan penelitian ini bertujuan supaya pemimpin Kristen dapat dibangun dalam masa-masa Pandemi ini. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Untuk memperoleh data yang diperlukan melalui kajian literatur untuk kepemimpinan yang transformatif. Dari penelitian ini ditemukan hasilnya yaitu dengan membangun kepemimpinan yang Kepemimpinan Kristen Tranfromnasional di masa pandemic Covid-19 memberikan pengaruh pada yang dipimpin untuk tetap memiliki keyakinan dan kepercayaan diri, selalu optimis dan memiliki sikap saling menolong di masa pandemic yang di hadapi ini. orang-orang yang dipimpin diharapkan lebih percaya diri dan optimis untuk mengoptimalkan potensi yang ada di diri mereka, serta mengembangkan kemampuan lain untuk dapat bertahan melewati situasi sulit.
Indonesia merupakan Negara yang beraneka ragam suku, ras, budaya dan agama. Keberagaman sering memicu terjadinya konflik salah satunya adalah agama. Banyaknya konflik agama memperlihatkan ketidaksesuaian antara ajaran kasih dengan fakta yang ada. Konflik antar agama yang terjadi memerlukan perwujudan Sila Persatuan Indonesia dengan landasan kasih. Perwujudan sila Persatuan Indonesia ada keterkaitannya dengan sila-sila yang dan itu merupakan wujud nyata dari ajaran kasih yang agama-agama ajarkan, sehingga konflik dapat dicegah serta tidak terulang kembali. Adapun metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan metode kualitatif deskriptif, serta pendekatan yang digunakan yaitu studi literatur dalam memaparkan ajaran kasih serta sila Persatuan Indonesia. Tujuan dari peneliti ini adalah supaya konflik yang mengatasnamakan agama yang sangat merugikan bagi kesatuan Indonesia dapat terselesaikan dan dapat menjadi suatu tindakan preventif sebelum konflik itu terjadi. Temuan dalam penelitian yaitu Perwujudan sila Persatuan Indonesia ada keterkaitannya dengan sila-sila yang dan itu merupakan wujud nyata dari ajaran kasih yang agama-agama ajarkan, sehingga konflik dapat dicegah serta tidak terulang kembali. Bangsa Indonesia dapat mewujudkan kembali marwah dan nilai-nilai kesatuan dan persatuan para pendiri bangsa ini.
Many people expect a good, healthy, prosperous life, do not experience suffering. People who have a prosperous, healthy life, without suffering are usually identified with people who are obedient and fear God, where the concept of fearing God gets blessings and does not get curses, suffering, or other bad things that are often referred to as the principle of retaliation. This principle of retaliation is a common and believed principle from time to time. In wisdom literature, the principle of retaliation is one of the points that need attention. But in fact there are many who are pious, fearing God, whether they experience suffering that is not appropriate. This research approach is qualitative using a theological approach that can be used to understand the gaps that occur, collect data from various literary sources that can be used to collect the material needed, such as books in libraries, Junarl, the web, electronic mass media, etc. . the concept of the principle of retribution cannot be established in general terms and can be stated inaccurately if it is addressed to righteous people, pious people, good people, and suffering children, because the theory stated by the facts that occurs is incompatible and very contradictory.
Suffering knows no boundaries; everyone can experience various hardships, including believers. The presence of suffering often leads believers to forsake God, posing a problem addressed in this research. The method used in this study is literature research, where the first thing explained is the understanding of suffering for believers, followed by the search for the meaning of "thorn in the flesh" using hermeneutic exegetical approach. The objective of this research is to provide a strong foundation for believers to endure and become resilient when facing suffering. The findings reveal that the "thorn in the flesh" experienced by the Apostle Paul refers to individuals who obstructed and disturbed his ministry, representing those who opposed him. As a result, Paul endured profound suffering. Paul's condition serves as an example of how unwavering faith and loyalty to God enable one to persevere and remain strong in the face of trials. His experience provides insights and inspiration for believers to overcome suffering with conviction and steadfastness in following God's calling. Penderitaan tidaklah pandang buluh, semua orang dapat mengalami banyak penderitaan termasuk Orang Percaya, dengan adanya penderitaan tidak jarang menjadikan Orang Percaya dapat meninggalkan Tuhan, hal tersebut merupakan persoalan yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, di mana pertama-tama yang dijelaskan adalah pengertian penderitaan Orang Percaya, pencarian makna “Duri Dalam Daging” dengan pendekatan eksegesis hermeneutik. Tujuan dari penelitian ini yaitu supaya Orang Percaya memiliki landasan yang kuat pada saat mengalami penderitaan maka dapat bertahan dan menjadi kuat. Adapun temuan dari penelitian ini adalah Duri dalam daging yang dimilik rasul Paulus itu merupakan orang-orang yang menghalangi dan mengacaukan pelayanan Rasul Paulus, mereka adalah orang-orang yang memusuhi Rasul Paulus. Karena mereka Rasul Paulus mengalami penderitaan yang begitu hebat. Kondisi Rasul Paulus tersebut memberikan contoh bagaimana iman yang teguh dan kesetiaan kepada Tuhan memungkinkan seseorang untuk tetap bertahan dan kuat dalam menghadapi cobaan. Kondisi Rasul Paulus memberikan wawasan dan inspirasi bagi Orang Percaya untuk mengatasi penderitaan dengan keyakinan dan keteguhan hati dalam mengikuti panggilan Tuhan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.