Background: The progress of the current era greatly affects the Islamic community in Indonesia, especially in terms of morals. Nowadays, society is faced with an era that is all modern. Not only in terms of technology, education and the economy are affected, but human morals are also affected by modernization. Purpose: To know what is meant by morals. To find out how the moral phenomenon of society in modern times. To know how to provide a good understanding of morals for the community. Method: This study uses a qualitative approach with a descriptive model to explain the context of each variable. Result: A person is said to be moral if his behavior always reflects kindness without requiring thought. When the deed is firmly ingrained in a person then the morals will become a part of him. Usually, the morals formed through habituation it is not based on the pressure and coercion of others, but arise from within themselves, due to the result of the learning process that it has carried out. Conclusion: Providing a good moral understanding for society is by understanding how Islam teaches how we live our lives and understanding the truth about good and bad morals so that in addition to understanding, society can also practice how the concept of morals is.
Akhlak berasal dari kosa kata bahasa Arab dan terdapat dua pendapat mengenai akhlak. Menurut pendapat pertama, kata “akhlak merupakan isim jamid atau ghair mustaq, maksudnya yaitu kata benda yang tidak memiliki akar kata karena bentuknya memang telah sedemikian dan berdiri sendiri”. Sedangangkan Masyarakat modern merupakan golongan atau sekumpulan manusia yang orientasi hidupnya terarah ke masa kini. Masyarakat ini sering disebut perubahan dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat yang lebih maju dari segala aspek dan hidup dengan teknologi yang maju. Akhlak masyarakat modern cenderung negatif dan lebih bersikap individual. Adapun akhlak pada masyarakat modern saat ini yaitu: 1. Ibadahnya rendah, 2. Tidak mengenal Rasul nya, 3. Tidak dekat dengan Al-Qur’an, 3. Tidak menghindari bisikan atau godaan jin, 4. Tidak mau mencari surga, 5. Tidak menghindari neraka, 6. Paham agama tapi tidak menjalankannya, 7. Mendapatkan nikmat tapi tidak mau bersyukur
Sebelum memasuki pembahasan, ada baiknya kita terlebih dahulu mengerti dengan baik, apa itu Filsafat ilmu, dan apa keterkaitannya pada agama. Agar memudahkan kita dalam memahami materi yang akan disajikan selanjutnya dalam makalah ini.Filsafat Ilmu dan Agama memiliki keterkaitan yang saling tersambung satu sama lain dalam menunjang kemampuan manusia. Hal ini bisa kita lihat dari tujuan filsafat, ilmu dan agama, yaitu mencari kebenaran. Keterkaitan itu juga bisa dibuktikan, dengan “adanya 3 potensi yang Allah berikan kepada manusia, yang akan menjadikan manusia memperoleh kebahagiaan yang sebenarnya, yaitu akal, budi dan kepercayaan”. Sejatinya sebagai umat yang beragama, kita diperintahkan untuk mempelajari alam, mencari setiap hukum yang ada didalamnya, agar kita bisa hidup sesuai dengan tujuan dan ketentuan yang Allah ridhai. Dan ilmu dijadikan sebagai alat yang diarahkan oleh agama, agar manusia bisa memperoleh kebahagiaan yang sebenarnya. Seperti yang pernah dikatakan oleh Einstein “Science without religion is blind, religion without science is lame
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.