ASEAN memainkan kata-kata antara istilah migran, imigran, pencari suaka, orang-orang yang diperdagangkan dan orang-orang yang diselundupkan untuk mendeskripsikan dorongan perpindahan manusia yang luar biasa dari Myanmar. Istilah-istilah tersebut merupakan representasi sekuritisasi isu-isu kemanusiaan ASEAN. Namun sangat disayangkan ASEAN enggan menyebutnya dengan istilah pengungsi padahal semua aspek telah terpenuhi. Dalam hal ini, ASEAN mengambil langkah linguistik politik secara hati-hati dengan menghindari kata 'pengungsi' dalam kamus politik mereka. Artikel ini mempertanyakan: mengapa dan bagaimana ASEAN mensekuritisasi masalah pengungsi? Dan apa konsekuensi politik bagi ASEAN jika terus mempertahankan kebijakan sekuritisasi? Pembahasan dalam tulisan ini disajikan melalui pendekatan perspektif konstruktivis. Melalui pendekatan ini, dapat dilihat bahwa konstruksi pengungsi di ASEAN sangat dipengaruhi oleh nilainilai yang membangun keamanan kolektifnya. Dalam hal ini, ASEAN mengabaikan peran dan identitasnya sebagai penegak hak asasi manusia di kawasan. Penolakan untuk mematuhi rezim hak asasi manusia internasional ini akan mengakibatkan hilangnya kredibilitas dan integritas ASEAN. Kata kunci: hak asasi manusia, imigran, Rohingya, pengungsi, sekuritisasi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.