AbstrakJaringan jalan mempunyai fungsi yang cukup penting dalam sistem transportasi, karena mampu menghasilkan pergerakan barang/orang, sehingga jaringan jalan tersebut harus bisa diukur kinerjanya untuk mendukung pergerakan orang/barang. Pengukuran kinerja jaringan jalan dapat dilakukan melalui Indeks Aksesibilitas dan Indeks Mobilitas yang sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum (SPM) Departemen PU. Permasalahan yang mungkin terjadi antara lain adalah bagaimana tingkat aksesibilitas kota/kabupaten di wilayah Propinsi Kalimantan Barat dan bagaimana prioritas pembangunan jaringan jalan sehubungan kondisi aksesibilitas tersebut. Tujuan penelitian adalah mengetahui tingkat aksesibilitas kota/kabupaten di wilayah provinsi Kalimantan Barat dan prioritas pembangunan jalan untuk meningkatkan aksesibilitas di kota/kabupaten wilayah tersebut. Hasil analisa jaringan yang berupa matrix jarak tempuh terpendek antar kota/kabupaten, kemudian ditentukan angka keterkaitan seluruh jaringan jalan. Angka keterkaitan setiap kota/kabupaten dicari rataratanya, kemudian dinilai tingkat aksesibilitas masing-masing kota/kabupaten, apabila angka keterkaitan kota/kabupaten diatas rata-ratanya, maka tingkat aksesibilitasnya rata-rata rendah, demikian sebaliknya. Hasil analisa angka keterkaitan didapatkan angka keterkaitan rata-rata 531 km, sehingga bila angka keterkaitan/kabupaten yang lebih besar dari rataratanya, maka kota/kabupaten tersebut mempunyai aksesibilitas rendah. Urutan prioritas pananganan untuk mengatasi masalah aksesibilitas ini adalah Putus Sibau (681 km), Ketapang (681 km), Sambas (594 km), Singkawang (568 km), Sukadana (563 km), dan Mempawah (556 km).Kata kunci: Indeks Aksesibilitas, Indeks Mobilitas, tingkat aksesibilitas, angka keterkaitan.
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik, agregat kasar, agregat halus, air, dan bahan tambahan. Dalam penelitian ini ada dua jenis agregat halus yang dipergunakan yakni pasir lumajang dan pasir gunung merapi. Pasir gunung Merapi merupakan pasir dengan kualitas baik, dikarenakan partikelnya yang memiliki sudut. Pola partikel yang memiliki sudut itulah yang membuat ikatan pasir gunung merapi degan semen menjadi lebih kuat. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini mencoba untuk melakukan perbandingan pasir lumajang dengan pasir gunung merapi terhadap kuat tekan beton. Metode pembuatan benda uji menggunakan beton silinder (Ø15 cm, tinggi 30 cm) dengan kuat tekan rencana 30 Mpa, menggunakan variasi Faktor Air Semen (FAS) 0.6, 0.5, 0,4 dan 0,3 serta dicampurkan dengan Fly Ash 20%. Dari hasil penelitian didapatkan hasil pada FAS 0,6 kuat tekan beton untuk pasir Lumajang sebesar 273,964 dan pasir Gunung Merapi 270,094 ini semua tidak memenuhi kuat tekan rencana ,yang memenuhi kuat tekan beton rencana yakni pada FAS 0,5 pasir Lumajang mengalami peningkatan sebesar 27% yakni 411,499 kg/cm 2 , sedangkan pasir Gunung Merapi mengalami peningkatan sebesar 22,9% yakni 389,351 kg/cm 2 . Pada FAS 0,4 pasir Lumajang mengalami peningkatan sebesar 32,6% yakni 445,728 kg/cm 2 , sedangkan pasir Gunung Merapi mengalami peningkatan sebesar 36,5% yakni 472,716 kg/cm 2 . Pada FAS 0,3 pasir Lumajang mengalami peningkatan sebesar 48,3% yakni 580,432 kg/cm 2 , sedangkan Pasir Gunung Merapi mengalami peningkatan sebesar 54,7% yakni 663,224 kg/cm 2 .Kata Kunci : faktor air semen, kuat tekan beton, pasir Lumajang, pasir Gunung Merapi
ABSTRAKBaja tulangan adalah produk olahan hasil tambang yang akan habis. Sebagai alternatif dicoba pemakaian tulangan bambu yang murah dan berkekuatan tinggi. Penelitian ini akan membandingkan kuat tarik Bambu Apus/Tali, Bambu Ori, dan Bambu Jawa/Kèlès yang sudah dipilin dengan tegangan leleh baja tulangan mutu U-22. Bambu akan diambil bagian kulitnya, dengan dimensi 1x3x750 mm. Bagian kulit diambil tiga helai dan dipilin, kemudian 15 pilinan disatukan dengan kawat bendrat sepanjang pilinan bambu dengan jarak 20 mm. Lalu, dilakukan uji kuat tarik dengan acuan tegangan leleh baja tulangan mutu U-22 pada PBBI 1971. Pilinan bambu jenis yang paling kuat akan diaplikasikan pada balok beton fc-22,5 dengan dimensi 20x40x100 cm. Dari hasil evaluasi ternyata kuat tarik pilinan bambu tidak dapat melebihi tegangan leleh baja tulangan mutu U-22. Kuat tarik pilinan bambu rata-rata terbesar adalah 1.989,97 kg/cm 2 , lebih kecil 9,55 % dari baja mutu U-22, yaitu dari bambu jenis Apus. Gaya lentur yang dihasilkan dari balok bertulangan pilinan bambu apus lebih besar 75,49 % dari hasil perhitungan balok normal secara teoritis menggunakan tegangan baja.
ABSTRAKMei 2006, bangsa Indonesia digemparkan dengan luapan lumpur yang bercampur dengan gas alam yang berasal dari lubang galian PT. Lapindo Brantas. Luapan lumpur yang terus menerus menimbulkan ide untuk memanfaatkan limpahan lumpur tersebut menjadi alternatif bahan bangunan, seperti halnya yang telah dilakukan dengan limbah lumpur dari PDAM. Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan, baik untuk memanfaatkan lumpur tersebut menjadi batu bata bakar, batako, paving dan sebagainya. Namun bagaimana karakteristik lumpur sebenarnya jika dijadikan sebagai bahan bangunan,ini adalah inti dari penelitian berikut ini. Sebagai study awal dari pemanfaatan lumpur Sidoarjo sebagai bahan bangunan, digunakan campuran Lumpur Sidoarjo (Lusi) dengan tambahan Tanah Sawah, Semen dan pada akhirnya digunakan kapur sebagai bahan pengganti semen yang nantinya akan dibentuk benda uji mortar. Komposisi yang digunakan adalah 40%, 50%, 55%, dan 60% Lusi dengan variasi 3%, 6% dan 9% PC yang nantinya akan divariasi lagi dengan pengurangan semen terhadap kapur. Setelah dicetak, maka mortar akan diuji dalam usia 7, 14, dan 28 hari setelah dilakukan rendaman di dalam air. Dari hasil uji tekan didapatkan kuat tekan maksimal sebesar 46,7 kg/cm 2 yaitu dari komposisi 60% lumpur 31% tanah sawah dan 9% semen. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat arahkan menjadi bahan bangunan semisal untuk bata beton berlubang Mutu HB 35 (35 kg/cm 2 ), batu bata kelas 25 (25kg/cm 2 ) dan genteng.
Concrete compressive strength depend on many factors, one of the critical factor is fineness of sand, one material component of concrete. This study aims to quantify effect of the sand fineness to the concrete compressive strength by using sand with zone I and zone III. Kata kunci: kehalusan pasir, faktor air semen, kuat tekan beton.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.