Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap penyaluran kredit secara parsial dan untuk mengetahui variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap penyaluran kredit. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Sampel dalam penelitian yaitu 5 bank yang terdaftar di Indeks LQ45 tahun 2014-2018. Metode analisis data yang digunakan adalah uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda dan uji t dengan bantuan program SPSS 20. Dari hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa, variabel yang berpengaruh terhadap penyaluran kredit yaitu Dana Pihak Ketiga dan Loan to Deposit Ratio. Variabel yang tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit yaitu Non Performing Loan dan Capital Adequacy Ratio. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Penyaluran Kredit yaitu Dana Pihak Ketiga. Kata Kunci : Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Penyaluran Kredit
Kalimantan forests are mostly managed by human. Deforestation will affect the ecosystem and species inside. Oribatids are the most abundant soil mesofauna. They have an important role in decomposition of organic matter in the soil. Here, we investigated the effect of six different land use types (i.e. primary forest, secondary forest, jungle rubber, slash and burn, young fallow and old fallow) and evaluated the effect of environmental factors on the abundance and diversity of oribatids. The oribatids were collected using transect method along 100 m with 10 sampling points with the soil depth of 0-5 cm. Oribatids were extracted using Berlese Funnel Heat Extractor. Identification of oribatids was done to family level and diversity index was determined according to Shannon's diversity index. As much as 36 families of oribatids were recorded from the site at Mentebah, Kapuas Hulu. Oribatids in the jungle rubber showed the highest abundance (592.5 individuals/m 2), followed by secondary forest (317.5 individuals/m 2), primary forest (287.5 individuals/m 2), slash and burn (195 individuals/m 2), young fallow (157.5 individuals/m 2) and old fallow (142.5 individuals/m 2). The value of diversity index according to Shannon Wiener (H') ranged between 1.71-2.64 or categorized as moderate diversity values. The results of the research showed that there were strong coefficient correlation values of some families of oribatids with soil pH, C-organic, N total, C/N ratio, water content and soil temperature.
Lahan pertanian menjadi salah satu faktor keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati (biodiversiy) merupakan semua jenis tanaman, hewan, dan mikroorganisme yang ada dan berinteraksi dalam suatu ekosistem yang sangat menentukan tingkat produktivitas pertanian. Secara umum tanah berfungsi sebagai tempat hidup, tempat pertahanan, dan sumber makanan bagi organisme tanah. Makrofauna tanah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, keberadaannya dipengaruhi keanekaragaman vegetasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi komunitas fauna tanah yang aktif di permukaan tanah dan hubungannya dengan faktor fisika-kimia tanah pada lahan daun bawang. Penelitian ini dilaksanakan di lahan daun bawang milik petani setempat yang terletak di Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Banten menggunakan metode pitfall trap. Perangkap sumuran (Pit Fall Trap) digunakan untuk mengumpulkan serangga tanah yang berada di atas permukaan tanah, dilakukan selama 24 jam pada lahan daun bawang. Hasil pengamatan dan identifikasi menunjukan ada 2 kelas yaitu Insecta dan Arachnida serta 4 ordo yaitu Orthoptera, Spodoptera, Arachnida, dan Hymmenoptera dari Filum Arthropoda. Keberadaan Arthropoda tanah yang didapat menunjukkan adanya keanekaragaman yang rendah berdasarkan Shannon’s Diversity Index. Populasi semut ditemukan dominan di lahan tanaman daun bawang yang merupakan kelas Insecta, ordo Hymmenoptera sebesar 112. Hal ini disebabkan karena semut berperan sebagai predator polifagus yaitu mempunyai banyak jenis makanan, sehingga keberadaannya tidak hanya tergantung dari satu sumber makanan
Sistem pengelolaan hutan di Kabupaten Kapuas Hulu selama ini kurang optimal sehingga luas hutan dari tahun ke tahun mengalami penurunan yang mengakibatkan kualitas hutan semakin menurun. Eksploitasi hutan seperti penebangan hutan, peningkatan peralihan fungsi kawasan hutan menjadi pemukiman, perkebunan, perladangan berpindah, dan terjadinya kebakaran hutan merupakan ancaman yang serius terhadap ekosistem hutan terutama keberadaan fauna tanah dan hilangnya keanekaragaman hayati. Fauna tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah yang menjaga ekosistem melalui proses dekomposisi dan siklus hara. Proses-proses tersebut bertujuan untuk memperbaiki serta mempertahankan sifat biologi, kimia, dan fisik tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kelimpahan fauna tanah dan pengaruh lingkungan terhadap kelimpahan fauna tanah pada ekosistem hutan sekunder, lahan pascabakar 1 tahun, belukar muda (2-3 tahun) dan belukar tua (5-20 tahun). Sampel tanah diambil dengan menggunakan metode transek sepanjang 100 m dengan 10 titik sampling pada kedalaman 0-5 cm. Ekstraksi fauna tanah dilakukan dengan menggunakan alat modifikasi Berlese Funnel Heat Extractor. Identifikasi ordo dilakukan dengan mikroskop cahaya stereo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap ekosistem memiliki kelimpahan dan keanekaragaman yang berbeda. Kelimpahan fauna tanah terbesar dan terendah adalah 1.350 dan 461 individu /m2 pada ekosistem hutan sekunder dan lahan pascabakar 1 tahun. Keanekaragaman terbesar terdapat pada ekosistem hutan sekunder dan belukar tua (1,82;1,95) dengan kategori keanekaragaman sedang. Kelimpahan fauna tanah didominasi dari kelas Hexapoda (insecta) dan terendah dari kelas Symphyla.
One of the high-quality processed vegetable food ingredients is tofu. Tofu is made from processed soy milk with a thick texture and molded according to the right nutritional amount. White tofu is the most popular of the various forms of tofu available. Today, tofu producers have taken manipulative actions to anticipate production losses by including preservatives in the mix of ingredients used to make tofu. Most of the tofu production centers provide additional ingredients in the form of preservatives such as formalin to reduce losses from damage to the tofu they produce. The presence or absence of formalin in food can be detected using a unique component found in dragon fruit peel called anthocyanins. The methodology applied in this research is a simple and direct one, with primary data collected in the form of testing samples of white tofu collected from numerous traditional markets in the Banten area (up to ten samples). The aim of the research is to identify formalin in white tofu discovered in numerous traditional markets in Banten using natural component extracts, including dragon fruit peel extract. The results stated that there were two positive samples containing formalin and eight negative samples; the presence of formalin in tofu was indicated by a red color on the tissue. Sellers or customers can detect formalin simply by utilizing dragon fruit, allowing them to avoid formin which is harmful to health, with a simple and low-cost method.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.