Online Gender-Based Violence (OGBV) cases in Indonesia are increasing every year. The Indonesian people have not considered the issue of OGBV as an important thing. This study aims to explore digital activism carried out by SAFEnet (Southeast Asia Freedom of Expression Network) in the “Awas KBGO!” (Beware of OGBV!) Campaign. This research is qualitative research with a case study approach. Researchers want to know the role of social media in digital activism internally (inward) and externally (outward). Data collection techniques are interviews, observation, and literature study. The research subjects were campaign makers, campaign partners, and the target audience of the campaign. The results showed that social media has an important role in digital activism in the “Awas KBGO!” (Beware of OGBV!) Campaign. After conducting the analysis, the researchers found three major themes in the digital activism research conducted by SAFEnet, such as (1) Information Sources; (2) Movement, Mobilization, and Self-Mediation; (3) Online Gender-Based Violence Victims Advocacy.Keywords: Digital activism, online movement, online gender-based violence (OGBV), social media ABSTRAKKasus Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) di Indonesia naik setiap tahun. Masyarakat Indonesia pun belum menganggap isu KBGO merupakan suatu hal yang penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi aktivisme digital yang dilakukan oleh SAFEnet (Southeast Asia Freedom of Expression Network) dalam kampanye “Awas KBGO!”. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Peneliti ingin mengetahui peran media sosial dalam aktivisme digital secara internal (inward) dan eksternal (outward). Teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan studi pustaka. Subjek penelitian adalah pembuat kampanye, mitra kampanye, dan target audiens kampanye. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media sosial memiliki peran penting dalam aktivisme digital dalam kampanye “Awas KBGO!”. Setelah dilakukan analisis, peneliti menemukan tiga tema besar dalam penelitian aktivisme digital yang dilakukan SAFEnet dalam kampanye “Awas KBGO!” yaitu: (1) Sumber Informasi; (2) Pergerakkan, Mobilisasi, dan Self-Mediation; (3) Advokasi Korban Kekerasan Berbasis Gender Online. Kata Kunci: Aktivisme digital, gerakan siber, kekerasan berbasis gender online, media sosial
Meningkatnya kasus Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) dalam enam tahun terakhir membuat Sub Divisi Digital At-Risks SAFEnet (Southeast Asia Freedom of Expression Network) melakukan Kampanye “Awas KBGO!” untuk memberikan warning kepada publik. Strategi pesan dengan menggunakan daya tarik pesan masih belum berhasil untuk meningkatkan awareness publik. Penelitian ini berfokus untuk menganalisis kekuatan dan tantangan penggunaan message appeals dalam strategi pesan Kampanye “Awas KBGO!”. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus pada organisasi nirlaba SAFEnet dengan teknik pengumpulan data yakni wawancara, observasi, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kampanye “Awas KBGO!” menggunakan strategi pesan message appeals (daya tarik pesan) yang terbagi menjadi dua yaitu reasoning appeals (daya tarik alasan) dan emotional appeals (daya tarik emosional). Emotional appeals yang digunakan menimbulkan dua perasaan yaitu perasaan positif dan perasaan negatif. Penggunaan pesan kampanye yang menimbulkan perasaan negatif berupa fear appeals lebih dominan dibandingkan dengan pesan positif. Kekuatan pesan kampanye terletak pada penggunaan data dan fakta, sedangkan fear appeals justru menjadi tantangan karena menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi target audiens. Substansi penelitian ini memberikan kontribusi berupa rekomendasi kebijakan baru kepada SAFEnet untuk memperbanyak pesan kampanye yang memanusiakan (humanize) dengan narasi positif dan teknik storytelling.
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Humas Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) dalam implementasi kebijakan keterbukaan informasi, dengan fokus kajian penelitian mengenai peran humas dalam implementasi Undang -Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik pada Humas Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) di Kota Bandung yaitu Institut Teknologi Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Universitas Padjadjaran. Peneliti ingin mengetahui peran humas PTN BH di kota Bandung sebagai penasehat ahli, fasilitator komunikasi, fasilitator proses pemecahan masalah, dan teknisi komunikasi dalam implementasi kebijakan keterbukaan informasi. Peneliti menggunakan studi deskriptif dengan jenis data kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan melalui wawancara mendalam, observasi, studi dokumentasi atau studi pustaka. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada tiga Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum di kota Bandung sudah melaksanakan peran yang dimilikinya berupa implementasi kebijakan keterbukaan informasi, berperan sebagai penasehat ahli bidang komunikasi, menjadi fasilitator komunikasi dalam proses pemecahan masalah serta menjadi teknisi komunikasi. Namun demikian, ada beberapa hal yang menuntut peningkatan guna menjadikan lebih baik. Karenanya peneliti menyarankan agar masing -masing humas PTN BH di kota Bandung meningkatkan aktivitas evaluasi mengenai keterbukaan informasi yang dilaksanakannya, lebih mensosialisasikan kewajiban untuk membuka informasi pada publik internal, dan membuat struktur birokrasi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi yang lebih efisien. Kata-kata
Instagram adalah salah satu media sosial yang paling banyak digunakan oleh internet users di Indonesia. Meski pengikutnya lebih banyak di Instagram, Ganjar Pranowo mengesankan bahwa dirinya lebih aktif di Twitter karena Ia ingin menciptakan interaksi yang lebih real dibandingkan dengan Instagram. Peneliti ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka. Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan gambaran serta menjadi masukan terkait praktik political branding yang dilakukan oleh seorang politisi yang menjadi pemimpin, serta saat ini menduduki jabatan strategis yakni gubernur. Dalam akun Instagram, upaya political branding diimplementasikan dalam tipifikasi berikut ini: (1) Ganjar Pranowo Mengesankan Bahwa Dirinya adalah Pemimpin yang Mendukung UMKM; (2) Ganjar Pranowo Mengesankan Bahwa Dirinya adalah Pemimpin yang Mau Bekerja dengan Generasi Muda; (3) Ganjar Pranowo Mengesankan Bahwa Dirinya adalah Pemimpin yang Religius; (4) Ganjar Pranowo Mengesankan Bahwa Dirinya adalah Pemimpin yang Menerima Segala Perbedaan; (5) Ganjar Pranowo dan Central Java Tourism Branding; (6) Ganjar Pranowo Mengesankan Bahwa Dirinya adalah Pemimpin yang Bisa Bercanda dan Tidak Kaku. Aspek yang paling dominan yang menjadi kekuatan political branding Ganjar Pranowo terletak pada atribut personal. Atribut personal yang peneliti temukan dalam konten akun Instagram Ganjar Pranowo adalah: (1) Kompetensi Ganjar Pranowo sebagai Pemimpin; (2) Empati dari Ganjar Pranowo Sebagai Pemimpin; (3) Gaya Personal Ganjar Pranowo. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran dan kajian tentang political branding yang dilakukan oleh politisi yang juga seorang pemimpin.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.