Alat ukur kelembaban tanah ini menggunakan Arduino Uno dan soil moisture sensor YL 69. Alat ukur ini dapat dipergunakan untuk manajemen sumber daya air, peringatan awal kekeringan, penjadwalan irigasi, dan perkiraan cuaca. Berdasarkan hasil pengujian dan beberapa proses kalibrasi, alat hasil rancang bangun dapat memberikan 3 informasi yaitu ADC (Analog to Digital Converter), persentase kelembaban, dan kategori kondisi tanah yang diukur. Pengkategorian 5 kondisi tanah terbagi sebagai berikut (sangat kering, kering, normal, basah, dan sangat basah). Berdasarkan media pengacu atau pembanding, alat hasil rancang bangun ini memiliki selisih pengukuran persentase kelembaban kurang lebih 1,7 % dengan alat ukur Soil Tester Takamura Model DM 05
Abstrak- Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsumsi daya pada mobil listrik yang menggunakan mesin penggerak motor brushed DC. Dengan diketahui konsumsi dayanya pada kecepatan konstan tertentu dan kapasitas baterai yang digunakan, maka dapat dihitung jarak maksimum yang dapat ditempuh. Pada penelitian ini digunakan motor Brushed DC 1000 Watt sebagai penggerak utama. Untuk sumber energy digunakan baterai berjenis Lead Acid dengan kapasitas 48 Volt 30 Ampere hour (Ah). Untuk mengendalikan kecepatan digunakan pedal throttle yang menggunakan hall sensor. Keluaran sensor dihubungkan dengan Arduino Uno yang berfungsi untuk mengendalikan rangkaian driver. Untuk mengukur tegangan suplai, konsumsi arus, dan kecepatan motor, masing-masing menggunakan sensor tegangan (opto coupler dan pembagi tegangan), sensor arus (ACS712), dan sensor kecepatan (Phototransistor dan resistor). Hasil pengukuran diproses oleh dua buah Arduino yang kemudian mengirimkan data ke laptop malalui transceiver LoRa. Dengan alat ukur buatan sendiri yang mempunyai toleransi kesalahan di bawah 3 % dibanding alat ukur referensi, diperoleh hasil bahwa untuk mendapat kecepatan konstan 4 m/s diperlukan tambahan daya sebesar 11 % dibanding pada kecepatan 2 m/s. Tetapi dengan kapasitas baterai yang sama, dan tambahan daya 11 % tersebut, jarak yang ditempuh mencapai hampir dua kali lipat yang dapat ditempuh dengan kecepatan 2 m/s.
Cargo Cart merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengangkut barang dalam jumlah yang banyak seperti mobil kargo pada umumnya, namun dalam bentuk prototype yang lebih kecil. Alat ini dirancang agar dapat bekerja seperti follower, yang artinya Cargo Cart akan bergerak mengikuti objek yang ada di depannya apabila terdeteksi pada rentang jarak tiga buah sensor ultrasonik yang disematkan pada bagian depan Cargo Cart. Penelitian ini membedah bagaimana karakteristik ketiga sensor ultrasonik tersebut dan menganalisis setiap hasil pembacaan sensornya. Sensor ultrasonik diuji untuk mengetahui apakah jarak yang terbaca sesuai dengan pengukuran mistar dan kemudian membandingkan hasil ketiga pengukuran jarak sensor tersebut. Sensor ultrasonik diatur pada sudut kemiringan 20° agar mampu membaca objek yang lebih tinggi, dengan masing masing nilai eror pembacaan jarak dibawah 10% pada jarak 400 cm untuk sensor kiri, 250 cm untuk sensor tengah dan 350 cm untuk sensor kanan. Persentase eror tertinggi sensor kiri mencapai 16,67% pada jarak 450 cm, sensor tengah 83,53% pada jarak 500 cm dan sensor kanan 73,93% pada jarak 400 cm. Dari parameter tersebut, sensor dipasang pada Cargo Cart agar mendapatkan posisi yang terbaik untuk membaca objek yang ada di depannya. Terlihat dari hasil pengujian yang telah dilakukan, Cargo Cart dapat bekerja sesuai dengan tujuannya, yaitu mengikuti objek yang ada di depannya, bermanuver ke kiri dan kanan, serta berhenti bergerak dan membunyikan buzzer ketika obstacle avoider mendeteksi adanya suatu penghalang
Experience shows that teaching Power Electronics subjects is not easy, even to undergraduate students. This phenomenon might stem from the fact that Power Electronics is an engineering discipline that closely related to other disciplines. Some experts stipulate that Power Electronics is a multidisciplinary subject while for some other it is an interdisciplinary subject. In students point of view, it does not matter what side Power Electronics reside, they always see it as a difficult subject. Most of the time engineering technology (TVET) student might consider this subject more as a burden. This does not come as a surprise; sampled Indonesian students score lower in PISA (Programme for International Student Assessment), a periodic student testing conducted by OECD (Economic Co-operation and Development). The score outline the lack of HOTS (Higher Order Thinking Skills) from many Indonesian students. The inadequacy in that skills hampers the future development of many students, especially in a subject such as Power Electronics that require some degree of mathematical prowess and deeper thinking. It gets worse with the influence of technology on student attention span, and they cannot focus on a more extended period as their predecessor was. This kind of deficiency threat the very survival of the nation as we enter The Industrial Revolution 4.0 where many current human jobs will be replaced by network connected automation. We need to address this problem adequately. The massive national interest in robotics may be one of the answers to this problem. However, due to the expensiveness of this solution, it needs to be adapted to the available budget. The literature study that used as a foundation of ongoing effort to incorporate a simple robotic experiment in Power Electronics teaching is presented. The study then followed by a discussion about the current state of the effort.
Kenyamanan dalam suatu ruangan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang efektifitas kegiatan seseorang berada dalam ruang yang sejuk membuat semua orang merasa nyaman oleh karenan itu pengkondisian udara suatu ruangan sangat perlu diperhatikan. Pada penelitian ini dilakukan untuk menghitung beban pendingin pada ruang kuliah nautika pada Jurusan Kemaritiman dimana dalam penelitian ini beban pendingin berasal dari perpindahan panas melalui dinding, perpindahan panas melalui kaca, panas dari taruna/I dan panas dari lampu. Penelitian dilakukan pada pukul 08.00;12.00 dan 16.00 dari hasil penelitian diperoleh bahwa beban pendingin pada pukul 08.00 sebesar 6384,990 Watt, beban pendingin pada pukul 12.00 sebesar 3719,3402 Watt, bebab pendingin pada pukul 16.00 sebesar 4886,9729 Watt. dari hasil diatas disarankan bahwa untuk memperoleh kenyamanan dalam ruang kelas nautika dibutuhkan minimal 2 AC 1 PK Kata kunci : refigerasi, beban pendigin
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.