This study aimed to find correlations between the quality of life, happiness, and life satisfaction of the general population of Bandung city. There were 370 participants with averageage of 20.7 years, mostly male (55.7%) and with a secondary level of education (SMP-SMA; 57.0%) who completed three questionnaires: (i) WHOQOL-BREF to measure quality of life, (ii) Happiness Thermometer to measure happiness, and (iii) Self-Anchoring Cantril Striving Scale to measure life satisfaction. Multiple linear regression tests were used with happiness and life satisfaction as dependent variables and quality of life as an independent variable. The results showed that the psychological and physical domains of quality of life were significant predictors of happiness and satisfaction of life, where the psychological domain proved significant in predicting all four-time points: happiness today (β=0.039; p<0.05), happiness throughout life (β=0.043; p<0.05), current life satisfaction (β=0.034; p<0.05) and life satisfaction five years from now (β=0.017; p<0.05). Physical domain was similar to psychological except for current life satisfaction (β=0.029; 0.023; 0.014; p<0.05). The environmental domain had been shown to predict happiness throughout life significantly (β=0.019; p<0.05) and life satisfaction five years from now (β=-0.015; p<0.05). The social domain was not found to be a significant predictor. It can be concluded that improving the psychological and physical function of Indonesian people and their environmental conditions will lead them to a happier and more satisfying life.
Di Indonesia sebanyak 5 juta dari 50 juta anak-anak mengalami kesulitan belajar. Ujian, prestasi dan literacy, merupakan tantangan yang besar untuk anak specific learning disorder (SLD). Anak dengan SLD sering distigmatisasi dan dikaitkan dengan kegagalan yang menurunkan self-esteem. Self-esteem rendah adalah hasil penilaian negatif terhadap diri dan kualitas diri yang memberikan dampak buruk bagi anak. Modul psikodrama ini bertujuan untuk meningkatkan self-esteem rendah pada anak dengan specific learning disorder usia 9-12 tahun. Rancangan modul dibuat menggunakan pendekatan instructional system design dan metode penelitian tahap uji coba menggunakan metode quasi eksperimen dengan desain penelitian small design one group pre test-post test. Pengambilan data menggunakan interview, observasi dan pengisian kuesioner self-esteem. Rancangan modul ini melewati proses uji kelayakan yang dilakukan oleh 3 orang expert judgement dan uji coba pada 9 orang anak usia 9-12 tahun yang memiliki self-esteem rendah. Berdasarkan hasil yang diperoleh untuk meningkatkan self-esteem rendah pada anak usia 9-12 tahun, maka dalam modul psikodrama menekankan pada materi area teman dan sekolah, teknik sculpture, dan proses berulang
This study was conducted to see whether the training module of the application of the principle of Acceptance and Commitment Therapy can be used as an intervention to reduce the stress degree of adolescents aged 14 – 16 who have Down Syndrome’s sibling. The design of this research is quasi-experiment with One Group Pretest - Posttest Design method. The sample of the study were three adolescents aged 14 – 16 who had Down Syndrome’s sibling, were obtained by purposive sampling technique. The measuring tool used in this study is the Stress Degrees questionnaire, based on stress theory by Lazarus and Folkman (1984), to measure the stress degree, and the Acceptance and Action Questionnaire II (AAQ-II) questionnaire to measure psychological flexibility, adapted into Indonesian from AAQ-II (Hayes, et al, 2004). The results showed that the application of the ACT principle significantly reduced the stress degree and increased the psychological flexibility of adolescents aged 14 – 16 who have Down Syndrome’s sibling, with a significance value of 0.016 (sig <0.05). Through the application of ACT principles, the subjects's psychological flexibility is increased so that the subjects know how to deal with problems, by accepting negative or unpleasant feelings and thoughts because of having Down Syndrome’s sibling and having a commitment to achieve goals according with their value of life.
Objektif: Perilaku prososial penting untuk diukur pada anak usia sekolah karena sangat rentan untuk munculnya perilaku bermasalah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengadaptasi alat ukur PTM versi bahasa Indonesia dengan psychometric property yang baik.Metode: Metode penelitian kuantitatif dilakukan dalam 2 tahap yaitu studi translasi dan validasi. 373 partisipan berusia 9-12 tahun (M = 10.31) dipilih melalui cluster sampling untuk mengisi kuesioner untuk mengukur validitas dan reliabilitas melalui internal consistency. Temuan: Hasil perhitungan internal consistency alat ukur PTM menunjukkan α = 0.881 dan hasil uji validitas dengan menggunakan CFA menunjukkan model good fit (RMSEA = 0.045, CFI = 0.94). Hasil uji reliabilitas di setiap dimensi yaitu altruism (α = 0.623), compliant (α = 0.496), emotional (α = 0.582), public (α = 0.482), dan dire (α = 0.361). Hanya dimensi anonymous yang sudah reliable (α = 0.729).Kesimpulan: Alat ukur PTM versi bahasa Indonesia valid dan reliable. Meskipun begitu, sebagian besar dimensi masih memiliki reliabilitas yang rendah.
Kesepian adalah kondisi yang tidak menyenangkan, subjektif, dan terjadi saat interaksi jika adanya kebutuhan dalam hubungan sosial yang tidak terpenuhi. Kesepian terbagi ke dalam dua jenis, yaitu kesepian sosial (terjadi karena hubungan pertemanan) dan kesepian emosional (terjadi karena hubungan keluarga dan hubungan percintaan). Mahasiswa Universitas Padjadjaran yang hanya mengambil mata kuliah skripsi mengalami perubahan interaksi sosial, seperti jarang bertemu dan perbedaan topik pembicaraan dengan teman yang sudah lulus maupun belum lulus, merasa tertekan oleh keluarga, dan perubahan dalam hubungan percintaan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melihat gambaran empiris mengenai kondisi kesepian yang dilihat dari kondisi kesepian sosial dan kondisi kesepian emosional pada mahasiswa tersebut. Penelitian dilakukan terhadap 330 mahasiswa Universitas Padjadjaran dengan karakteristik angkatan 2013-2015 yang hanya mengambil mata kuliah skripsi menggunakan teknik proporsional stratified random sampling. Peneliti menggunakan rancangan non- eksperimental dengan metode penelitian deskriptif dan pendekatan kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner SELSA (Social Loneliness Scale For Adults) secara daring. Hasil penelitian memperlihatkan mayoritas mahasiswa memiliki kondisi kesepian (n = 272), kesepian sosial (n = 271), dan kesepian emosional (n = 233) pada tingkat yang rendah. Hal ini disebabkan oleh kesendirian dan sudah dapat mengatasi kesepian yang dirasakan saat sedang sendirian.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.