ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemaknaan peran nilai kearifan lokal dalam proses manajemen konflik dan untuk memetakan model manajemen konflik yang sesuai dengan nilai kearifan lokal masyarakat Madiun. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode fenomenologi. Pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai budaya Jawa sebagai nilai kearifan lokal masyarakat Madiun yang ole anggota perguruan dimaknai sebagai pedoman idup utama, maka proses manajemen konflik juga harus berpedoman pada nilai kearifan lokal yang bertujuan untuk mewujudkan perdamaian jangka panjang. Pemetaan model manajemen konflik dilakukan dengan berpedoman pada nilai etika Jawa, hamemayu hayuning bawono, dan mangan ora mangan anggere kumpul. Pemetaan model manajemen konflik berdasarkan pada nilai kearifan lokal dapat menunjukkan bahwa ketokohan merupakan karakteristik utama dari model manajemen konflik di Madiun, khususnya dalam mengelola konflik masyarakat.Kata Kunci: Pencak Silat, Manajemen Konflik, Budaya Jawa, Perspektif Komunikasi Asia PENDAHULUANKeanekaragaman suku, agama, ras, dan budaya, serta jumlah penduduk yang lebih dari 230 juta jiwa yang dimiliki oleh negara Indonesia, disatu sisi memberikan kontribusi yang positif dalam upaya menciptakan
Fordis merupakan suatu forum diskusi yang dibentuk tahun 2020. Forum ini beranggotakan mahasiswa Ilmu Komunikasi dengan tujuan untuk membentuk dan menjaga 3 tradisi mahasiswa yakni tradisi membaca, menulis dan berdiskusi di Universitas Slamet Riyadi (Unisri). Ketiga tradisi tersebut penting karena memberikan mahasiswa posisi sebagai pengawas dengan mengekspos kebijakan penguasa dari kacamata mahasiswa dan teori-teori. Fordis setidaknya telah ikut serta dalam mewujudkan dan menjaga tradisi membaca dan diskusi. Anggota Fordis ingin mengembangkan hasil diskusi yang selama ini dilakukan ke dalam karya tulis ilmiah agar bisa dipublikasikan. Permasalahan mereka ada di kurangnya pengetahuan dan kemampuan dalam kepenulisan. Solusi yang ditawarkan atas permasalahan tersebut adalah dengan proses edukasi dengan metode pelatihan dan pendampingan karya tulis ilmiah selama enam bulan. Tujuan dari pelatihan ini adalah membantu anggota Fordis agar dapat menggunakan kemampuan dalam bidang penulisan karya ilmiah dalam kehidupannya sebagai civitas akademika, berupa proposal, esai dan jurnal. Hasilnya adalah mahasiswa mampu membuat proposal Program Kreativitas Mahasiswa Wira Desa dan esai yang dipublikasikan. Program ini bisa dikatakan berhasil karena mampu menghasilkan luaran karya ilmiah berupa proposal dan esai. Adapun jurnal belum berhasil terealisasikan sehingga diharapkan program ini bisa dilanjutkan di tahun berikutnya.
This study aims to analyse the interpersonal communication within multi-religious society in Gendingan village, Surakarta. Using a descriptive qualitative method and symbolic interactionalism approach, the findings indicate that a harmony produced by interpersonal communication amongst people in Gendingan is a reflection of one's obedience to the religion and the result of the understanding to his/her religious. In addition, based on symbolic interaction perspective, it is found that, first, the communicator's response to communicants within multi-faith society affected by the environment. Second, the tolerance is allowed but it has remained limited, regardless reducing the meaning of tolerance. Third, there are changes of religious symbolic meaning that affect interpersonal communication actions within multi-religious communities.
Konflik di Madiun yang terjadi antara perguruan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate dengan Persaudaraan Setia Hati Winongo Tunas Muda tergolong ke dalam konflik masyarakat. Konflik terjadi secara berulang pada dua waktu yaitu terjadi pada Bulan Suro dan terjadi dalam keseharian anggota perguruan. Perspektif komunikasi konflik memberikan sudut pandang bahwa dialog dan mediasi menjadi strategi manajemen konflik yang efektif digunakan dalam mengelola konflik masyarakat. Namun, dalam fenomena konflik perguruan pencak silat yang terjadi di Madiun, dialog dan mediasi belum mampu mengelola konflik secara keseluruhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi proses manajemen konflik yang telah dilakukan oleh jajaran pengurus perguruan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua faktor utama yang menghambat proses dialog dan mediasi, yaitu adanya pengaruh dari kepentingan politik dan ekonomi, sosialisasi kebijakan yang belum menyeluruh, dan proses pengelolaan konflik yang bersifat kondisional. Terwujudnya efektifitas proses dialog dan mediasi didorong oleh faktor netralitas pihak yang berkonflik, pemberdayaan komunitas, dan program kerja yang berkelanjutan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.