Engineered laccases represent an eco-friendlier and robust biocatalytic tool for the treatment of dye-harboring textile wastewater. This study investigates the immobilization of purified laccase from Pleurotus sapidus onto firm-quality spherical Caalginate beads by a cross-linking approach. Sodium alginate at an optimal concentration of 4% (w/v) furnished the highest immobilization efficiency (69%). EDX analysis confirmed the detection of copper in the laccase-incorporated alginate beads. The optimum pH for free laccase was 3.0, while the Ca-alginate-Lac showed the maximum enzyme activity (440.2 U/mL) at pH 5.0. In contrast to a free enzyme (40 °C), immobilized laccase performed best at an elevated temperature of 65 °C. The Km and V max values in the case of free and Ca-alginate immobilized enzymes were 114 µM, 370 U/mL, and 123 µM, 548 U/ mL, respectively. Immobilized laccase catalyzed a highly efficient decolorization of various reactive and disperse dye pollutants and recorded in the range of 86.19-91.01%. The COD and TOC levels were substantially reduced to 91.90-94.94 and 77.01-93.29%, respectively, in the maximally degraded dye solutions. Therefore, immobilization of laccase on Ca-alginate beads offers a cost-effective and facile method for environmental remediation applications.
An experimental study was carried out to evaluate the implication of early fattening of Kejobong goats by improving feeding quality on methane production and meat production. Sixteen goats (8 young and 8 mature) were raised for 4 months study period. Nested design was used in this study, with young and mature as a nest factor, and diet (G7C3: 70% grass and 30% concentrate and G3C7: 30% grass and 70% concentrate) as the treatments. The main parameters observed were DMI, BWG, carcass (CWG) and meat weight gain (MWG), and methane emission. The results showed, the young goat fed G3C7 was higher than that fed G7C3 in DMI. The BWG’s of goats fed G3C7 were higher than those fed G7C3, but there was no difference between ages in BWG. The FCR of young goat fed G3C7 was lower than that fed G7C3. The DMI of mature goat was higher than young goat, but there were no differences between the ages in DM digestibility, carcass weight and meat weight gain. The young and mature goats fed G3C7 was significantly lower than that of G7C3 in methane emissions per unit of BWG (0.28 vs 0.40 and 0.36 vs 0.53, respectively), in methane emissions per unit CWG (0.60 vs 0.93 and 0.79 vs 1.47, respectively), and methane emission per unit MWG (0.89 vs 1.42 and 1.16 vs 2.19, respectively). It can be concluded that fattening young Kejobong goats by improving feed quality is more environmentally friendly than fattening the mature ones.
Kedaulatan energi di Indonesia tengah mengalami masalah dengan adanya penurunan ketahanan energi nasional. Tulisan ini menyoroti bagaimana Pemerintah Indonesia berusaha untuk membuat jalan keluar melalui pembentukan Sasaran Kebijakan Energi Nasional yang termuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014. Upaya tersebut menemui beberapa hambatan. Pertama, Indonesia sangat bergantung kepada impor energi untuk penyediaan kebutuhan energi masyarakatnya. Kedua, cadangan sumber energi tak terbarukan Indonesia semakin menipis dan diprediksi akan habis dalam waktu yang singkat. Ketiga, energi terbarukan di Indonesia belum berkembang. Indonesia dapat mengatasi problem ini dengan cara memberikan insentif kepada pengembang energi sumber energi terbarukan dan kepada masyarakat untuk melakukan penelitian dan pengembangan energi alternatif. Pemerintah harus mengajak masyarakat untuk turut serta dalam upaya konservasi energi melalui sosialisasi yang terarah, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penjagaan kedaulatan energi Indonesia.
Lahan kritis menyebabkan menurunnya kualitas dan produktivitas dari lahan sehingga tidak dapat dimanfaatkan sebagai media produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi tingkat lahan kritis yang terdapat di Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Peusangan dan mendapatkan model pengelolaan lahan kritis terbaik berdasarkan waktu pada DAS Krueng Peusangan. Penelitian ini dimulai dengan menentukan sebaran lahan kritis di DAS Krueng Peusangan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Setelah didapatkan distribusi lahan kritis di DAS Krueng Peusangan, lalu dibuat model pengelolaan lahan kritis dengan dua skenario yaitu skenario berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan skenario berdasarkan land use protection. Kemudian dibandingkan scenario mana yang terbaik untuk mengelola lahan kritis di DAS Krueng Peusangan. Hasil penelitian didapatkan bahwa pada DAS Krueng Peusangan, lahan tidak kritis sebesar 15%, lahan potensial kritis sebesar 10%, lahan agak kritis sebesar 53%, lahan kritis sebesar 9% dan lahan sangat kritis sebesar 13%. Berdasarkan identifikasi lahan kritis di DAS Krueng Peusangan, total luas lahan kritisnya adalah 191.760,02 Ha. Hasil simulasi dengan skenario RTRW yang dijalankan dalam waktu 20 tahun hingga tahun 2042 diprediksi terjadi pengurangan luas lahan kritis yaitu menjadi 174.178,52 Ha. Sedangkan hasil simulasi dengan skenario land use protection diprediksi terjadi pengurangan luas lahan kritis yaitu menjadi 164.914,83 Ha. model pengelolaan lahan kritis yang terbaik berdasarkan waktu pada DAS Krueng Peusangan yaitu dengan berdasarkan skenario land use protection.
Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mendeskripsikan bentuk intertekstual yang terdapat dalam cerpen “Robohnya Surau Kami” karya AA. Navis dan cerpen “Burung Kecil Bersarang di Pohon” karya Kuntowijoyo, 2) Mendeskripsikan implikasi bentuk intertekstualitas cerpen Robohnya Surau Kami karya AA. Navis dengan cerpen “Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis dan cerpen “Burung Kecil Bersarang di Pohon” karya Kuntowijoyo terhadap pembelajaran sastra di sekolah. Kedua cerpen tersebut dipilih dengan alasan sebagai berikut. 1) Peneliti menemukan persamaan dan perbedaan antara kedua cerpen tersebut sehingga tertarik untuk mengkajinya secara intertekstual, dan 2) Persamaan dan perbedaan yang ditemukan dalam penelitian menimbulkan banyak pertanyaan sehingga menarik untuk dikaji. Metode yang digunakan dalam penelitian karya ilmiah ini adalah metode kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui intertekstualitas yang terdapat dalam cerpen “Robohnya Surau Kami” dengan cerpen “Burung Kecil Bersarang di Pohon” selain itu penulisan karya ilmiah ini juga menggunakan pendekatan intertekstual. Berdasarkan temuan dan hasil analisis terhadap kedua cerpen ini, diketahui bahwa kedua cerpen ini mempunyai hubungan intertekstualitas berupa: 1) Kedua cerpen bertemakan mengenai konflik jiwa keagamaan yang dialami oleh tokoh utama yang sama yaitu kakek. 2) Persamaan tokoh utama yaitu seorang kakek dengan latar belakang berbeda namun memiliki sifat sama dalam masalah ibadah sosial. 3) Terdapat pesamaan latar tempat yaitu daerah Minang.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.