Tanjung Jabung Barat Regency has a great potential for mantis shrimp (Harpiosquilla raphidea) resources. This commodity is highly valued, as its price range from Rp. 143,600 to 180,700 for each individual. Annually, the total catches constitute 125,000-225,000 individuals, which become one of export commodities to various countries. In Tanjung Jabung barat, the mantis shrimp has been caught by using gillnet with mesh size of 10 cm. Unfortunately, mantis shrimp fishing deal with a significant number of bycatch and discards, which potentially have negative impact on sustainable fisheries resources. Therefore, the purposes of this study was to emphasis on sustainable fishing effort of mantis shrimp and identify the composition and proportion of bycatch and discards. A series of surveys was conducted for collecting the amount of species caught by gillnet during mantis shrimp fishing operation. The result shows that the bycatch and discards dominated the total catches making up to 54.99% (7 species) and 22.69% (7 species) respectively. Mean while, the total of fishing catches for mantis shrimp was 22.32%.Keywords: bycatch, discards, gillnet, mantis shrimp (Harpiosquilla raphidea)
Udang mantis (Harpiosquilla rapidhea) merupakan komoditas ekspor hasil tangkapan nelayan dengan alat tangkap gillnet di Kuala Tungkal yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Penangkapan udang mantis di perairan Kuala Tungkal menjadi sebuah entitas usaha yang memanfaatkan sumberdaya perairan yang bersifat open access (terbuka untuk dimanfaatkan) dan common property (sumberdaya milik bersama), sehingga para pelaku usaha penangkapan udang mantis harus berhadapan dengan berbagai pelaku usaha penangkapan lain yang memiliki pemanfaatan sumberdaya berbeda terhadap wilayah perairan yang sama. Kondisi tersebut memunculkan berbagai potensi konflik terkait pembagian wilayah penangkapan, pemanfaatan sumberdaya perairan (hasil tangkapan), penggunaan alat tangkap dan lain sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk menduga nilai finansial serta potensi konflik yang mungkin ditimbulkan dari penangkapan udang mantis. Metode yang digunakan adalah metode survei. Dalam kurun waktu 2015 sampai dengan 2017, volume ekspor dan nilai komoditas udang mantis terus mengalami peningkatan. Nilai keuntungan usaha (π) yang dimiliki oleh penangkapan udang mantis sebesar Rp637.500,00 per trip, R/C 5,6 dan PP 39 trip. Berdasarkan hasil tersebut maka penangkapan udang mantis memiliki kelayakan nilai finansial serta dapat dikembangkan. Potensi konflik usaha penangkapan udang mantis cenderung rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan tidak ditemukan adanya wilayah penangkapan yang sama untuk setiap alat tangkap yang beroperasi, penggunaan alat tangkap tidak mengganggu hasil tangkapan pada alat tangkap lain serta ketergangguan secara sosial dari penangkapan udang mantis dengan alat tangkap lain cenderung rendah.
Kapal gillnet termasuk kedalam kategori kapal static gear yang dalam pengoperasiannya lebih mementingkan stabilitas yang baik dan area kerja yang luas daripada kecepatan kapalnya. Rasio dimensi utama dapat menggambarkan karakteristik suatu kapal. Karakteristik tersebut mencakup performance aspek penting diantaranya: stabilitas, olah gerak kapal, tahanan, kemampuan muat dan aspek teknis lainnya yang tergambar dalam nilai rasio dimensi utama. Informasi mengenai karakteristik kapal penangkap ikan perlu diidentifikasi sebab kapal menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan nelayan dalam mendapatkan hasil tangkapan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik dimensi utama kapal gillnet udang mantis di Kampung Nelayan, Jambi. Pengumpulan data dilakukan bulan November sampai Desember 2018. Metode yang digunakan adalah survey dengan melakukan pengukuran L, B, dan D secara langsung di lapangan dan melakukan wawancara terhadap nelayan gillnet udang mantis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapal gillnet udang mantis di lokasi penelitian memiliki dimensi utama hampir sama atau tidak jauh beda. Nilai dimensi utama menunjukkan, L/B berkisar 4,32-6,07, L/D berkisar 5,59-8,70, dan B/D berkisar 1,15-1,55. Nilai-nilai perbandingan tersebut masih berada dalam rentang nilai rasio dimensi utama kapal static gear di Indonesia. Pada nilai B/D perlu mendapat perhatian karena memiliki nilai perbandingan yang kecil yang berpengaruh pada stabilitas kapal menjadi kurang baik. Meski demikian, sejauh ini kapal yang digunakan mampu menunjang pelaksanaan aktivitas penangkapan udang mantis di lokasi penelitian.
The purpose of this study is to know the effect of temperature on fish muscle contraction of jack mackerel (Trachurus japonicus), which muscle contraction will determine the tail beat frequency and maximum swimming speed. The maximum swimming speed of was evaluated according to the measurement of the muscle contraction time with electric stimuli of 2-7 V, 50 ms. Fish were separated into four groups for temperature acclimation at 10, 15, 18 and 22 ºC to reflect typical changes in seasonal water temperature in Japan. Results showed that the swimming speed of the fish was positively related to the tail-beat frequency at all temperatures. The muscle contraction time was also affected by the acclimated temperature, which longer at the lower temperature than higher ones. Mean contraction time (Tm) was 45.1 ms at 10 ºC, 32.7 ms at 15 ºC, 32.9 ms at 18 ºC, and 31.9 ms at 22 ºC, respectively. The mean of maximum tailbeat frequency (Fmax) obtained from Fmax = ½ Tm was 11.4 Hz at 10 ºC, 15.8 Hz at 15 ºC, 16,4 Hz at 18 ºC, and 16.6 Hz at 22 ºC. These were used to estimate the maximum swimming speed (Umax) at each temperature, resulting in 9.45 FL s -1 at 10 ºC, 13.5 FL s -1 at 15 ºC, 14.0 FL s -1 18 ºC, and 14.2 FL s -1 at 22 ºC. The seasonal temperature effects on the swimming performance of T. japonicus, which lower water temperature in the winter made low swimming performance.
Pangasius polyuranodon adalah salah salah satu ikan yang hidup di Sungai Siak Provinsi Riau. Dimana kualitas perairan di Sungai Siak termasuk dalam kategori tercemar berat. Ketersediaan makanan, kesuksesan reproduksi dan pola pertumbuhan ikan merupakan faktor penting dalam kelangsungan hidup ikan Pangasius polyuranodon. Untuk mengetahui pengaruh penurunan kualitas perairan terhadap ikan tersebut maka dilakukan penelitian pada bulan Desember 2016. Pengambilan sampel dilakukan sekali/minggu yang ditangkap di empat stasiun di Kota Pekanbaru. Sebanyak 42 ikan yang tertangkap dengan jumlah ikan betina 18 ekor dan ikan jantan 24 ekor. Pengamatan isi lambung dilakukan menggunakan metode gravimetrik. Isi lambung yang sudah dianalisis digunakan sebagai dasar untuk, menghitung Preponderance Index (PI). Hasil pengamatan menunjukan bahwa makanan utama ikan Pangasius polyuranodon adalah tumbuhan (PI 56,19), makanan pelengkap serangga (PI 18.04) dan sawit (PI 16,45), makanan tambahan berupa gastropoda (PI 2,97) dan Ikan (PI 0,20). Berdasarkan tingkat kematangan gonad hasil pengamatan memperlihatkan bahwa ikan lebih banyak memakan serangga dan sawit untuk perkembangan gonad. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ikan ini termasuk omnivore dimana penurunan kualitas perairan Sungai Siak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebiasaan makan ikan juaro. Pangasius polyuranodon is one of the fish that lives in the Siak River, Riau Province. Where the water quality in the Siak River is included in the heavily polluted category. Availability of food, reproductive success, and growth patterns of fish are important factors in fish survival Pangasius polyuranodon. To determine the effect of decreasing water quality on these fish, a study was conducted in December 2016. Sampling was carried out once / a week and was caught at four stations in Pekanbaru City. A total of 42 fish were caught with 18 female fish and 24 male fish. Observation of gastric contents was carried out using the gravimetric method. The gastric contents that have been analyzed are used as a basis for, counting Preponderance Index (PI). Observations showed that the main food of fish Pangasius polyuranodon are plants (PI 56.19), insect complementary foods (PI 18.04) and oil palm (PI 16.45), additional foods in the form of gastropods (PI 2.97) and fish (PI 0.20). Based on the level of maturity of the gonads, the results showed that fish eat more insects and oil palm for gonad development. Based on the data obtained from this research, this fish is an omnivore and the decrease in the quality of the Siak River waters does not significantly affect the eating habits of the juaro fish.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.