Low impact development (LID) is a sustainable land use and planning strategy that aims to minimize the environmental impacts of development. Community can enhance their water resources and create sustainable and resilient neighborhood. This approach has demonstrated success in managing stormwater and promoting water reuse globally, however, its suitability in developing countries like Indonesia remains uncertain and requires further investigation. The implementation of LID in developing countries may face several challenges including high-density and complex drainage networks, combined sewer usage, clay soil type, irregular housing layouts, community socio-economic characteristics, affordability, cost, and the availability of regulations and policies. With proper planning and site-specific strategies, LID can be implemented effectively in Indonesia. Clear regulations secured funding source and community-based LID are all essential for successful LID deployment. This paper can be used as a starting point for considering LID implementation in Indonesia and other countries with similar characteristics.

Penggunaan deterjen dalam laundry yang meningkat seiring perubahan gaya hidup dan sosialekonomi menghasilkan limbah laundry yang dapat menimbulkan dampak pencemaran air akibat berlebihnya kadar fosfat di perairan. Metode kolom adsorpsi merupakan salah satu cara mengolah air limbah laundry. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh variasi aliran, waktu dan kolom terhadap suhu, pH, warna dan konsentrasi fosfat; serta mengetahui pengaruh kombinasi granular activated carbon (GAC) berbahan dasar tempurung kelapa dalam kolom terhadap removal fosfat. Kolom adsorpsi dijalankan dengan aliran non-sirkulasi (NS) dan sirkulasi (S). Media adsorpsi adalah GAC 4x8 mesh (11.3 mm 2) 200 gram (K1); GAC 4x8 mesh 300 gram (K2); GAC 6x12 mesh (5.6 mm 2) 200 gram (K3) dan; GAC 6x12 mesh 300 gram (K4). Pengambilan sampel dilakukan setiap 60 menit sekali selama 3 jam. Peningkatan suhu terjadi pada kolom NS dan penurunan suhu terjadi pada kolom S saat waktu retensi 60-180 menit. Penurunan pH terjadi pada semua kolom dengan semua jenis aliran selama proses. Warna air meningkat pada waktu retensi 180 menit, dimana warna air berubah dari gelap menjadi transparan. Peningkatan konsentrasi fosfat terjadi pada kolom NS dan penurunan konsentrasi fosfat terjadi pada kolom S saat waktu retensi 60-180 menit. Kolom terbaik dalam menyisihkan fosfat adalah kolom K4 dimana mampu menghilangkan kadar fosfat sebanyak 70.79-74.68%. Konsentrasi fosfat berkorelasi positif sedang (R 2 = 0.49) terhadap suhu dan berkorelasi positif lemah (R 2 = 0.14) terhadap pH selama proses.