An anthropogenic and natural cause has contributed significantly to the increases in temperature globally. A wide range of actions from institutional and social level can be done as the response to these changes. This study explores the ability of adaptation and mitigation in terms of governmental-social-ecological using lessons from the specific case study. As a metropolitan city, Jakarta is examined as one of the most vulnerable cities to climate change risk. By using observation approach through the interview, this case study focuses on climate village program which integrated the participation of people who reside in Jakarta and local government effort, as a domestic part in term of supporting green gas emission reduction.
Latar Belakang: Ketahanan pangan terwujud jika semua orang memiliki akses yang mencukupi, aman, dan bergizi untuk mempertahankan kehidupan yang sehat dan aktif. Nyatanya, saat ini masih terdapat kelompok rawan pangan di tingkat global maupun nasional walaupun hampir setiap negara sudah mengatur tentang ketahanan pangan. Lansia perempuan sebagai kepala keluarga dengan keterbatasan fisik, stigma yang berlaku di masyarakat, dan budaya yang patriarki membatasi mereka melakukan pekerjaan di ranah publik dan domestik untuk mencukupi kebutuhan pangan sehari-hari. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap informasi cara lansia perempuan kepala keluarga di Kelurahan Kumpulrejo, Salatiga dalam mengakses pangan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Metode: Metode kualitatif dengan pendekatan observasi partisipatif digunakan untuk memahami situasi lansia perempuan kepala keluarga, kemudian pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Jumlah responden penelitian yaitu 5 lansia perempuan kepala keluarga yang dipilih secara acak di Kelurahan Kumpulrejo. Hasil: Lansia perempuan sebagai kepala keluarga di Kelurahan Kumpulrejo dalam masa tua nya masih memiliki tantangan dalam mengakses pangan. Walaupun demikian responden memiliki berbagai strategi dalam pemenuhan pangan sehari-hari sehingga mereka masih dalam keadaan pangan yang baik. Dalam lingkungan sosial responden masih berbaur dengan masyarakat dengan baik tanpa memandang usia dan status sosial. Kepemilikan dapur dan air bersih responden masih dalam keadaan yang kurang baik, sehingga meningkatkan risiko mengalami infeksi atau penyakit lain. Kesimpulan: Lansia perempuan kepala keluarga dapat mengakses pangan dengan berbagai strategi yang mereka miliki seperti berhutang di tukang sayur keliling langganan untuk mencukupi kebutuhan pangan sehari-hari.
Since 2016, there have been several cases in intolerance towards minority groups in Yogyakarta and Bandung. Those actions were triggered by conservative-extremist religious groups which are seemingly becoming powerful source for disintegration as well as threats to the freedom of expression and diversity. With the lack of protection from regional government apparatus, initiative grassroots movements tend to find alternative ways that open possibilities to create a space for minority groups. In Yogyakarta, there is Pemetik Buah Khuldi, a community which provides alternative critical public education related to diversity issues and democracy. Meanwhile in Bandung, there is Panggung Minoritas, an initiative that creates a safe space to gender and sexual minorities meet, share, learn and discuss about gender and sexuality topics. Both groups have similar purposes which cultivate awareness and support minorities rights through education, support groups, and creative activities. By examining both independent community’s activities through ethnographic approach, we analyze how these groups are becoming prevalent in the area of Java where have high numbers of intolerances and the reason why they prefer grassroots movement to government-approved groups to support minority groups. Furthermore, this article seeks to contribute a relevant perspective on recent situation of marginal groups and part of our critical reflection on responding of common project failure to recognise diversity. Keywords: grassroots, minority group, disintegration, intolerance Abstrak Sejak tahun 2016, intoleransi terhadap kelompok minoritas marak muncul di Yogyakarta dan Bandung. Tindakan-tindakan itu dipicu oleh sederet kelompok agama tertentu yang konservatif nan ekstremis. Kelompok-kelompok tersebut berpotensi menjadi sumber kuat untuk disintegrasi bangsa dan ancaman terhadap kebebasan berekspresi dan keberagaman. Dengan kurangnya perlindungan dari aparat pemerintah daerah, inisiatif gerakan akar rumput cenderung menempuh cara-cara alternatif untuk menciptakan ruang bagi kelompok-kelompok minoritas. Di Yogyakarta, terdapat Pemetik Buah Khuldi, sebuah komunitas yang menyediakan alternatif pendidikan publik kritis terkait dengan isu keberagaman dan demokrasi. Sementara itu, di Bandung, terdapat Panggung Minoritas, sebuah komunitas yang berinisiatif menciptakan ruang yang aman bagi minoritas gender dan seksual untuk bertemu, berbagi, belajar, dan mendiskusikan topik gender dan seksualitas. Kedua kelompok tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu menumbuhkan kesadaran dan mendukung minoritas melalui dialog, kepedulian kolektif, dan kegiatan kreatif. Dengan menelusuri aktivitas kedua komunitas tersebut melalui pendekatan etnografi, kami menganalisis bagaimana keduanya hadir di tengah meningkatnya jumlah intoleransi di pulau Jawa dan motivasi di balik mengapa mereka lebih memilih gerakan akar rumput daripada kelompok yang sah untuk membantu mereka. Selain itu, artikel ini berupaya memberikan kontribusi untuk mengisi perspektif yang relevan mengenai situasi terkini kelompok marginal dan bagian dari refleksi kritis dalam merespons kegagalan mengenali keberagaman. Kata kunci: akar rumput, kelompok minoritas, disintegrasi, intoleransi
Latar Belakang: Peningkatan populasi dan pergeseran pola makan yang terjadi saat ini berdampak pada ketidakstabilan pangan dan ketidakpastian hasil produksi pangan. Keadaan tersebut mendorong pemerintah untuk melakukan impor sehingga mengakibatkan fluktuasi harga pangan dan berdampak terhadap kerawanan pangan pada kelompok miskin. Di Indonesia, sebagian besar masyarakat miskin bertempat tinggal di pedesaan dan berprofesi sebagai petani. Sebagian petani mengalami kesulitan dikarenakan ketidakpastian panen yang disebabkan oleh keterbatasan sumber daya alam, perubahan iklim, dan bencana alam sehingga menyebabkan terjadinya kerawanan pangan. Beberapa petani telah menerapkan pertanian hortikultura organik, secara tidak langsung sudah menerapkan sistem pangan berkelanjutan. Sistem pangan berkelanjutan berorientasi pada tiga dimensi, yaitu keberlanjutan ekonomi, kehidupan sosial, dan lingkungan.Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana petani sudah menerapkan sistem pangan berkelanjutan.Metode: Dengan metode kualitatif penelitian ini menggunakan pendekatan Focus Group Discussion (FGD) untuk mengetahui pendapat partisipan dalam melakukan sistem pangan berkelanjutan serta menggunakan wawancara mendalam.Hasil: Hasil dari penelitian ini partisipan telah menerapkan teori sustainable food system (SFS). Partisipan memiliki pandangan mereka sendiri tentang teori SFS. Partisipan beranggapan dengan mempertimbangkan penggunaan pupuk kimia dan pestisida, saling berbagi informasi terkait penggunaan obat untuk masalah hama, jamur dan penyakit, serta mendapatkan keuntungan beragam karena menggunakan metode tumpang sari, berarti mereka sudah menjalankan SFS.Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini menemukan bahwa partisipan sudah menjalankan SFS dengan cara penerapan yang berbeda, walaupun demikian teori SFS yang dijalankan partisipan penelitian memiliki tujuan yang sama yaitu untuk keberlanjutan bagi generasi mendatang
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.