-Developing syllabus in language education program is critical, however, little is known on the actual roles that teachers play in it. Therefore, this study was intended to explore the EFL teachers' beliefs and understandings regarding their roles in micro course planning and syllabus design and how these aspects were realized in their context of teaching. This study employed qualitative approach with a descriptive study design. The respondents involved were three EFL teachers from a private English course. The data were collected by using interviews and documentations. Nunan's (2000) theory on the role of teachers in syllabus planning was used as the basis theory to analyse the data gathered. The result showed that the respondents mainly belief that their role in micro syllabus planning rely on two categories, these were as an implementer and as a decision maker. It was found that teachers tended to only have a greater freedom in deciding the revision, sequencing and grading of the course content while the other two stages which were stipulating goal and language level were determined by the institution.

Kesehatan merupakan masalah yang penting dalam sebuah keluarga, terutama yang berhubungan dengan bayi, balita dan ibu hamil. Kota Bandar Lampung tahun 2009 memiliki 602 unit Posyandu yang terdiri dari Posyandu Pratama sebesar 147 (24,4%) ,Madya sebesar 218 (36,2%), Purnama sebesar 218 (36,2%) dan mandiri sebesar 19 (3,2%). Tujuan penelitian adalah diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas kader kesehatan dalam kegiatan Posyandu di Wilayah kerja puskesmas Sukamaju Teluk Betung Barat Bandar Lampung tahun 2011.   Jenis penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh kader Posyandu sebesar 85 Kader.Besar sampel menggunakan total populasi.Analisis data menggunakan chi square.   Hasil penelitian didapat pelaksanaan tugas kader lebih tingi pada kategori kurang baik sebesar 48 orang (56,5%), pendidikan kader lebih tinggi pada kategori rendah sebesar 53 orang (62,4%), pelatihan kader lebih tinggi pada kategori tidak pernah sebesar 57 orang (62,4%) dan pengetahuan kader lebih tinggi pada kategori kurang baik sebesar 56 orang (65,9%). Hasil uji chi square didapat ada hubungan bermakna antara pendidikan dengan Pelaksanaan tugaskader Posyandu (p value <α ,  0,012 < 0,05), ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan Pelaksanaan tugas kader Posyandu (p value < α,   0,000 < 0,05) dan ada hubungan yang bermakna antara pelatihan dengan Pelaksanaan tugas kader Posyandu (p value< α,  0,003 0,05). Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi petugas kesehatan dalam meningkatkan tugas kader dengan memperhatikan latar belakang pendidikan terutama pendidikan rendah dalam penyampaian informasi dan konsep baru agar kader mudah memahami.

Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode penelitian Quasi Experimental. Desain eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen Nonequivalent Pretest-Postest Control Group Design. Penelitian dilakukan di MAN Talaga dengan mengambil subjek penelitian yakni siswa kelas X yang ditentukan menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan). Instrumen penelitian yang digunakan adalah Angket Kecerdasan Interpersonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi bimbingan kelompok menggunakan metode investigasi kelompok teruji efektif dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa. Kata Kunci: Kecerdasan Interpersonal; Metode Investigas Kelompok; Bimbingan Kelompok. PENDAHULUAN Gardner (dalam DePorter et al., 2000) mendefinisikan kecerdasan interpersonal sebagai kecerdasan berpikir lewat berkomunikasi dengan orang lain. Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal dengan baik, umumnya pandai dalam memimpin, berorganisasi, berinteraksi, berbagi, menyayangi, berbicara, bersosialisasi, manipulasi, menjadi pendamai, permainan kelompok, berteman, dan bekerjasama dalam kelompok. Kecerdasan interpersonal mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam berhubungan dengan orang lain. Dengan kecerdasan interpersonal akan memudahkan seseorang menyesuaikan diri, bersosialisasi dengan orang lain maupun lingkungan, menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial, dan akan berhasil dalam pekerjaan (Surya, 2006, hlm. 31). Kecerdasaan intelektual tak dapat bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa kecerdasan interpersonal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Goleman (Mansur, 2007, hlm. 56

In the modern era as it is today, technology is increasingly advanced and growing rapidly. Students must certainly have digital literacy skills in facing this fast-changing era. Digital literacy has a lot of coverage to which the students can use it as a media and learning resource. This research aimed to investigate the profile of the EFL students’ digital literacy competence. The research method used was case study with qualitative approach. The population in this study were the students of the English Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Universitas Muhammadiyah Cirebon in the 4th semester, totaling 21 people. The research sample taken were 12 people. The data were collected by using observation, digital literacy competence questionnaire, and unstructured interview. The result showed that in general the respondents were categorized as having good competence in the aspects of ICT literacy and media literacy. Meanwhile, in the aspect of information literacy the respondents were in the acceptable category. Furthermore, based on the results of data analysis of the interview results, it was found that even though they were good in the two aspects of digital literacy, and acceptable in competence of information literacy, they confessed that they tended not to practice the competence of ICT literacy in learning activities.

Pengembangan silabus untuk young learner sangat penting. Namun, saat ini masih sangat sedikit yang diketahui mengenai peranan yang diambil guru dalam proses pengembangan silabus Bahasa Inggris untuk young learner. Penelitian ini ditujukan untuk mengeksplor teachers’ belief and understanding atau keyakinan dan pemahaman guru sekolah dasar mengenai peran mereka dalam pengembangan silabus dan bagaimana peran tersebut berpengaruh pada siklus pengembangan silabus Bahasa Inggris. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian deskriptif. Responden penelitian merupakan tiga guru lembaga belajar di kabupaten Majalengka. Ketiga responden mengajar Bahasa Inggris untuk young learner. Data dikumpulkan dengan menggunakan interview dan dokumentasi. Dampak dari keyakinan serta pemahaman responden sebagai implementer tercermin dalam dua tahapan pertama dari siklus pengembangan silabus, yakni penetapan course rationale dan tingkat kelulusan responden. Didua tahap ini responden cenderung melakukan banyak negosiasi dan proses pengembangan silabus lebih didominasi oleh lembaga belajar dimana responden bekerja. Sementara itu, tahapan lain dari proses pengembangan silabus yakni penentuan urutan, cakupan dan kedalaman konten pembelajaran lebih didominasi oleh responden akibat dari penerapan perannya sebagai decision maker.   Kata Kunci: Peran Guru, Pengembangan Silabus, Young Learner, Bahasa Inggris